Patah Hati

1.2K 84 38
                                    


Hope you like it...






***




"Gue, masuk ya" ucapnya malu - malu.

Pemuda yang sedari tadi menatapnya dibalik pintu mobil hanya manggut - manggut dan tersenyum. Meskipun sudah berpamitan, gadis itu tak kunjung beranjak dari tempatnya. Ia masih saja menunduk sembari menggigit - gigit dinding bibirnya sendiri.

Sang pemuda menaikkan satu alisnya seraya berkata, "katanya mau masuk, ngapain masih diem?"

"Emm... Gue mau nanya," balasnya, tanpa berani menatap mata setajam paruh elang itu.

"Apa?"

"Itu... Lo, tadi nembak gue?" tanyanya takut - takut.

Regan mengernyit. Menegakkan tubuh kemudian terkekeh geli tanpa sepengetahuan Lalora. Ia menopangkan dagu pada pinggiran jendela mobil dan menatap Lalora yang tengah gugup itu dengan tatapan nakalnya.

"Kata siapa?" jawab Regan setelahnya.

Seketika Lalora mengerjap kemudian menatap mata Regan dengan penuh tanda tanya, "ng-nggak kata siapa - siapa, kan gue nanya"

"Jadi menurut lo, jadi pelangi itu sama dengan jadi pacar?" mendengar kata yang terlontar dari mulut Regan, Lalora kembali menunduk menahan malu.

"GR banget sih lo Beo! Hahaha" tak mengerti, hati Lalora menjadi sedikit perih dengan ucapan itu.

"Coba deh resapi setiap kata - kata gue." sambung Regan, "pelangi. Biasanya datang setelah hujan. Ibarat kata, gue baru aja kehujanan. Dan gue mau lo buat mengakhiri hujan di hidup gue. Tapi gue juga tau pelangi itu sementara. Maka dari itu, gue nggak mau terlalu bergantung sama pelangi karena kapanpun pelangi mau, dia pasti bakal pergi. Begitupun lo."

Seketika Lalora terhenyak dan menatap wajah Regan yang kini berubah datar.

"Lo itu manusia. Yang bisa aja datang dan pergi sesuka hati lo tanpa mikir hati yang lain. Dari kehilangan gue belajar, bahwa nggak selamanya yang hadir akan menetap. Bahwa setelah datang, pasti akan pergi. Gue nggak mau berharap lebih sama lo karena hati, bisa berubah kapanpun." Regan menjeda sejenak.

"Disini, gue cuma mau minta tolong, buat jadi pelangi gue tanpa ada unsur paksaan sedikitpun. Tanpa gue, menaruh harapan sedikitpun supaya suatu saat nanti lo pergi, gue nggak akan kecewa lagi. Gue nggak akan sakit lagi. Gue capek sama yang namanya kehilangan."

"Tapi gue nggak bakal pergi." potong Lalora dengan cepat.

Mereka berdua saling memandang. Regan berusaha menuntut penjelasan dari kalimat yang Lalora lontarkan barusan melalui sorot matanya. Kepercayaannya kepada manusia seakan tengah diuji saat ini. Kepergian membuat ia tersadar bahwa meletakkan harapan kepada manusia adalah sebuah kesalahan besar.

Seharusnya, dari dulu ia tak semestinya bermimpi bahwa suatu saat Ibunya akan datang menemuinya. Namun pada kenyataan, sosok Ibu yang didambakan telah lama tiada. Seharusnya dari dulu ia tak pernah meletakkan cinta kepada Bibi yang merawatnya selama di negeri luar karena ia tau, cepat atau lambat Bibinya akan meninggal. Dan seharusnya, ia tak pernah mengharap akan diperlakukan dengan penuh kasih sayang oleh satu - satunya orang tua yang ia punya di dunia. Karena dia sendiri menyadari, bahwa Ayahnya pun akan mati. Pergi. Meninggalkan dia seorang diri dengan luka yang membatu dihati.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 15, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

REGAN [Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang