Chapter 27: Time Stopped

406 61 18
                                    

For this chapter, especially to explore Shixun's feeling, please listen to the Background Music.

(Actually, that is my favourite song. But I dunno how to type the song-title, forgive me for this mistake).


























Shixun tidak tahu harus merespon dengan apa ucapan ibunya tadi. Antara benci dan sayang, itu yang ia pikirkan. Shixun tahu ibunya marah karena perbuatannya yang kurang ajar pada istrinya. Shixun tahu ibunya marah karena ia sudah melupakan sopan santun terhadap orang-orang. Ia menyadari semua kesalahannya, setiap dosa yang diperbuatnya kepada orang lain tanpa terkecuali kepada Luhan istrinya.

Namun sejahat apapun seorang anak, ibu tetaplah menjadi orang pertama yang akan menyambut anaknya dengan senyum dan pelukan hangat. Dan itu terbukti, Baixian masih memberinya harapan untuk tetap gigih dalam mencari Luhan. Apapun yang terjadi, sebab Luhan tidak pernah menyerah untuk meminta pengampunan darinya serta mengharapkannya kembali.

Siang dan malam Shixun menyusuri kota bersama dengan kudanya. Mencari di setiap sudut kota keberadaan istrinya itu. Hingga ke pedesaan, tanpa henti matanya berputar ke setiap penjuru. Shixun tidak akan menyerah, sebab tekadnya untuk menemukan Luhan sudah kuat.

Ia harus membawa Luhan kembali kepadanya, bagaimanapun caranya.

🌟

🍁

🍂

Luhan terbangun dengan sekujur tubuh yang rasanya teramat sakit, terutama di bagian perutnya. Kepalanya terasa berat bahkan hanya untuk bergerak sedikit.

Matanya menyipit ketika melihat ke sekitar. Ruangan ini terasa asing, mungkinkah ada ruangan di rumah Keluarga Wang yang belum diketahuinya?

"Sudah bangun?"

Suara seseorang mengalihkan perhatiannya. Luhan kembali mengernyit, sebelumnya ia belum pernah melihat orang ini. Gadis itu semakin penasaran, tubuhnya berusaha untuk bergerak namun rasa sakit semakin menusuk. Junmyeon yang mengerti keadaan segera membantu Luhan untuk duduk dan bersandar pada dinding.

"K-kau siapa? Dan bagaimana kau bisa disini?" Tanya Luhan pelan.

"Tentu saja aku disini. Ini istana Kerajaan Silla, negeriku. Dan aku Putra Mahkota Junmyeon, keponakan Bibi Baixian." Jawab Junmyeon, dengan bahasa yang Luhan bisa pahami.

"Kau bisa memahamiku? Memangnya kau mengerti bahasa kami?"

"Aku pernah tinggal di Cina semasa kecil, tidak lama sebelum ibuku mangkat. Apa alasan itu sudah cukup?" Pertanyaan itu Luhan balas dengan anggukan pelan.

"Putra Mahkota Junmyeon, apa begitu caranya aku memanggilmu?" Tanya Luhan lagi.

Junmyeon hanya terkekeh kecil setelah mendengar ucapan Luhan. Oh, istri sepupunya ini memang polos sekali rupanya. Sepertinya Shixun memang bodoh karena sudah menyia-nyiakan istri seperti Luhan.

"Junmyeon saja, aku tidak suka mendengar kata-kata Putra Mahkota di depan namaku. Itu terdengar seolah aku ini orang yang gila hormat."

"Kau ini mirip sekali dengan Ibu." Ucap Luhan lalu tertawa kecil.

"Bibi? Memangnya kenapa?"

"Kalian sama-sama tidak suka dengan embel-embel seperti Yang Mulia Putri ataupun Putra Mahkota dan semacamnya. Juga, kalian sama-sama pendek." Ucapnya.

𝐒𝐡𝐨𝐰 𝐘𝐨𝐮𝐫𝐬𝐞𝐥𝐟 «ʜᴜɴʜᴀɴ» ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang