Buah Jatuh tak Jauh dari Pohonnya

3.2K 127 4
                                    


Hope you like it...

---

"Reganaswara Aditya Darell." Panggil Dinata pada anaknya yang tengah berdiri dihadapannya itu.

Dinata menyilangkan kedua tangannya di depan dada sembari menatap datar Regan. Yang ditatapnya memalingkan wajah ke arah lain.

"Lihat Papa!" Bentak Dinata. Dengan malas, Regan mengarahkan wajahnya dan melihat secara detail wajah lelaki berumur yang ada dihadapannya ini.

Dinata nampak begitu marah dengan Regan. Entah permasalahan apa yang membuat Dinata begitu marah dengan Regan. Namun, Regan nampak tenang - tenang saja menatap Dinata saat ini. Seolah - olah, tak ada apapun yang terjadi.

"Sejak kapan kamu berani merokok?" Tanya Dinata mengintimidasi.

"Sejak Papa buang aku ke negeri orang."

"Regan!!"

"Kenapa Pah? Regan benar kan?"

"Jawab pertanyaan Papa baik - baik!"

"Kurang baik apalagi jawaban Regan Pa?"

"Jangan sampai Papa habis kesabaran Regan."

Regan bungkam. Ia tak ingin menatap wajah dingin Papanya saat ini. Wajah yang nampak lelah, namun masih terlihat tampan meskipun usia mulai mengeriputkan kulitnya. Akan tetapi, usia saja sepertinya sama sekali tidak mempengaruhi aura kuat yang ada di dalam diri seorang Profesor Dinata. Profesor yang sudah kehebatannya sudah diakui oleh dunia.

"Papa merasa risih sekali ketika melihat fotomu yang sedang asyik merokok itu!" Ujar Dinata, "siapa yang mengajarimu melanggar aturan Papa?"

"Profesor Dinata yang terhormat sendiri."

Plak!!

Dinata yang tetiba tersulut emosi itu, tanpa komando mendaratkan tamparan keras ke pipi mulus Regan. Nafasnya menderu. Matanya memelotot seperti ingin menerkam Regan saat ini juga.

Regan yang terkejut dengan tamparan itu seketika menatap Dinata dengan tatapan kecewa. Kekecewaan seorang anak kepada ayahnya sendiri.

"Tidak ada yang mengajarimu untuk bersikap kurang ajar dengan orang tuamu sendiri Regan." Kata Dinata datar ketika emosinya sudah netral.

"Memang." Jawab Regan yang masih memeganggi pipinya, "siapa yang mau mengajari? Papa saja gak pernah ada buat Regan."

"Jangan sampai Papa menamparmu lagi Regan."

"Tampar aja Pah! Memangnya Regan salah? Salah Regan membicarakan fakta kalau Papa memang gak pernah ada waktu buat Regan? Bahkan mungkin, saking sibuknya Papa dengan pekerjaan, Papa sampai tega biarin Regan hidup di negeri orang sendirian."

Dinata bungkam. Ia merasa tertegun dengan tiap kata yang keluar dari mulut Regan.

Regan membuang nafas kasar, kemudian berbalik dan meninggalkan Dinata yang masih membeku di depan ruang kerjanya.

Ia tak pernah merasa sepusing ini sebelumnya. Meskipun, pekerjaannya selalu rumit, namun masalah keluarga memang lebih rumit ketimbang segala pekerjaan yang pernah ia lakukan.

REGAN [Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang