Tatapan Ardi

4.8K 171 10
                                    

Hope you like it...

***

Hujan. Mengguyur bumi dengan begitu derasnya. Butiran - butiran airnya berdebum ketika tersentuh tanah.

Kendaraan berlalu lalang tanpa memerdulikan ribuan air langit itu. Kota beraktifitas seperti biasa. Pejalan kaki dengan mengenakan payung, terlihat berjalan santai di trotoar jalan utama. Bus tak pernah sepi dari penumpang.

Terlihat Lalora duduk diam di halte bus. Menanti datangnya bus sekolah ditengah - tengah derasnya hujan. Waktu masih cukup panjang untuk bel masuk sekolah.

Ia terlihat sumringah ketika bus berhenti di depannya. Dengan sigap, ia memasuki bus dan memilih tempat duduk yang kosong. Pojok dekat jendela adalah pilihannya.

Lalora memandangi keluar jendela sepanjang perjalanan. Dan tak pernah sedikitpun menghiraukan keadaan sekitar.

Tiba - tiba...

"Lora cantik!"

Lalora tersentak. Ia menoleh ke sumber suara. Ardi.

Senyum Ardi merekah kala melihat Lalora dihadapannya. Yang dilihatnya hanya tersenyum kikuk.

"Abang boleh duduk sini?" Tanya Ardi.

Lalora terlihat bingung. Ia melihat ke kiri dan kanan, untuk melihat kursi kosong yang bisa ditempati Ardi.

Bukan maksud Lalora tidak ingin duduk dengannya. Hanya saja... ia tak pernah duduk dengan laki - laki sebelumnya dan itu membuatnya sedikit, gugup.

Setelah ditelisik, tak ada satu kursi pun yang kosong, hanya disebelah Lalora saja yg belum diduduki. Lalora menatap Ardi ragu. Merasa mengerti tatapan Lalora, Ardi menghela nafas. Sesaat senyumnya tak sebahagia tadi.

"Yaudah deh, kalo abang gaboleh duduk disitu," pasrahnya dan memilih berdiri hingga sampai ke sekolah.

Merasa tidak enak, Lalora menggeleng, "emm, enggak, duduk aja sini gapapa."

Senyum Ardi kembali merekah. Spontan ia mendudukkan bokongnya di kursi sebelah Lalora.

"Makasih Lora cantik!" Ungkapnya sembari tersenyum.

Lalora terkekeh kemudian mengangguk, dan kembali menatap keluar jendela.

Namun, entah kenapa Lalora sedikit terganggu karena gerakan - gerakan kecil dari Ardi. Terkadang ia bergeser ke kanan, mengganti posisi kaki, menggaruk - garuk punggung, dan lain sebagainya yang membuat Lalora memerhatikan dirinya dengan tatapan bingung.

"Emm...kenapa Ar?" Tanyanya ragu.

Ardi yang masih sibuk menggaruki punggungnya ber-eh kecil kala Lalora menanyakan dirinya.

"Eh, ini Lora, badan abang gatel - gatel, gak tenang," jawabnya dan masih setia menggaruki sekujur tubuhnya.

Lalora masih memandanginya tanpa berkedip. Merasa aktifitasnya terus - terusan dipandangi Lalora, Ardi seketika menghentikan kegiatan menggaruki punggungnya itu.

"Eh, hehe, maaf ya Lora," katanya kikuk.

Seketika Lalora tertawa. Tawa pertama dengan teman sekolah barunya. Ardi merasa sedikit canggung, dan turut larut  tertawa bersama Lalora. Tawanya begitu renyah, yang mampu membahagiakan siapapun orang yang mendengarnya.

REGAN [Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang