Bila rasa cinta adalah anugerah terindah maka biarkan rasa ini mengalir bak derasnya arus sungai yang tak bermuara. Tak perlu dibendung, cukup dirasakan bak angin yang berhembus membelai keletihan.
-----
Suasana rumah ini terlihat masih sepi, maksudnya bukan sekadar rumahnya yang sepi akan tetapi perabot rumah juga belum banyak yang tertata masih kosong. Bahkan sofa ruang tamu pun tak terlihat ada, dan ini benar-benar menandakan bahwa rumah ini benar-benar baru dihuni.
"Mama masih sholat, kita duduk di dapur saja yang sudah dibersihkan." Aku menoleh ke arah Denis yang keluar dari kamar.
Tadi saat sampai di rumah karena tak ada jawaban salam Denis bilang masuk lebih dulu mencari keberadaan sang mama meninggalkan diriku sendiri dan mengamati keadaan. Sekarang aku berjalan menuju sebuah dapur minimalis dengan desain warna biru dan putih mendominasi tampak terlihat cerah dan enak dipandang mata.
Ruangan ini lebih bersih dan bisa dibilang seperti berpenghuni dibandingkan dengan ruangan lainnya. Denis sibuk menyalakan kompor dan aku memilih duduk di sebuah kursi berbentuk lingkaran yang mengelilingi meja berbentuk persegi.
"Belum sempat bereskan semua ruangan, baru juga menata interior kamar dan dapur untuk yang lainnya belum." Denis membuka laci di atasnya lalu mengeluarkan gelas bening.
"Pindahan kapan?" tanyaku butuh penjelasan, sebab lelaki ini baru saja dari luar kota mana mungkin bisa pindahan begitu saja.
"Sebenarnya pulang dari Balikpapan udah sepekan yang lalu," kata Denis yang masih sibuk membuat minuman.
"Soryy tidak bermaksud gak kasih kabar tapi biar jadi kejutan," katanya sambil nyengir akan tetapi aku bisa melihat dari raut wajahnya bahwa dia menyembunyikan sesuatu yang tak kuketahui.
"Baguslah aku cukup terkejut," kataku dengan malas lalu mengamati ruangan. Ruangan ini cukup luas dengan aksen mode rumah masa kini ruang keluarga, dapur dan ruang makan tak bersekat bisa dibilang dalam ruangan yang sama. Rumah ini maksudnya ruangan ini benar-benar baru dan fresh dengan warna biru muda berkombinasi dengan warna krem juga putih. Sedangkan bagian langit-langit berplatfon perpaduan warna kuning, biru dan putih.
Aku beranjak menuju ke tempat pencucian piring,entah alasan apa namun aku merasa kecewakan. Bagaimana tidak sungguh rasa ini tak bisa kuungkapkan dalam kata-kata.
"Bantu desain ruang tamu yuk," ajak Denis seolah tak sedikitpun merasa bersalah akan tetapi aku tahu bahwa lelaki itu tidak baik-baik saja.
"Emang mau dibuat macam apa?" tanyaku berjalan menuju ke arah Denis yang tampak sibuk dengan laptop, entah kapan dia mengambilnya tapi dia sudah terlihat mengotak-atik mouse.
"Sederhana cukup hiasan dinding, tanaman, gantungan jas, terus sofa sudut, meja utama sama nakas terus apa lagi ya? Oh iya, tanaman hias!"
Aku memutar bola mataku, sederhana katanya? Dengan semua itu sederhana sungguh kata sederhana dari bibir Denis tidak bisa dipercaya.
"Oh iya, aku mau pakai wallpaper dinding."
Aku duduk kembali di kursi lalu melirik lelaki itu sebal. Sungguh, apa aku tak salah mendengar? Lelaki ini lebih rumit dibandingkan perempuan.
"Kamu kok diam?" tanya Denis yang udah mengotak-atik ponselnya.
"Pilihkan yang cocok," kata Denis sambil memberikan ponselnya. Aku terdiam saja, kami memang berteman akan tetapi privasi benar-benar dijaga bahkan tak pernah seingatku aku memegang ponsel Denis. Oh pernah beberapa kali itupun karena lelaki itu memintaku memegangnya karena dia mau ke toilet saat pergi bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setia Di Hati (Selesai)
Chick-Lit#MantanSeries Bila orang bilang hal yang paling berpengaruh itu adalah perpisahan tanpa pesan, maka aku tidak menyetujuinya. Sebab, bagiku yang paling mempengaruhi bukan perpisahan tanpa pesan akan tetapi pertemuan kembali setelah perpisahan tanpa p...