4. Crazy Rich Huening

3.4K 368 129
                                    

"Kenapa restoran ini sepi sekali?"

Hueningkai memasukkan potongan steak dan rebusan buncis ke dalam mulutnya santai. Ia menikmati setiap potong daging sapi yang juicy itu perlahan. Sesekali melirik Choco yang terlihat kebingungan dengan restoran yang sepi. Hanya ada mereka berdua di sana.

"Aku menyewa restoran ini."

"Apa? Kamu tidak perlu berlebihan seperti ini, mal."

Choco mencoba memotong steak itu berkali-kali, namun hasilnya tetap sama saja. Ia tidak bisa menggunakan pisau dan garpu dengan benar. Bukannya terpotong, daging steak malah terlempar ke wajah pria bule di depannya, membuat pria itu terkekeh, mengambil tisu lalu mengelap bagian wajahnya yang tadi terkena 'potongan gagal' dari gadisnya.

"Maaf, aku tidak terbiasa makan memakai garpu dan pisau, hehehe."

Sang pria mendekat, memegang tangan Choco, memposisikannya untuk memotong daging dengan pisau dan garpu di masing-masing tangan gadis itu, menggenggamnya kemudian mengajarinya memotong beef steak dengan benar lalu menuangkan saus ke atas daging yang telah terpotong-potong kecil di atas hot plate.

"Begini caranya, mengerti?"

Gadis itu mengangguk mengerti lalu memasukkan potongan daging tadi ke mulutnya perlahan. Hueningkai kembali duduk ke kursi di depannya.

Suasana hening. Hanya terdengar alunan musik saxophone di restoran mewah itu. Choco melihat ke sekitar, tampak guci-guci mahal berada di masing-masing sudut ruangan. Lampu yang berhiaskan berlian di beberapa bagian, karpet merah yang kini dipijaknya, menambah kesan glamour.

Tidak salah lagi, ini pasti restoran bintang lima dengan harga menu selangit.

"Kenapa?"

Hueningkai yang sudah selesai makan mengusap bibirnya dengan tisu lalu menuangkan sebotol beer ke gelas, meminumnya sekali teguk.

"Hey, berapa harga menu di sini hah?"

Bisik gadis itu pada sang pria yang ditanggapi tawa kecil darinya. Inilah yang Hueningkai suka dari Choco, yang membuatnya berbeda dari wanita lain yang mencoba mendekatinya, kesederhanaanya.

"Kakak tidak perlu tahu, nikmati saja hidangannya selagi masih hangat."

"Baiklah."

Choco memakannya dengan lahap. Pria bule itu kembali memandanginya. Ah, menggemaskan sekali gadis ini. Caranya mengunyah makanan yang memenuhi mulutnya. Hueningkai tak tahan lalu mencubit pipinya, membuatnya mengaduh kesakitan. Jangan lupakan mulutnya yang masih sibuk mengunyah itu. Lucu sekali.

"Lagian kenapa kamu menyewa restoran mewah sebesar ini? Hanya kita berdua yang makan di sini Tuan Huening, tempatnya tidak akan penuh."

"Aku ingin suasana yang lebih privat saja kak, hanya kita berdua."

Gadis itu meminum jus jeruk yang tadi dipesannya. Ya, Choco memang tidak suka minum minuman beralkohol, jadi dia memesan jus jeruk saja.

"Kalau ingin yang lebih intim kita 'kan bisa ke kamar!"

"Uhuk!"

Perkataan Choco sukses membuat Hueningkai tersedak. Bagaimana bisa dia bilang seperti itu? Apa ini sebuah kode? Kode untuk mengajak- ehem. Sebagai pria normal, tentu saja itu membuatnya berpikiran yang tidak-tidak.

"M-maksudku kita bisa makan di kamarku seperti dulu lagi, kita bisa memesan street food lalu makan berdua di kamar dan saling mengobrol."

Choco gelagapan begitu tahu Hueningkai salah tangkap maksud dari perkataanya tadi. Astaga Choco! Ingat! Yang di depanmu sekarang ini Tuan Muda CEO Huening Kamal Kai, bukan Huening Kamal Kai si bule polos!

Adult | Hueningkai ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang