Salah Tingkah

2.4K 109 18
                                    


Hope you like it...





***



"Ibu?.... " ucap Lalora bergetar dan setitik air mata berhasil lolos dari pelupuk matanya.

Matanya masih mengekor sedan itu hingga hilang dan menjauh. Ia menatap jalanan dengan tatapan nanar. Benarkah itu sang ibundanya? Ia menggeleng tak percaya dengan siapa yang dijumpainya malam ini. Ditempat terlarang yang banyak dikunjungi.

Air matanya masih tumpah. Entah mengapa dadanya menjadi sesak sekali. Ingin berkutik namun lidah seakan kaku. Membisu. Dan menatap kosong jalanan kota.

"Woy Beo!!"

Ucap seseorang mengejutkannya dan kemudian membuat fokusnya kembali lagi.

Lalora tersentak. Segera ia usap wajahnya yang sudah berlinang air mata. Regan yang masih berada diluar mobil seketika mengernyit mengetahui bahwa gadis di depannya ini menangis. Segera saja ia memasuki mobil melalui pintu kiri.

"Lo nangis?" tanyanya penasaran.

Masih sibuk mengusap wajahnya, "hah? Enggak lah, tadi ngantuk, makanya berair gini." jelasnya diakhiri dengan senyuman palsu.

Regan masih diam. Antara harus memercayai penjelasannya atau memercayai pemikirannya bahwa memang ia baru saja menangis. Kemudian ia hanya manggut - manggut, sebagai bentuk respon atas penjelasan Lalora barusan.

"Yaudah buruan tukeran tempat," ucap Regan segera. Lalora mengangguk. Mereka berdua segera bertukar posisi meskipun sulit karena keadaan mobil yang sempit.

"Bisa nggak Beo?" tanya Regan yang sudah setengah berdiri untuk memberikan Lalora jalan.

"Bisa - bisa," Lalora menunduk seolah sedang merangkak untuk kembali ke kursi kiri.

Setelah berhasil berganti posisi tanpa halangan, Regan segera menancap pedal gas dan kembali menjalankan mobil dijalanan beraspal.

"Lhoh, nggak jadi isi bensin?" tanya Lalora ketika mereka melewati pom bensin begitu saja.

"Nggak. Lagian lo udah ngantuk berat sampe nangis - nangis gitu. Nantilah gampang," jawab Regan.

Antara sedih atau harus tersipu dengan jawabannya, Lalora tak tahu. Yang pasti, hatinya tengah dirundung kepedihan masa lalu sekarang. Tanpa Regan sadari, Lalora meneteskan air matanya diam - diam. Berusaha bergelagat senormal mungkin agar tak menimbulkan curiga.

"Makasih," ucapnya ketika sudah tiba di rumahnya. Regan hanya mengangguk dan tersenyum sekilas.

"Gue langsung, salam buat Nenek lo," balas Regan kemudian segera berlalu dari sana. Lalora masih memandangi mobil itu dari tempatnya berdiri sekarang. Tersenyum tipis, kemudian berbalik dan segera memasuki rumah karena hari sudah larut.

Seperti permintaan Lalora, gerbang dan pintu rumah tidak dikunci oleh Minarni. Lalora membuka pintu rumahnya dengan begitu hati - hati. Khawatir akan membangunkan orang rumah nantinya. Lampu - lampu sudah dimatikan. Dan ia pun tak berniat menghidupkannya. Seperti maling, ia berjalan dengan mengendap - endap menuju kamarnya.

Krekk!! Namun, tiba - tiba saja ada suara yang menghentikan langkahnya saat ini. Kamarnya masih jauh. Dan ia mulai takut. Apakah, itu hantu? Apakah, ada hantu yang ingin mengerjainya? Mengingat ini hampir tengah malam. Dan biasanya, para hantu melancarkan aksinya di jam seperti ini kan? Bulu kuduk Lalora meremang.

REGAN [Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang