Awal

18.5K 324 0
                                    

Prang!!!!

"Aaaaa!!"

Teriakan parau itu pecah ketika benda - benda kaca dilempar begitu saja dan hancur berkeping - keping.

Pecahan itu berserakan. Beberapa menancap di tubuh wanita yang tengah menangis tersedu - sedu.

Darah perlahan mengalir dari kaki mulus wanita tersebut. Perih. Begitu perih rasanya ketika kaca - kaca tajam mengoyak sebagian kulitnya. Tangannya terlihat membiru akibat pukulan benda tumpul. Bibirnya mengeluarkan sebercak darah akibat suatu tinjuan.

Wanita itu lunglai. Terduduk pilu disebuah lantai pualam dan dikelilingi pecahan - pecahan kaca yang tersebar. Tangisnya kini tak bersuara. Sesekali meringis menahan sakit disekujur tubuhnya.

"Wanita bajingan!!" Teriak laki - laki dihadapannya.

Plak!

Satu tamparan kasar mendarat mulus di pipi wanita itu.

Ia masih menangis sembari memegangi pipinya yang terasa begitu panas dan ngilu. Semakin deras terasa air matanya tumpah.

"Kenapa? Apa yang membuatmu begini?" Laki - laki itu menjatuhkan dirinya. Nampak sekali ia begitu frustasi.

Tak ada jawaban dari si wanita. Ia diam dan menangis sembari menatapi kaki - kakinya yang terbuka mulus tanpa penutup. Rok mini se-paha nya tidak akan mampu menutupi kaki porselen itu. Baju ketat yang ia gunakan memperlihatkan tiap lekuk tubuhnya dengan jelas. Riasan wajahnya kini sudah tak beraturan. Deras air mata yang keluar melunturkan segala jenis polesan diwajahnya.

"Selama ini aku mempercayaimu Diandra," katanya tercekat.

Ia menghantamkan tinjuan ke lantai dengan frustasi. Tangisnya pecah. Tangis marah, kecewa, dan malu bercampur menjadi satu.

Suasana dirumah itu begitu pilu. Hanya ada isak tangis yang terdengar, setelah kekacauan beberapa menit lalu.

"Mas... a-aku minta ma-"

"DIAM!!" Bentak laki - laki itu sembari menunjuk si wanita. Seketika wanita bungkam dan menunduk.

"Aku tidak butuh maafmu!"

"Kupikir, selama ini aku benar memilihmu. Aku benar menikahimu. Tapi sekarang aku menyesali keyakinanku sendiri. Itukah kamu Diandra? Bahkan...dengan cara berpakaianmu yang seperti itu aku tidak mengenalmu. Kupikir kau wanita terbaik yang pernah aku miliki, ternyata kau tidak lebih dari seorang-"

"Pah? Mah?" Seketika laki - laki dan wanita itu menghadap ke sumber suara.

Seorang gadis terlihat berdiri dengan lutut gemetar karena menyaksikan pemandangan di depannya. Matanya memanas. Ia menatap bergantian Papa dan Mamanya disana.

Papanya yang masih mengenakan baju kantor terlihat begitu lusuh dan berantakan. Serta mamanya, yang entah memakai pakaian apa, kini terlihat sembab dan dikelilingi pecahan kaca. Ada apa? Apa yang sebenarnya terjadi?

"Ad-ada apa ini?" Tanyanya gemetar.

Papa dan mamanya saling pandang sejenak. Setitik air mata gadis itu jatuh ke lantai.

"Mah! Kenapa mama berpakaian seperti itu?! Pah! Ada apa sebenarnyaa?! Jawab mah, pah!" Tangisnya pecah.

Kedua orang tuanya kini menunduk dan diliputi rasa bersalah. Hati mereka begitu sakit melihat pemandangan ini.

Diandra bersuara, "Maafkan mama Lora, mama...mama tidak bermaksud seperti ini."

Gadis itu menggeleng frustasi. Ia sudah tahu. Ia sudah mengetahui apa yang tengah terjadi. Tatapannya mengungkapkan perasaan kecewa kepada orang tuanya.

Tanpa bersuara, gadis itu memutar badan dan meninggalkan kedua orang tuanya.

"Lora!! Lalora! Maafkan kami nak..." Teriak sang papa yang sama sekali tak berpengaruh ditelinganya.




***










Hope you enjoy my first story my readers:*

Maaf absurd ehe...

REGAN [Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang