38. The fact

1.4K 188 56
                                    

Little warn!

▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎

"Eumm, enak..."

Choco memakan pie apel buatan Hueningkai senang. Akhir-akhir ini suaminya suka memasak dan membuatkan makanan untuknya. Dimulai dari bubur, sup ayam, pudding, hingga sekarang pie apel. Pria bule itu cepat sekali mempelajari resep masakan yang didapatnya dari internet.

"Ah, thank you, darl." prianya tersenyum manis, meletakkan nampan berisi 2 gelas susu ke atas meja makan. Melepas apron, melipatnya rapi di nakas dekat oven dan beralih duduk di samping sang istri yang masih menikmati kudapan sore buatannya.

"Aku pikir selain jadi CEO, kamu bisa membuka toko kue di dekat kantormu, kekeke..." kekeh wanita itu, mencolek-colek isian pie-nya, lalu memasukkan jemarinya ke dalam mulut. Menikmati sensasi manis dari pie apel buatan Hueningkai dari telunjuknya.

"Such a good idea, honey..."
Sahut sang suami kemudian, ikut memakan pie apel buatannya. Wah, ia tidak menyangka ternyata bisa seenak ini. Mungkin benar kata istrinya, ia bisa membuka toko kue di dekat Sky Group Company. Ide yang bisa ia coba suatu hari nanti.

Baguslah, nafsu makan Choco meningkat setelah keluar dari rumah sakit. Setidaknya ia bisa merasa sedikit lega karena wanita itu tidak berlarut-larut dalam kesedihan, yah meskipun terakhir kali ia melihatnya menangis semalam di pelukannya sampai tertidur. Tetapi pagi ini wajah Choco tidak muram lagi, ia mulai ceria dan banyak tersenyum. Nada bicaranya terdengar riang seperti saat sebelum cobaan bertubi-tubi menimpanya.

Hening. Keduanya saling terdiam. Choco masih lahap memakan pie apelnya, sementara kini Hueningkai intens memperhatikan Choco. Wanitanya terlihat begitu mempesona dan errr... sedikit menggoda? Otak Hueningkai tak bisa berpikir jernih, apalagi saat melihat bibir merah sang istri yang basah dan merona. Caranya mengunyah perlahan sembari membersikan sisa-sisa isian pie di permukaan bibir dengan lidahnya. Tanpa sadar menciptakan sensasi sensual yang membuat Hueningkai 'bangun'.

Sebenarnya Hueningkai ingin meminta jatah, namun karena keadaan yang tidak memungkinkan ia berusaha sebisa mungkin menahannya. Ia paham betul, Choco mungkin sedang tak bergairah karena kejadian buruk yang menimpanya belakangan ini. Emosinya jadi tidak stabil.

"Hey, kenapa melihatku seperti itu?" tanyanya pada Pria Jerman itu, menatapnya. Hueningkai tak bergeming. Jantungnya terpacu kencang. "Tidak apa-apa... lanjutkan saja makanmu, hehehe..." jawabnya, dusta.

"Kamu tidak makan, sayang?"

"Tidak, aku sudah kenyang sayang."

Choco mengangguk-anggukkan kepalanya sesaat, meminum susu yang suaminya buatkan. Meminumnya sedikit, menjilat sisa-sisa minuman manis itu perlahan di bibir. Sial! Bibir itu, ingin sekali dikulum. Hueningkai rasanya sudah sangat ingin membawanya ke ranjang.

Rasanya sudah lama miliknya tak terpuaskan, padahal baru beberapa minggu. Ah dia frustasi! Ingin menuntaskannya sekarang juga. Tapi, di sisi lain ia tidak tega. Istrinya baru saja keguguran.

Pranggg!

Garpu yang Choco pegang tak sengaja jatuh, membuatnya beranjak dari kursi, berjongkok menunduk untuk mengambil garpu yang jatuh di bawah meja. Hueningkai sedikit meliriknya. Sial! Lagi-lagi ia terpancing saat melihat belahan dada istrinya yang menyembul di balik kaos oblongnya.

Ah persetan! Tak tahan, dia pun segera menarik Choco, menggendongnya dan mendudukkannya di sisi wastafel dapur. Nafas pria blasteran itu memburu, keringatnya mengucur panas. Hanya diam, menatap Choco yang terkejut balik menatapnya.

Adult | Hueningkai ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang