Bila kita memang harus berakhir, maka biarkan semuanya berjalan dengan benar. Jangan biarkan air sungai meluap tanpa mampu dicegah kembali.
---
Siang ini terasa lebih sejuk sebab awan putih mulai tak kasat mata tersisa mendung-mendung manja yang menyelimuti langit yang biasanya biru dan kini terkesan kelabu. Aku duduk di kafetaria lantai lima, saat ini aku duduk di depan mbak Nur yang tampak sibuk memencet potongan jeruk nipis di atas kuah sotonya yang terlibat masih panas.
Sejak hari di mana aku duduk di kursi kebesaran pak Alfa, mbak Nur jadi sering menggodaku. Katanya sih aku tidak mirip asisten pribadi, akan tetapi lebih mirip dengan istri posesif yang mengikuti suami kerja. Sungguh ini menggangguku, aku jadi sering menghindari Sarah karena merasa tak enak hati.
"Masih menghindari Sarah?" tanya mbak Nur.
"Enggak juga," jawabku santai.
"Kalau enggak kenapa diajak makan bersama bos dan Sarah gak mau?"
"Gak mau jadi nyamuklah mbak, masak ini aku hadir di tengah-tengah mereka." Aku mengaduk-aduk sotoku. Sungguh rasanya aku tak mood akan tetapi jika tidak kumakan ini amat mubazir.
"Kenapa jadi obat nyamuk, Yoh mereka ramah." Kata mbak Nur dengan santainya tidak merasakan berada di posisiku yang serba salah. Takut-takut diriku khilaf dan berselingkuh dengan pak Alfa.
"Ramah sih mbak, tapi takut khilaf." Aku mengakan itu lalu menyuap nasi sedangkan mbak Nur tampak senang dia tertawa di atas kekesalanku.
"Please deh Al, semua juga udah tahu kalau kalau itu hal gak mungkin. Pak Alfa itu tipikal orang yang setia jadi kemungkinan belok itu kecil," kata mbak Nur.
"Namanya juga menjaga hati," kataku dengan pelan.
"Terus gosip gimana?"
"Gosip apa?" tanyaku.
"Berita hubungan kalian di masa lalu kan diungkapkan," kata mbak Nur masih menikmati soto dan saat kulihat sekarang malah mbak Nur membubuhkan kacang asin di dalamnya.
"Peduli amat," kataku.
"Itu cincin apa?" tanya mbak Nur tiba-tiba.
"Cincin nikah, cantikan?"
"Kamu sudah menikah?" tanya mbak Nur dengan nada sedikit terkejut.
"Iya, tapi masih belum resmi." Aku menjawab dengan santai lalu kembali makan, entah mengapa mengetahui bahwa aku sudah menikah membuatku lebih tenang dan nafsu makanku kembali lagi. Aku terdiam sebelum merasa bahwa sudut bibirku berkedut. Sungguh rasanya sangat menyenangkan seolah ada bunga-bunga yang bermekaran.
---
Aku menatap pak Alfa dan Aya yang saat ini ada dalam satu ruangan, tidak lupa ada Sarah juga sedangkan diriku saat ini seperti biasa duduk di kursi pak Alfa dan makan salad buah. Katanya Sarah sih ini tadi titipan dari bunda Ima dan yang kali ini menyajikan bukanlah pak Alfa tetapi Sarah jadi aku cukup biasa saja tidak merasa terbebani.
Aku menatap ponsel pak Alfa, aku merasa bosan jadi ingin bermain game akan tetapi saat ini ponselku lowbat dan sedang dicas di pojokan ruangan. Aku diam saja mendengarkan keduanya membahas tentang penerbit dan sebagainya aku tidak paham apapun yang mereka bahas tapi lebih tepatnya aku tidak mau tau. Bukankah kita diajari untuk tidak terlalu suka mengurusi urusan orang lain.
Ingat fitnah yang terjadi antara ummahatul mu'minin Aisyah binti Abu Bakar Radhiyallahu Anha dengan sepupu juga anak angkat Rasulullah shalallahu alaihi wa salam Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhu. Kala terjadi fitnah itu para sahabat lebih memilih berdiam diri di rumah. Karena dulu sebelum Rasulullah shalallahu alaihi wa salam wafat beliau sudah mengatakan bahwa akan ada fitnah sahabat dengan salah satu istrinya tetapi beliau shalallahu alaihi wa salam tidak menyebut istri yang mana jadi saat itu Rasulullah shalallahu alaihi wa salam berpesan untuk tidak ikut campur dan kala itu para sahabat yang masih hidup tetap diam di rumah tanpa ikut campur. Dan dari kisah ini bukankah kita sudah bisa belajar bahwa sifat kepo itu harus dimusnahkan dan mulai memperbaiki diri sendiri?
KAMU SEDANG MEMBACA
Setia Di Hati (Selesai)
Chick-Lit#MantanSeries Bila orang bilang hal yang paling berpengaruh itu adalah perpisahan tanpa pesan, maka aku tidak menyetujuinya. Sebab, bagiku yang paling mempengaruhi bukan perpisahan tanpa pesan akan tetapi pertemuan kembali setelah perpisahan tanpa p...