Bila daun meninggalkan tangkai karena waktu yang telah ditentukan, maka aku meninggalkan dirimu adalah keputusan yang sudah direncanakan.
---
Aku menatap wajah bang Ziyad dan mbak Nur datar. Dua sejoli itu kompak menggodaku sejak keluar dari kantor. Bukan keluar karena mengundurkan diri akan tetapi keluar untuk makan malam bersama dan mungkin ini sedikit kusesali.
Tadi setelah aku berseteru hebat dengan pak Alfa yang membuat beberapa orang heran, keputusan dimenangkan oleh seorang Muhammad Alfaruq. Bukankah sudah pasti, boss selalu menang. Dan akhirnya bang Ziyad yang penasaran dengan cerita aslinya mengajak aku dan mbak Nur makan malam bersama dengan dalih dia yang akan mentraktir dan akhirnya cerita kejadian siang tadi mengalir begitu saja dari mulut mbak Nur.
"Kalau dipikir-pikir," kata bang Ziyad.
"Pikir apa?" tanya Mbak Nur.
"Sadar gak sih, kalau mereka berdua itu tadi seperti sedang bertengkar ala sepasang kekasih," kata bang Ziyad dan berhasil mendapatkan timpukan dari mbak Nur.
"Waras Zi, emang keduanya ada kemungkinan?" Mbak nur kembali makan dengan lahap.
"Terus nasib Aya gimana?" tanya Bang Ziyad.
"Ditendang sama pak Alfa," jawab Mbak Nur santai seolah tanpa beban. Aku kadang berpikir bahwa mbak Nur dan pak Alfa memiliki hubungan yang cukup dekat sehingga keduanya terlihat akrab meski bersikap formal.
"Emang Alfa tipe apa? Heran, gak mungkin lelaki itu berbuat kasar sama perempuan."
"Ada kemungkinan," kataku dengan santai.
"Emang beneran ditendang?" tanya Bang Ziyad cukup kencang.
"Ya, tadi kutendang ala tendangan Tsubasa."
Aku menoleh ke arah pak Alfa yang baru datang dan dengan santai duduk di sampingku berhadapan langsung dengan bang Ziyad. Saat ini kami duduk di kursi dengan meja berbentuk segiempat dan setiap kursi ada di satu sisi.
"Kamu beneran menendang perempuan?" tanya Bang Ziyad seolah-olah percaya dengan ucapan kami. Sungguh ini bang Ziyad lagi mode apa sih?
"Emang kamu percaya?" tanya pak Alfa sedang aku masih sibuk memainkan bibir gelas.
"Bisa jadi, kadang kamu tak waras sih sampai ibu kamu juga bingung bikin kamu waras," jawab bang Ziyad dengan santai lalu melanjutkan makan, seolah yang ucapkan hal yang biasa tanpa menyinggung perasaan orang lain.
"Tapi aku penasaran," kabar mbak Nur tiba-tiba menatap ke pak Alfa yang penuh dengan minat.
"Apa?" tanya Bang Ziyad.
"Kok Alya yang betah ngunci mulut itu bisa-bisanya ngajakin pak Alfa bertengkar," kata mbak Nur menatapku lalu menoleh ke arah pak Alfa dengan wajah penasaran.
"Dia lagi PMS," jawab pak Alfa lalu membuka botol air mineral punyaku dan meminumnya dengan santai. Sedangkan bang Ziyad terbatuk-batuk karena tersedak dan mbak Nur hanya melongo tanda terkejut.
"Kok pak Alfa hafal sekali?" tanya Mbak Nur dengan nada sedikit mengejek.
"Dia itu rutin jadi mudah ditebak," jawab pak Alfa dan kini bukan bang Ziyad yang tersedak akan tetapi diriku yang sedang minum jus melon tanpa susu ini ikut tersedak. Subhanallah, apa yang dikatakan oleh lelaki ini. Dia mau main-main baiklah aku layani.
"Pelan-pelan, ambil napas hembusan pelan," kata pak Alfa sambil menyodorkan botol air mineral yang tinggal separuh. Aku adalah tipe orang pecinta air putih, jadi bagiku haus belum hilang hingga aku minum air putih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setia Di Hati (Selesai)
ChickLit#MantanSeries Bila orang bilang hal yang paling berpengaruh itu adalah perpisahan tanpa pesan, maka aku tidak menyetujuinya. Sebab, bagiku yang paling mempengaruhi bukan perpisahan tanpa pesan akan tetapi pertemuan kembali setelah perpisahan tanpa p...