Chapter 1: Princess Luhan

929 94 12
                                    

"Baba, lihat! Luhan sudah bisa memegang gelas ini! Uwaaah!"

Luhan berseru kepada ayahnya dengan mata yang berbinar. Ia menunjukkan salah satu tangannya yang berhasil memegang gelas putih kecil tanpa terjatuh sedikitpun.

Karena terlalu bersemangat, Luhan kehilangan keseimbangannya. Ia terjatuh dengan posisi duduk, sementara gelas yang ia pegang terlempar jauh hingga pecah.

PRANG!

"Astaga Luhan! Kau tidak apa-apa sayang?"

Teriakan menggema Zitao sang permaisuri terdengar. Ia berlari dengan tergesa menghampiri Luhan, takut jika pecahan gelas itu melukai tangan putri kecilnya.

Luhan terlihat begitu terkejut. Ia menundukkan kepalanya, sebisa mungkin berusaha menahan dirinya agar tidak menangis. Namun, setelah ia merasakan pelukan hangat dari ibunya, Luhan merasa sedikit tenang.

"Luhan tidak apa-apa kan? Tidak kena gelas pecah tadi kan?" Tanya Zitao dengan rasa khawatir yang teramat sangat.

Yifan sang kaisar menatap kedua orang kesayangannya itu dengan bahagia. Ia kembali melirik ke arah jari telunjuknya yang terkena pecahan gelas kaca itu. Tadi tanpa sengaja ia menumpukan tangannya ke daerah di dekat pecahan gelas kaca itu. Darah memang sudah berhenti mengalir, namun rasanya masih sangat sakit.

Ia kemudian meminta tolong kepada beberapa dayang untuk membersihkan pecahan gelas yang sudah cukup banyak menyebar dan mengotori lantai. Setelah itu, Yifan bergegas mendekati kedua kesayangannya.

"Sudah, ya. Luhan jangan menangis. Tadi Luhan tidak terkena kaca kan?" Hibur Kaisar Wu lagi, tapi Luhan masih saja menangis.

"Hiks.. tangan Baba ada darah. Itu karena Luhan, hiks... Baba maafkan Luhan.."

Yifan dan Zitao hanya bisa saling memandang satu sama lain. Keduanya terkekeh pelan dengan sifat anaknya yang satu ini. Sifat jujur. Luhan selalu mengaku salah dan meminta maaf jika ia berbuat salah. Walaupun kesalahan itu terjadi tanpa kesengajaannya.

"Tidak, ini bukan salah Luhan. Tadi Baba hanya kurang hati-hati menyentuh sesuatu sampai tangan Baba tergores kaca." Ucap Yifan lalu membawa Luhan menuju gendongannya.

Luhan masih menatap ayahnya ragu-ragu.

"Benarkah?"

"Benar. Jadi Luhan tidak perlu meminta maaf. Ini terjadi karena Baba ceroboh, bukan karena Luhan jatuh tadi." Ujar Zitao meyakinkan Luhan.

Mereka bertiga masih asyik dalam pembicaraan mereka. Sesekali Yifan juga mengerjai Luhan yang masih merajuk, atau mungkin Zitao melakukan beberapa trik andalannya untuk membuat anaknya kembali ceria.

Sampai mereka tidak sadar, bahwa ada seorang kepercayaan Ibu Suri yang sedang berdiri tak jauh dari mereka.

"Salam hormat pada Kaisar dan Permaisuri." Ucap pria itu lalu membungkukkan badannya.

"Ibu Suri mengundang Kaisar dan Permaisuri sekalian untuk datang menikmati jamuan kudapannya sore ini." Lanjutnya.

Zitao hendak menyela ucapan sang kepercayaan Ibu Suri, namun pria itu kembali berucap.

"Kaisar dan Permaisuri sekalian diizinkan mengajak Putri Luhan untuk mengikuti jamuan ini."

"Untuk pertama kalinya Yuemu mengizinkan anakku untuk ikut." Batin Zitao. Ia sedikit merasa aneh dengan Ibu Suri kali ini. Untuk pertama kalinya, Ibu Suri mau mengajak Luhan untuk ikut serta dalam jamuannya.

Entahlah, sepertinya Ibu Suri tidak terlalu menginginkan keberadaan Luhan sebagai penerus kekaisaran dari dinasti Wu Tian. Padahal sudah jelas bahwa Zitak sudah tidak memiliki rahim akibat kejadian waktu itu. Itu sudah jelas berarti hanya Luhan yang berhak menduduki takhta dinasti Wu Tian selanjutnya.

𝐒𝐡𝐨𝐰 𝐘𝐨𝐮𝐫𝐬𝐞𝐥𝐟 «ʜᴜɴʜᴀɴ» ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang