"Congratulations! Good job! You'll be a father!"
"Hmm...yeeahh.. thanks."
Hueningkai tampak lelah, kantung matanya sedikit menghitam. Tampak tak bersemangat. Tidak seperti biasanya. Vernon yang baru pulang dari Jerman setelah kemarin menjenguk sang ibu terus memperhatikannya.
"Hey, what's wrong? Kenapa terlihat tidak senang begitu?"
Pria berambut pirang itu duduk di sofa depan meja kerja sang atasan dan meletakkan tas kerjanya di sana. Hueningkai mengusap matanya perlahan, menguap. Ia menghela nafasnya singkat, "Istriku sedang mengidam—"
"Wait! Wait! Let me guess–"
Si sekretaris memotong perkataan atasannya, menunjukkan gestur tak biasa, "Kamu pasti begadang karena menuruti keinginan Choco ya?" sambungnya sedikit tertawa. Sang atasan mengusap wajahnya yang tampak mengantuk sendiri.
"Iya, bukan begadang... lebih tepatnya dia membangunkanku dini hari hanya untuk meminta es krim."
"Seriously? Hahaha, selamat perjuanganmu baru dimulai kawan!"
"Hah... bayangkan pukul tiga pagi aku mengendarai mobil berkeliling mencari es krim."
Vernon hanya tertawa saja. Ah, sepertinya menyenangkan ya saat istri sedang hamil. Sayangnya ia belum punya. Demi sempak polkadot Hueningkai, sepertinya pria bermarga Chwe itu harus cepat-cepat mencari istri.
"Hahaha, sudah terima saja. Dia merengek 'kan saat menginginkan sesuatu?"
Benar sih, akhir-akhir ini Choco suka merengek manja padanya. Meski sedikit sebal, tapi Hueningkai gemas sekali! Apalagi mendengar suaranya yang dibuat-buat itu saat merengek minta sesuatu, arghhh! Sangat imut! Ia mengangguk singkat mengiyakan pertanyaan Vernon.
"Sudahlah Tuan, aku tahu kamu lelah... tidurlah."
"Tapi—"
Si sekretaris menghampiri Hueningkai lalu menepuk pundaknya, "Biar aku saja yang mengurusnya." pria bermarga Huening itu tersenyum menanggapinya, "Terimakasih, Kak Vernon."
Vernon sedikit terkejut, sudah lama sekali sejak terakhir kali sang CEO memanggil namanya dengan sebutan 'Kak'. Ah, Hueningkai yang lucu. Adik kecilnya itu sudah tumbuh besar.
¤¤¤
"Kamu yakin akan melakukannya?" Gadis berseragam itu menyeringai penuh arti. Membuat sahabatnya bergidik ngeri, ia tahu betul apa yang direncanakan gadis itu.
"Mi, sebaiknya kamu tidak melakukannya... sungguh, aku khawatir padamu." Gadis itu hanya terkekeh, masih dengan sebungkus snack di tangannya. Membukanya lalu memasukkannya ke dalam rongga mulutnya.
"Apa pedulimu? Kamu tidak tahu apa yang aku rasakan!" mengunyah keripik kentang itu santai lalu menyeruput boba sugar milk di atas meja kantin. Si sahabat tampak khawatir, disentuhnya pundak gadis berambut panjang itu lembut, "Kamu harus memikirkannya kembali, jangan gegabah dalam bertindak apalagi membahayakan orang lain."
Gadis dengan seragam ketat nan pendek itu menepis tangan sahabatnya kasar, ia sudah tidak peduli lagi. Ia tidak bisa menahannya lagi. Keinginan untuk mencelakakan orang yang sudah mengacaukan kebahagiaan hidupnya.
"Jangan campuri urusanku kalau kamu masih mau jadi sahabatku!" Ia pun pergi berlalu begitu saja tanpa mempedulikan sahabatnya yang tampak khawatir akan dirinya.
¤¤¤
Choco sedang mengajar di kelas. Rasanya detik jam berlalu begitu cepat hari ini. Hari sudah sore. Matahari hampir terbenam di ufuk timur. Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore, ia segera mengakhiri kelas tambahan untuk kelas 12.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adult | Hueningkai ✔
Fanfiction[BOOK#2] Kelanjutan kisah Hueningkai mengejar cinta pujaan hatinya, Kak Choco, sekembalinya dari Jerman. [Sequel of Bule Ganteng | Hueningkai] [Bahasa Baku] [DIMOHON KEBIJAKANNYA DALAM MEMBACA!] Highest Rank: #1 -kaitxt #1 -beomgyu #7 -hueningka...