-Bukan manusia yang menentukan takdir, jadi manusia hanya bisa berusaha sebaik mungkin mengubahnya dan menunggu Allah menentukan yang terbaik untuknya.-
---
Aku pulang dari kantor itu dengan linglung, bukan maksud hati ingin mengumpat atau melakukan apapun hal yang buruk akan tetapi tentang sesuatu yang sangat amat tak bisa kupahami.
Tadi setelah membahas tentang Erwan yang ternyata adalah teman Denis, kami sudah membahas banyak hal tentang pekerjaan, akan tetapi semua itu sirna kala seorang perempuan berhijab pasmina sifon motif bunga datang dan mengatakan kepada Bang Ziyad bahwa sang direktur tidak menginginkan asisten perempuan dan secara langsung itu sudah membuat bang Ziyad meringis tak enak hati kepadaku. Dan sebagai seorang perempuan yang baik, aku menerima dan berjalan pulang tanpa berpikir ulang.
"Ini aku pulang harus naik apa ya?" ucapku seorang diri mengamati halte bus yang tampak sepi, sebab ini adalah jam kerja sehingga tak banyak orang yang berkeliaran.
Aku melihat tasku lalu aku ingat bahwa ini adalah zaman modern, di mana aku bisa melakukan banyak hal dengan menggunakan ponsel pintar. Aku memang kelahiran kota ini akan tetapi aku baru setahun berjalan tinggal di kota ini. Dulu aku tinggal bersama nenek dari ayah yang berada berbeda provinsi dengan tempat tinggalku saat ini, dan kala nenekku meninggal hal itu bertepatan aku masuk perguruan tinggi dan aku tinggal di luar kota setelah lulus baru aku tinggal di sini lalu ini masih berjalan kurang lebih satu tahun dan selama ini aku selalu diantar jemput jadi tidak pernah berpikir tentang angkutan umum, jalur juga tata cara berkendara.
"Ternyata aku hanya perlu menggunakan angkot biru atau menggunakan bus satu kali lalu jalan menuju ke arah perumahan."
Aku menekan tombol kunci lalu kembali memasukkan ke dalam tas, sungguh ini akan menjadi pengalaman yang sangat menarik. Sudah lama aku menginginkan hal ini, hidup mandiri dan berusaha memecahkan masalah sendiri dengan cara sendiri.
"Mending naik Bus deh kayaknya, kalau naik angkutan harus berjalan ke sana cukup jauh," kataku sendiri pada diri sendiri.
"Baiklah sudah diputuskan bahwa aku akan naik bus. Bismillah," kataku lalu mengambil duduk di halte.
Hari ini langit tampak begitu cerah dengan warna biru yang mendominasi dan dihiasi oleh gumpalan awan putih dan beberapa awan yang terlihat lebih tipis. Sungguh, langit yang cerah membuatku sedikit iri.
Aku menoleh ke arah depan sedikit bergeser 35 derajat ke kiri, di sana tampak dua sejoli berseragam SMA sedang bercanda. Sesekali si cowok mencubit pipi si cewek lalu si cewek merenggut kemudian si cowok membelai pipi yang dicubit.
"Sungguh romantisme yang naif," kataku pelan lalu menoleh ke arah gantungan kunci yang ada di resleting. Senyum masam tercipta tanpa bisa kucegah, sungguh pengalaman di masa itu membuatku amat terpuruk pada kenyataan yang kadang sulit kuterima.
Aku melihat bus lalu berdiri dan melambaikan tangan, aku tersenyum masuk ke dalam. Sungguh suasana yang cukup sesuai dengan ekspektasi. Aku segera mengambil duduk yang kosong lalu menoleh ke arah jendela, tanpa terasa jantungku berdetak kencang dan euforia bahagia seolah-olah sedang menyapa bak angin semilir yang menyejukkan.
"Mbak karcis," kata kondektur.
"Ini pak," aku memberi uang tunai sepuluh ribuan dan masih mendapat kembalian aku terdiam.
"Turun di mana mbak?"
"Indomart dekat perumahan Villa," jawabku dengan tenang. Aku menoleh kembali ke arah jendela menatap beberapa pemandangan yang mungkin sering kulihat akan tetapi ini terasa berbeda.
"Indomart," teriak dari depan seolah membangunkan diriku dari angan panjang. Aku berdiri mendekali pintu belakang dan persiapan untuk turun.
"Tunggu bus pelan keluar kaki kiri ya Mbak," instruksi yang diberikan oleh kondektur, aku hanya mengangguk. Apakah terlihat sekali bahwa ini kali pertama aku naik bus umum?
KAMU SEDANG MEMBACA
Setia Di Hati (Selesai)
Literatura Kobieca#MantanSeries Bila orang bilang hal yang paling berpengaruh itu adalah perpisahan tanpa pesan, maka aku tidak menyetujuinya. Sebab, bagiku yang paling mempengaruhi bukan perpisahan tanpa pesan akan tetapi pertemuan kembali setelah perpisahan tanpa p...