Chapter 12: An Apology to Ask

454 56 8
                                    

"Maafkan kesalahanku waktu itu, Kakak Ipar. Aku tahu mungkin kesalahan besarku tak pantas diberi maaf. Namun, setidaknya aku berusaha memintanya padamu dengan tulus dan penuh kerendahan."

Hari ini Junhui datang untuk memberikan hasil buminya kepada Keluarga Kekaisaran, seperti biasanya. Menurut informasi yang didengarnya dari bisik-bisik warga, ternyata Luhan sama sekali tidak terlibat dalam pembunuhan berencana atas kakaknya.

Maka dari itu Junhui berkeinginan untuk memohon maaf kepada kakaknya, terutama keponakan cantiknya yang telah banyak disakiti oleh karena ulahnya.

"Aku bukan Dewa, Junhui. Dan kau tidak akan bisa memohon ampunan langsung kepada anakku."

Bahu tegap pemuda Huang itu merosot. "Tapi kenapa, Kakak Ipar?"

"Akibat banyak luka yang diterimanya waktu itu, keadaannya sangat buruk. Ya, lukanya memang sudah disembuhkan. Namun mentalnya.."

"Mentalnya? Kenapa? Ada apa dengan Luhan?"

Yifan hanya mampu menggeleng lemah. "Luhan menjadi trauma denganku, kau, dan para pengawal. Dia menolak banyak sentuhan karena takut disakiti lagi. Kau tahu, selama di penjara Ibuku telah banyak menyiksanya, baik fisik maupun mental. Akan sangat sulit untuk menyembuhkannya secara menyeluruh."

"Tapi kumohon, Kakak Ipar. Aku ingin menebus semua kesalahanku. Setidaknya biarkan aku bertemu dengan Zitao-jie. Mungkin dia mau memaafkanku."

Dibalik tembok itu, sedari tadi Dayang Mi tengah mencuri dengar. Mengikut di belakangnya Zitao yang hanya menatap kebingungan dayang kepercayaannya.

"Aku harus memberitahu Permaisuri." Gumam Dayang Mi sebelum berbalik, namun sama sekali tak disangkanya pihak tujuan tengah berada tepat di belakangnya.

"Oh, astaga. Aku sangat terkejut." Kejutnya dengan suara yang teramat pelan.

Zitao lantas menaikkan sebelah alisnya. Menatap Dayang Mi heran, sebenarnya ada apa ini?

"Sst, Yang Mulia. Sebaiknya anda berbicara pelan-pelan. Ada tamu Kaisar di dalam. Sebaiknya anting-anting anda juga harus diam." Mohon Dayang Mi kepada Zitao juga anting-anting perak yang wanita itu pakai bergerak-gerak karena pengaruh angin.

Namun Zitao semakin penasaran. Tanpa sengaja terdengar suara sang adik yang tengah berbicara dengan nada sedih kepada suaminya. Saat ia hendak melangkah masuk, buru-buru Dayang Mi menahan pergerakannya.

"Yang Mulia, kumohon jangan masuk dulu. Di dalam sedang ada pembicaraan serius." Mohon Dayang Mi.

Zitao hanya mendengus. "Tapi di dalam ruangan ini ada adikku. Aku hanya ingin tahu apa yang sedang mereka bicarakan karena saat mereka sedang berbicara tadi, sayup-sayup terdengar namaku disebut."

"Yang Mulia-"

"Untuk hari ini ikuti alur permainanku, Dayang Mi. Mereka telah memulai permainannya, dan aku akan melanjutkannya."

Sepersekian detik setalah wanita itu berkata demikian, ia masuk ke dalam ruangan. Melihat langsung Junhui, sang adik tengah berlutut dihadapan suaminya.

"Apa yang kalian sedang bicarakan tadi?"

Ucapan dingin wanita itu mampu membuat Yifan maupun Junhui terdiam. Mereka hanya mampu menatap Zitao dengan pandangan takut. Sementara Zitao, ia masih menunggu kedua pria itu buka suara.

Lama sudah tak didapatnya, ia berjalan mendekati Junhui. Mengapit dagu sang adik dengan kedua jari dari tangan kanannya agar Zitao mampu menatap kedua mata Junhui.

"Kudengar tadi kau menyebut nama Luhan, heh?" Ucap Zitao dingin.

"Jiejie, ini bukan.."

Namun Zitao dengan cepat memotong ucapan Junhui. Menarik tangan adiknya agar berdiri lalu menyeretnya pergi dari ruangan itu.

𝐒𝐡𝐨𝐰 𝐘𝐨𝐮𝐫𝐬𝐞𝐥𝐟 «ʜᴜɴʜᴀɴ» ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang