Bila bumi bisa berharap pada langit tentang turunnya hujan. Maka biarkan aku melampaui batas diriku sendiri dengan berharap pada kata setia yang masih mengingat hati.
---
"Apa yang bunda lakukan di sini?" tanya pak Alfa pada sosok paruh baya yang terlihat masih muda, segar dan cantik seperti sepuluh tahun yang lalu kala terakhir kali kami bertemu. Ya, dia adalah ibu dari lelaki yang memiliki status sebagai bosku.
"Bunda rencana mau ngajak makan kamu dan Aya, tapi kamu kok sama--- Ya Allah, Alyaaaa...." seru perempuan itu langsung memeluk diriku yang terasa tegang. Sungguh, siapa yang tidak tegang jika selama hampir 10 tahun ini aku tidak pernah melakukan pendekatan hingga semacam ini dengan siapapun.
"Kamu beneran Alya kan? Bunda sangat yakin sebab wajah kamu tidak berubah sama sekali, beda sama dia yang gila kerja jadi wajahnya terlihat lebih tua dari usianya."
"Bun," panggil pak Alfa.
"Kamu tu apa sih, Faruq. Bunda kan sedang melepas rindu dengan Alya."
"Kasian Alya gak bisa bernapas," kata pak Alfa yang mungkin melihat wajahku yang terlihat tegang.
"Oh, maaf Sayang. Bunda sangat bahagia bertemu dengan kamu lagi," kata Bunda pak Alfa.
"Tidak apa-apa," jawabku canggung.
"Kamu Alya mantannya si dia kan," kata Bunda pak Alfa sambil tuding ke arah pak Alfa.
"Bunda," panggil pak Alfa.
"Iya iya, yang sudah anti dengan pacaran. Lalu apa yang kalian lakukan di siang hari?"
"Saya," kataku pelan dan tidak yakin.
"Dia asistenku Bun, Ziyad angkat tangan katanya."
"Jadi kamu bekerja untuk dia," kata bunda pak Alfa.
"Bunda, aku punya nama."
"Baiklah-baik." Bunda pak Alfa secara langsung mengajakku masuk ke dalam rumah. Ya, saat ini kami sedang ada di rumah pak Alfa. Aku sudah sering ke sini bahkan setiap akhir pekan tepatnya setiap hari Jum'at setelah shalat Dzuhur aku akan selalu kemari guna menyiapkan pakaian yang selalu digunakan pak Alfa bekerja setiap harinya jadi aku cukup tahu sudut-sudut rumah ini.
Tadi saat kami pulang kami mengantarkan Aya terlebih dahulu ke studionya katanya sih mau ada rekaman yang aku sedikitpun tidak bisa memahami karena memang bukan bagianku. Lalu kami mampir ke masjid guna shalat Dzuhur berjamaah, inilah yang aku suka bekerja dengan pak Alfa. Sesibuk apapun dia dia tidak pernah melalaikan shalat jamaah. Bahkan pernah di tengah rapat pak Alfa keluar lebih dulu izin untuk shalat padahal aku tak mendengar suara azan akan tetapi entah karena sudah hafal jam atau memang dia mendengar azan dia selalu izin tepat waktu azan Dzuhur.
Tadi setelah shalat Dzuhur berjamaah sempat kami berbincang membahas makan siang, lalu pak Alfa bilang bahwa dia ingin makan sayur kunci bayam dan jagung manis dengan sambal bawang. Dan kalau dipikir-pikir menu itu jarang ada di rumah makan makanya kami memutuskan untuk makan di rumah dan meminta Bu Yayuk untuk memasaknya.
Bu Yayuk itu adalah pengurus rumah tangga di rumah pak Alfa. Menurut cerita Bu Yayuk, beliau bertemu pak Alfa di Manado. Dulu katanya pak Alfa sempat dinas di sana selama sepekan. Kala itu Bu Yayuk yang sebenarnya orang Madura hidup sebatang kara karena kejadian tragedi pembunuhan dan perampok jadi karena terkatung-katung Bu Yayuk hendak diantar oleh pak Alfa untuk pulang ke Madura akan tetapi keluarga Bu Yayuk yang tidak mau menerima kembali Bu Yayuk karena kala menikah itu Bu Yayuk tidak mendapatkan restu dari orang tua karena beda agama sehingga pak Alfa membawa Bu Yayuk pulang ke rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setia Di Hati (Selesai)
ChickLit#MantanSeries Bila orang bilang hal yang paling berpengaruh itu adalah perpisahan tanpa pesan, maka aku tidak menyetujuinya. Sebab, bagiku yang paling mempengaruhi bukan perpisahan tanpa pesan akan tetapi pertemuan kembali setelah perpisahan tanpa p...