Suasana sore di Kawasan Wisata Kota Tua Jakarta tampak begitu ramai. Orang-orang memanfaatkan waktu sore mereka untuk sekedar bersantai ataupun berekreasi dengan keluarga dan orang terdekat di sini.
Langit berwarna kebiruan berpadu dengan awan-awan tipis yang nampak seperti serat kapas ditambah matahari yang masih bersinar cerah membuat kesan aethestic pada foto yang Choco ambil.Bara mendekat, melihat hasil jepretan Choco di ponselnya lalu tersenyum, gadis ini pandai memotret juga.
"Cho, bagaimana kalau kita berfoto bersama?"
Gadis itu mengangguk senang lalu merangkul Bara dan mulai berpose, mengarahkan layar ponselnya ke wajah mereka berdua. Jantung Bara mendadak berpacu, dapat ia hirup aroma tubuh Choco yang wangi dan juga hangatnya tubuh gadis itu. Dengan posisi sedekat ini lama-lama bisa sakit jantung dia. Ia mulai sedikit salah tingkah. Apalagi sekarang Choco mengeratkan rangkulannya mesra. Rasanya Bara seperti terbang di langit ketujuh. Ia bisa gila karena kegirangan!
Sementara itu dari kejauhan Hueningkai dengan teropongnya tengah mengamati mereka berdua. Daritadi ia terus menggerutu melihat kedekatan kedua insan yang tengah asik berpose di seberang sana. Kenapa sih Kak Choco seakrab itu dengan vokalis itu? Ia kesal sendiri melihatnya.
Kembali lagi dengan Choco dan Bara yang kini tengah berjalan-jalan di kawasan Street food yang terletak tak jauh dari Kota Tua, mencoba berbagai jenis kudapan yang dijajakan di sana, dari mulai sate usus, telur puyuh, martabak, cilok, tahu bakso, sampai nasi kucing, semua mereka makan.
Keduanya tampak begitu menikmati apa saja yang mereka makan sore ini. Hueningkai terus mengendap-endap mengikuti mereka dari belakang, sesekali bersembunyi jika merasa hampir ketahuan, membuat orang-orang memandangnya curiga, namun ia tidak peduli, yang penting dia bisa 'mengawasi' calon istrinya walaupun dari kejauhan.
Bara dan Choco terus berjalan hingga sampailah mereka di sebuah angkringan. Hueningkai sedikit mengintip dari balik terpal angkringan sederhana itu. Choco tersenyum miring, gadis ini sebenarnya tahu kalau Hueningkai mengikutinya. Ia sengaja memanas-manasi pria bule itu agar tambah cemburu padanya. Hueningkai saja bebas berjalan bersama siapapun, masa dirinya tidak sih? Bukankah impas kalau begini?
"Silahkan Mas, Mbak.."
Sang pemilik angkringan meletakkan dua gelas teh jahe di meja gerobak sebelah kiri, tempat keduanya duduk. Choco segera meminum segelas teh jahe itu, menikmati sensasi rasa manis dan sedikit pedas berpadu dengan teh hangat yang perlahan memasuki kerongkongannya.
"Hangat, bukan?"
Bara meletakkan kembali segelas teh jahe yang telah diminumnya setengah itu, lagi-lagi mengulas senyum ke arah Choco. Sementara gadis itu mengambil tempe goreng dan memakannya. Enak, perutnya sudah cukup kenyang karena banyak mencoba makanan.
"Iya, hangat dan manis seperti kamu!"
Begitu mendengarnya, pria yang berprofesi sebagai vokalis band itu tersipu malu. Pipinya memerah, membuat Choco tertawa melihatnya. Aduh, manis sekali sih Bara ini. Rasanya tipe idaman Choco banget! Tapi apa boleh buat, hatinya tidak bisa bohong. Tetap pada cintanya ke Tuan Huening.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adult | Hueningkai ✔
Fanfiction[BOOK#2] Kelanjutan kisah Hueningkai mengejar cinta pujaan hatinya, Kak Choco, sekembalinya dari Jerman. [Sequel of Bule Ganteng | Hueningkai] [Bahasa Baku] [DIMOHON KEBIJAKANNYA DALAM MEMBACA!] Highest Rank: #1 -kaitxt #1 -beomgyu #7 -hueningka...