35. Painful shadow

1.3K 187 37
                                    

Arjun begitu terkejut, matanya melebar seketika. Kejadian ini benar-benar tak terduga olehnya. Pantas saja semenjak bangun pagi ini firasat buruk menghinggapinya. 

Pria berjas itu, ayah Naomi baru saja melangkahkan kaki memasuki ruangan. Baru saja masuk, langkahnya terhenti seketika. Dapat dilihatnya dengan jelas, Choco dan pria yang cukup berumur itu bertemu pandang. Tatapan sendu dari pria itu, lalu berujar ke arah Choco.

"Ayu—" Berbeda sama sekali darinya, tatapan wanita muda itu, adik sepupu Arjun, mengisyaratkan kebencian yang mendalam. Tanpa pikir panjang, ia melepaskan kakinya dari Naomi kemudian langsung bangkit keluar dari ruangan tempat mereka berada.

Hening, semuanya terdiam. Mencoba menerka-nerka apa yang sebenarnya terjadi. Hanya isakan Naomi yang terdengar sesekali. Pria setengah baya itu, Tuan Kang  menghampiri putrinya. Mengajaknya berdiri, memeluk tubuh anak perempuannya.

"Jadi benar 'kan, yah? Wanita itu putri ayah juga?"

Semua hanya terkejut dalam diam, tak bisa berkata maupun berbuat apapun. Putrinya juga? Apa maksudnya?

Arjun segera berlari keluar menyusul Choco.

¤¤¤

Choco tengah duduk di taman belakang sekolah. Perasaannya sudah sangat buruk, ia sama sekali tak menyangka bahwa ia akan bertemu kembali dengan orang yang sudah menghancurkan hidupnya. Orang yang sudah meninggalkannya, ibu dan adiknya. Orang yang tega menelantarkannya dan Putra bahkan saat usia mereka masih sangat muda.

Ia sudah sangat lama menghapus ingatan itu, tidak mau mengingatnya lagi sedikitpun. Memori menyakitkan di masa lalu yang membuatnya depresi saat duduk di bangku sekolah dasar. Mengapa kini justru kembali? Mengapa orang itu muncul lagi di kehidupannya?

Perasaannya begitu kacau, menangis sendiri di bangku taman yang sepi berteman suara dedauan yang jatuh perlahan dari pohon-pohon itu. Tak tahu lagi harus berbuat apa. Ia begitu terpuruk. Luka lamanya kembali terbuka.

•••

Flasback...

Seorang gadis kecil tengah menggandeng tangan adiknya seraya membawa sebuah payung di tangan kirinya. Tangan kanannya menggenggam erat telapak tangan bocah lelaki yang yang lebih muda darinya itu.

"Kak, kenapa ibu tidak menjemput kita siang ini?"

Bocah lelaki itu, Putra kecil, memakan donatnya lahap. Selai coklat membuat mulutnya belepotan, pipinya bahkan kini hampir penuh dengan selai manis topping donat yang ia pegang. 

"Mungkin saja ibu sedang sibuk membuat kue pesanan sampai lupa menjemput kita."

"Yahhh, tapi 'kan Putra maunya dijemput~"

Mengerucutkan bibirnya kesal pada bocah perempuan yang 2 tahun lebih tua darinya itu.

"Hahaha, tidak apa-apa Put. Lagipula sekolah kita 'kan dekat dari rumah."

"Kalau bisa pulang sendiri, kenapa tidak?"

Sambung Choco kecil kemudian, rambutnya yang dikuncir dua perlahan tertiup angin. Putra hanya menurut, mengangguk menanggapi perkataan sang kakak. "Ya udah deh, cepet yuk kak jalannya, hujannya semakin deras nih."

"Oke! Yuk!" Rintik air hujan yang mulai lebat sama sekali tak menghalangi langkah mereka berdua untuk pulang menuju rumah.

Adult | Hueningkai ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang