Epilogue

1.2K 163 99
                                    

Hueningkai baru saja pulang dari Sky Group Company setelah melewati hari yang begitu sibuk. Hari ini sungguh melelahkan dengan rentetan meeting dan rapat mendadak. Sejumlah client penting dari berbagai perusahaan ternama baik dari dalam maupun luar negeri harus ia temui. Vernon tak kalah sibuk, pria bermarga Chwe itu bahkan tak sempat menghubungi kekasihnya.

Gerah, Hueningkai melepas jas dan kemeja kerjanya. Menaruhnya ke keranjang baju kotor dekat mesin cuci lalu beranjak ke dapur untuk makan. Di sana ia melihat Choco dengan daster biru tengah bergerak kesan kemari.

"Honey? Kamu memasak?"

Sang empunya otomatis menoleh, didapatinya Hueningkai yang topless- bertelanjang dada dengan hanya mengenakan celana kerjanya. Pemandangan panas macam apa ini? Bohong kalau otak Choco tidak memikirkan yang iya-iya.

"T-tidak, aku hanya menghangatkan sayurnya saja."

Menyadari gerak-gerik istrinya yang mencurigakan, Hueningkai menyeringai. Tersenyum miring, menghampiri wanitanya dan memeluknya dari belakang. "Y-yak!" Choco tercekat dan hanya ditanggapi kekehan singkat dari Hueningkai.

"What's wrong, darl?"

Geli, prianya menenggelamkan wajah ke ceruk leher Choco. Deru nafasnya yang memburu dapat terdengar jelas di telinganya. Nafasnya memberat seiring makin kuatnya Hueningkai memeluk pinggangnya dari belakang.

Kebetulan, rumah sedang sepi. Choco baru saja selesai menyusui dan menidurkan Mara. Sebenarnya Hueningkai mempekerjakan beberapa asisten rumah tangga di sini, namun mereka semua tidak menginap. Untung saja tadi Aya dan Thea tidak rewel. Jadi, Mara bisa tidur lagi dengan tenang.

"Uhm, no... nothing." lirih Choco yang terdengar sedikit bergetar karena... gemetar? Sudah lama sejak terakhir kalinya mereka bersentuhan sepanas ini.

"Luka jahitanmu..." sengaja menggantungkan ucapannya dengan suara rendah seraya mengecupi tengkuk Choco.

"—bukankah sudah sembuh?" sambungnya kemudian.

Sudah beberapa bulan berlalu sejak operasi persalinannya dan memang benar sih, luka jahitannya sudah sembuh. Hanya tinggal bekasnya saja.

"I-iya, memang sudah sembuh. Kenapa?"


¤¤¤

"Kamal, pelan-pelan."

Choco mendongak kala bibir Hueningkai dengan lancangnya menghisam perpotongan lehernya. Meninggalkan bekas-bekas kemerahan di permukaan kulit mulus itu.

"Kamu tahu? Aku sangat lelah hari ini dan membutuhkan energi darimu." bisiknya sebelum bibir mereka menyatu sempurna. Kembali berciuman panas. Namun saat Hueningkai hendak melepas daster yang Choco kenakan—

O-oeeeekkkkkk!

— salah satu bayi mereka terbangun dan menangis kencang. Tentu saja naluri Choco sebagai ibu otomatis aktif segera bangkit dan menghampiri putri kecilnya itu. Hueningkai mendengus kesal.

Ia hanya memandangi Thea yang kini mulai tenang di gendongan Choco. "Sayangku, utututu sayangg... kenapa? Mau minum susu ya?" Wanita itu duduk bersandar di sofa kamar, mulai menyusui si bungsu. Tersenyum sembari mengusap rambutnya perlahan. "Iya... minum yang banyak ya? Supaya kamu kenyang, kekeke..."

Adult | Hueningkai ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang