Chapter 32: Dear My Daughter

438 64 43
                                    

Awalnya aku gak niat update hari ini, entah kenapa malas gitu. Mau balik sebentar ke Mìngyùn Chuàngzào Wánměi.

Tapi ya udahlah, disini pembacanya lebih banyak ketimbang yang sana. I respect your wishes.

Untuk chapter ini, mohon maaf take Hunhannya ditiadakan dulu. Kita bakal fokus ke Papa Galaxy yang mau ngapain gitu sama Luhan. Gapapa ya :'()

Don't cry, stop your tears dear. Ini cuma fiksi.































Rombongan Kaisar akhirnya tiba di istana setelah Yifan meminta orang-orangnya untuk segera kembali.

Berbagai macam perasaan datang dan hinggap dalam hatinya. Ada rasa bahagia, ada rasa cemas, bercampur kesedihan. Yifan benar-benar tidak menyangka ia akan bertemu dengan anaknya dalam keadaan yang tidak biasa. Tak sadarkan diri karena tertusuk panah demi menolongnya. Satu hal yang sama sekali Yifan tidak sangka akan Luhan lakukan demi dirinya.

Bergegas ia membopong tubuh Luhan dalam rengkuhannya menuju wilayah selatan, tempat terdekat yang untungnya disanalah Tabib Istana serta para perawat tinggal.

"Yang Mulia, ada apa ini?" Perawat Xi bersuara saat melihat Yifan datang sembari menggendong tubuh Luhan yang tidak sadarkan diri.

"Putri Luhan? Tapi bagaimana bisa?" Gumam para perawat lain yang ada disana.

Dua orang dari mereka mengambil tandu. Membaringkan tubuh Luhan disana lalu membawanya masuk.

"Ini, tolong hentikan pendarahan di paha kirinya. Putri Luhan tadi menyelamatkanku dari orang yang tidak dikenal. Karena kejadian itu, pahanya tertusuk anak panah. Kumohon, lakukan apa saja agar putriku selamat." Ujarnya memohon.

"Hamba akan usahakan yang terbaik, Yang Mulia. Baiklah kalau begitu, Hamba permisi." Balas Perawat Xi lalu undur diri.

Tak lama setelah itu Yifan melangkah keluar. Memikirkan bagaimana wajah sumringah istrinya dan harapan-harapan lain yang muncul dalam pikirannya. Zitao pasti senang mendengar kabar gembira itu.

🌟

🍁

🍂

Pulang ke rumah, Shixun mendapat firasat buruk tentang Luhan. Ucapannya tadi pagi, serta bayangan seseorang yang menemukannya; itu mendadak menghantui pikiran Shixun.

Langkahnya disambut dengan raut cemas Baixian yang tengah dilanda kebingungan. Lantas ia menanyakan apa gerangan terjadi, sebab Shixun takut bayang-bayang tentang Luhan yang kembali masih ada dalam pikirannya.

"Mama, ada apa?"

"Luhan belum kembali sejak petang, Shixun." Ujar Baixian cemas.

JDERR!

Shixun hanya mampu diam mematung. Ucapan Luhan tadi pagi nyatanya ada dan benar terjadi. Shixun bahkan tidak tahu harus berbuat apa sekarang.

"Kau tahu sesuatu tentang itu, Nak?" Tanya Baixian. Berharap anaknya mendapat petunjuk mengenai Luhan. Namun, Shixun hanya menggeleng menanggapi.

"Luhan hanya bilang kalau dia ingin aku cepat pulang." Ujar Shixun lemah, bahunya merosot. Air mukanya berubah menjadi cemas.

"Lalu?"

"Hanya itu, Ma. Aku lupa apa yang Luhan katakan lagi padaku tadi pagi." Lanjutnya. Shixun memilih untuk mengabaikan ucapan Baixian lalu masuk ke dalam rumah. Ia memerlukan sesuatu untuk menjernihkan isi kepalanya.

𝐒𝐡𝐨𝐰 𝐘𝐨𝐮𝐫𝐬𝐞𝐥𝐟 «ʜᴜɴʜᴀɴ» ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang