Aku memiliki rasa ini, rasa rindu yang mengiris-iris hati, rasa cinta yang menghentak-hentakkan dada dan rasa setia yang melekat pada jiwa. Akan tetapi, semua itu tersimpan rapi bagai angin yang berlalu tanpa tahu arti kata merindu.
---
Sheila kemarin menghubungi diriku, bercerita tentang banyak hal tapi ada sesuatu yang ku garisbawahi dari semua itu yaitu tentang seorang model yang menjadi pasangannya. Aku hanya menebak saja, jika sebenarnya Sheila menaruh hati pada lelaki yang tak ingin berdekatan dengan dirinya. Menurut cerita Sheila bahwa lelaki itu angkuh dan banyak maunya akan tetapi sedikit aneh bila bercanda dengan sesama lelaki, lebih intim. Dan itu yang membuat seorang Sheila penasaran. Tapi bisa kudengar nada suaranya yang semangat membuatku yakin bahwa Sheila sudah jatuh hati pada lelaki tak tersentuh itu.
Aku merapikan meja pak Alfa, menurut informasi yang sudah dibagikan oleh pak Alfa mungkin beliau akan kembali bekerja besok jadi aku sudah mempersiapkan banyak hal, termasuk beberapa berkas kerjasama baru.
Aku keluar dari ruangan, menaruh kanebo dan kemoceng di atas mejaku lalu menatap deretan jadwal pak Alfa untuk besok yang sudah siap. Meski tidak ada hal penting akan tetapi jadwal pak Alfa cukup padat karena beliau mengambil cuti.
"Al, Ziyad butuh data barang sampai bulan kemarin. Tolong kamu cek di komputer lalu print out," kata mbak Nur sambil terus bekerja. Mbak Nur hari ini cukup sibuk karena menggantikan pak Alfa untuk membahas tentang konsep iklan dengan pihak agensi dan juga kreatif marketing.
"Iya Mbak," jawabku mencatat perintah mbak Nur.
"Oh iya, bilang pada pihak humas untuk menyiapkan beberapa berkas pemasaran yang kemarin sudah dipegang, lalu beberapa berita iklan terkini sebagai referensi. Juga taruh beberapa berkas map hijau ini di ruangan pak Alfa."
"Jangan tergesa-gesa Mbak, ingat tergesa-gesa itu datangnya dari syetan," kataku menoleh ke arah Mbak Nur.
"Baiklah," kata mbak Nur mulai mengambil napas.
"Oh iya, kamu sudah ada ide untuk sovenir pernikahan kakakmu?" tanya Mbak Nur. Kemarin aku memang sudah sempat cerita dan meminta pendapat dari mbak Nur tentang sovenir pengantin. Kebetulan karena kesibukanku aku mendapatkan tugas sebagai pemilih dan penanggungjawab sovenir untuk acara resepsi pernikahan di sore hari.
"Belum mbak, emang mbak ada ide?"
"Nanti deh, aku ke ruang meeting dulu."
Aku hanya mengiyakan ucapan mbak Nur lalu mulai menekan power laptop, aku akan menunggu komputer menyala sambil mengembalikan kanebo dan kemoceng di tempatnya.
---
Jika ada yang bilang bahwa tidak ada bos karyawan bisa merdeka mungkin itu bagi mereka tidak bagi kami berdua, maksudnya aku dan mbak Nur. Sebab, sejak tadi pagi hingga sore ini aku justru sibuk menyelesaikan banyak hal.
"Masih lama?" tanya Bang Ziyad yang menunggu laporan yang sebenarnya harus ditandatangani oleh pak Alfa.
"Belum dibuka bang," jawabku sambil mengecek surel berulang-ulang.
"Dasar Alfa, apa dia benar-benar mau menikah?"
"Menikah?" tanyaku menoleh ke arah bang Ziyad.
"Iya, sebenarnya masih rahasia akan tetapi ya begitu sih katanya siang ini setelah rapat dia terbang ke Tanjung Karang ke rumah si perempuan. Ini masih rahasia jangan sampai ada yang tahu," kata bang Ziyad sambil berbisik.
"Tanjung Karang, Lampung?" tanyaku.
"Iya," jawab bang Ziyad lalu melotot menatapku.
"Sorry, aku gak maksud buat kamu," kata bang Ziyad tapi kupotong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setia Di Hati (Selesai)
ChickLit#MantanSeries Bila orang bilang hal yang paling berpengaruh itu adalah perpisahan tanpa pesan, maka aku tidak menyetujuinya. Sebab, bagiku yang paling mempengaruhi bukan perpisahan tanpa pesan akan tetapi pertemuan kembali setelah perpisahan tanpa p...