Tertangkap

1.4K 98 24
                                    


Hope you like it...





***





Motor itu melaju dengan kecepatan tinggi. Di kondisi jalanan kota yang sangat padat, sang pengendara dengan gesit meliuk - liukkan motornya bak menari dijalanan beraspal.

Terik mentari dan debu polusi menjadi makanan mereka hari ini. Lampu merah, dan pengendara yang ugal - ugalan, cukup untuk menghambat perjalanan mereka berdua.

"Sebenernya lo tau nggak si kita mau kemana?!" tanya Ardi cukup keras.

"Nggak!" jawab Regan tanpa mengurangi kecepatan motornya.

Ardi memelotot, kemudian plakk!! Memukul helm yang dikenakan lelaki dihadapannya ini dengan keras.

"Goblok!!" umpatnya.

"Anjir ngajak ribut lo?!" pekik Regan tak terima.

"Yang ngajak ribut itu lo goblok!!" jawab Ardi, "minggirin motornya!"

Regan menepikan motor. Ardi segera turun, berkacak pinggang memerhatikan Regan yang tengah melepas helm.

"Ribut sekarang?" tanya Regan dengan polosnya.

"Otak lo kemana sih? Kita nyari Lalora goblok!" geram Ardi.

"Ya gue tau lah! Terus ngapain lo nyuruh minggir?!"

Ardi mengacak rambutnya frustasi, "arghh! Lo tuh kebanyakan main sama Lavran jadi bego!"

"Heh, jaga mulut lo!" balas Regan sembari menunjuk Ardi.

"Lo nggak tau tujuan lo kemana, tapi lo bilang mau cari Lalora? Jiwa lo sakit kayaknya." sindir Ardi.

Regan bungkam. Memikirkan ucapan Ardi yang dirasanya benar. Kemana ia harus mencari? Kemana ia harus menuju? Jika sama sekali tidak menemukan jejak kemana Guru gila itu membawa Beonya pergi. Jika sama sekali tidak mengerti tujuan untuk mencari.

Pencarian macam apa ini?

Mereka berdua sama - sama bungkam. Namun, perbedaannya adalah, Ardi nampak sekali sangat frustasi dengan kejadian ini. Ia begitu sangat mengkhawatirkan Lalora. Setiap benda yang ada dihadapannya ia tendang asal untuk meluapkan emosinya yang terpendam. Sesekali mengacak rambutnya karena sama sekali tak mendapatkan ide untuk menemukan gadis yang ia suka.

Sementara Regan, ia diam. Duduk termenung dengan tenang. Memerhatikan ujung sepatunya, berpikir keras mencoba mempelajari keadaan. Meskipun sebenarnya ia khawatir, tetapi sebisa mungkin ia tak terbawa emosi ketika tengah berpikir.

"Lo khawatir nggak si sama dia?!" bentak Ardi padanya. Namun Regan tetap diam tak menjawab.

"Jawab woy!" lanjut Ardi, "haha, kasihan banget Lalora. Orang yang dia suka ternyata sama sekali nggak peduli sama dia. Miris bos"

"Lo bacot sekali lagi gue lempar ke Arab Saudi." tekan Regan, menatap Ardi dengan sorot mata mengintimidasi hingga ia terbungkam.

Ketika Ardi masih diam dan mematung, Regan tiba - tiba saja mengenakan helm dan bersiap untuk pergi. "Naik" ujarnya pada Ardi.

REGAN [Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang