23. Apology

2.3K 218 30
                                    

Pukul 5 pagi, hujan masih turun membasahi tanah Jakarta. Udara terasa dingin membuat orang-orang menjadi sedikit malas untuk memulai aktivitasnya. Begitupun juga Hueningkai dan Choco yang masih bergumul dengan selimut mereka, mengeratkan pelukan satu sama lain, menghangatkan tubuh.

"Hoam..."

Hueningkai menguap, membuka perlahan matanya, mengerjap sebentar menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina. Sedikit terkejut saat mendapati sang istri masih tertidur pulas di dekapannya.

Mengamati bagaimana Choco tertidur dengan posisi meringkuk di dadanya. Rambutnya sedikit berantakan dan basah.

"J-jangan..kumohon.." Racaunya dengan mata yang masih terpejam. Hueningkai tersenyum simpul, mengingat bagaimana ia memperlakukan sang istri dengan kasarnya. Kesalahpahaman telah mengubahnya menjadi iblis semalam.

Ia telah sepenuhnya salah paham pada Choco, apa yang dilihatnya kemarin hanyalah bias dari rasa cemburunya. Semalam, wanita itu telah menjelaskan bahwa sebenarnya ia hanya ingin berpamitan untuk yang terakhir kalinya kepada Pak Jeon, atasannya di diskotik. Tetapi karena Choco terpeleset dan tak sengaja menumpahkan minuman ke baju Pak Jeon, posisinya jadi agak ambigu. Hueningkai mengira bahwa istrinya telah mengkhianatinya dan berselingkuh dengan pria berperawakan kekar itu.

Ia perlahan menyingkirkan tangannya dari tubuh polos itu agar tidak membangunkannya. Mengelus rambutnya lembut sesaat lalu beranjak pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

¤¤¤

"Aduh! Bagaimana ini?"

Arjun takut setengah mati karena hari ini Choco tidak masuk. Barusan Hueningkai menelponnya. Pria itu bilang Choco sedang sakit. Masalahnya, semua berkas yang harus ia berikan ke Kepala Sekolah hari ini dibawa oleh adik sepupunya itu dan sekarang bell masuk sekolah sudah berbunyi.

Beep beep...

"Apa lagi hah?"

Ia menjawab panggilan di ponselnya ketus.

"Kak, aku sudah ada di depan gerbang sekolah."

Pria yang berprofesi sebagai guru Bahasa Inggris sekaligus Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan itu berlari keluar dari Kantor Guru.

Mendapati Sang Tuan CEO yang sudah menunggunya di depan gerbang sekolah lengkap dengan hoodie kuning kesayangannya. Menarik perhatian orang-orang yang berlalu lalang di sekitar sana, membuatnya risih dan menutupi wajahnya. Arjun menghampirinya. Hueningkai memberikan dua map berisi berkas-berkas penting di tangannya kepada pria itu.

"Thank you."

Sang pria bule mengangguk tersenyum tipis padanya.

"Kamu yang membuatnya sakit 'kan?"

"What did y-"

"Kalau berani kasar lagi padanya, kugetok kepalamu itu!"

Itulah kata terakhir Arjun sebelum meninggalkannya masuk kembali ke dalam sekolah. Hueningkai melongo, bagaimana Arjun bisa tahu?

¤¤¤

Choco sudah lengkap dengan kaos oblong dan celana pendeknya keluar dari kamar mandi. Indra pembaunya menangkap aroma masakan yang begitu harum membangkitkan selera. Perutnya meronta, meminta diisi setelah tenaganya terkuras habis semalam. Bergegas ke dapur untuk mencari sumber aroma yang menggelitik hidungnya.

Adult | Hueningkai ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang