Tentang Lalora

4K 137 0
                                    

Hope you like it...




---




Ardi sedari tadi melamuni bakso yang ada di hadapannya. Entah mengapa, selera makannya hilang tiba - tiba.

Perutnya lapar, namun mulutnya terasa kelu dan menolak untuk dihinggapi makanan apapun. Ia menghembuskan nafas pelan.

Kelvin, Hade, dan Noval yang memerhatikannya sedari tadi pun saling berpandangan satu sama lain. Kelvin sedikit mengangkat kepalanya ke arah Noval, kemudian Noval menggeleng. Ketika Noval berganti melihat Hade, Hade hanya menjawab dengan keedikkan bahu.

"Lo kenapa si bro? Diem diem baek," kata Noval memecah suasana.

Yang diajak bicara masih setia diam memandangi butiran - butiran bakso.

"Woy!!" Noval membentaknya cukup keras. Sontak Ardi terkejut kemudian reflek memukul Noval yang ada di hadapannya.

"Ayam lo!"

"Lagian, bakso bukannya dimakan malah dipantengin terus," gerutu Kelvin, "kenapa si lo?"

Ardi memandangi mereka bertiga, kemudian menghela nafas kesal dan menggaruk kepala belakangnya kasar.

"Ada masalah gue," katanya.

"Masalah apaan masalah apaan?" Sahut Hade dengan hebohnya.

"Nyokap gue, biasa" jawab Ardi malas.

"Ngejual motor lo lagi?" Tebak Noval.

Ardi hanya mengangguk. Kemudian Noval, Hade, dan Kelvin saling pandang dan menatap Ardi iba.

"Sebenernya, nyokap lo punya hutang berapa si bro? Sampe setiap motor yang lo beli dari hasil kerja lo sendiri harus dijualin terus sama nyokap lo?" Tanya Noval.

"Huhh...gak tau lah Val gue, setiap gue tegur, yang ada gue yang kena marah,"

Tak ada lagi pembicaraan antara mereka berempat. Semua terdiam larut kepada pikirannya masing - masing. Terlebih Ardi yang kini memikirkan ibunya. Yang tiap hari, selalu saja ada orang datang menagih hutang. Entah untuk apa sebenarnya uang - uang itu. Parahnya, orang - orang itu menagih hutang yang nominalnya jutaan. Ardi sampai pening dibuatnya.

Terkadang Ardi mengalah. Membiarkan Ibunya menjual motor yang ia beli dengan jerih payahnya bekerja.

Namun, Ibu Ardi pun tidak pernah sadar dengan kelakuannya yang salah itu. Menjuali motor anak demi membayar hutangnya.

Ketika Ardi protes, ibunya pasti berkata jika uang Ardi adalah uangnya juga, pun motor Ardi adalah motornya juga. Jadi ia berhak menjual motornya tanpa perlu memberi tahu Ardi terlebih dahulu. Sungguh, Ardi yang malang.

•••

"Lora cantik!" Teriak Ardi kemudian melambaikan tangannya kala melihat Lalora.

Lalora yang tengah duduk di halte pun turut tersenyum dan melambai ke arah Ardi.

Ardi berlari menghampiri Lalora di halte sebrang sana. Perlahan ia menyebrang jalan yang padat akan kendaraan, kemudian dengan mulus berhasil mendudukkan dirinya di sebelah Lalora.

REGAN [Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang