44. Fifth, piano

1.8K 181 75
                                    

Hueningkai memandangi Choco, ia menahan tawanya saat melihat istrinya itu membenarkan syal di lehernya guna menutupi bekas kepemilikan laknat yang ia buat semalam. Ia tak menyangka 'sesuatu' yang ia masukkan ke dalam red wine kemarin benar-benar bereaksi hebat. Pantas saja Choco menggila semalaman.

"Sibuk memandangi apa hm?" lanjutnya menghampiri wanitanya.

Sang wanita menoleh, mendapati suaminya sudah berdiri di sampingnya. Choco sedikit menyengir. Lihat, cengirannya bahkan seperti seorang gadis kecil yang kepergok mencuri permen.

"Ehehe, cuci mata di siang hari. Lumayan."

Manik hazel Hueningkai beralih mengarah ke gubuk kecil di samping kebun anggur, mengikuti kemana arah pandangan Choco tertuju. Bibirnya sedikit membentuk huruf 'o' saat mendapati beberapa karyawan yang sedang beristirahat di sana.

Tampak beberapa lelaki muda melepas baju mereka karena kepanasan. Keringat bercucuran begitu saja di antara perut kotak-kotak dan otot bisep mereka yang terbentuk sempurna. Wah, nikmat Tuhan mana lagi yang kau dustakan?

"Hey, bukankah aku juga punya? Bahkan kamu bisa puas memandanginya kapan pun kamu mau."

Choco terkikik geli begitu mendengarnya. Dari nada bicaranya sih sepertinya Hueningkai cemburu.

"I'm jealous, you know?"

Tuh 'kan benar. Lagi lagi Choco hanya tertawa.

"Terus kenapa kalau kamu cemburu? Kamu saja sering melihat wanita-wanita cantik di perusahaanmu." lanjutnya jahil menatap Hueningkai yang kini memasang wajah masamnya.

"Yak! They're my employees!"

"Mereka juga karyawanmu. Masa aku tidak boleh memandanginya juga?" Choco menunjuk ke arah para pekerja yang kini sedang memakan makanan mereka. Bule-bule kalau sedang makan memang tampak berbeda ya... tampak gagah? Rasanya seperti melihat film-film barat.

"Ya sudah pandangi terus sampai matamu pedas!"

Kali ini Choco tertawa keras. Kelihatannya Hueningkai benar-benar cemburu kali ini. Ya ampun, dia 'kan baru memandangi mereka saja. Tidak berbuat apa-apa.

Hueningkai turun dan berjalan ke arah kebun anggur. Mengusir para pekerja yang baru selesai memakan makanan yang dihidangkan oleh para pelayan di sini. Ia jengah, tak mau istrinya terus memandangi pria-pria bule itu, membuat Choco kembali tertawa.

Dasar pencemburu!

¤¤¤


Sore ini Hueningkai dan Choco berjalan-jalan ke pusat Kota Munich. Suasana kota tampak ramai, tidak seperti pedesaan yang relatif lebih sepi. Mereka berdua mampir ke kedai makanan di pinggir jalan dan memesan sepiring roti dengan beberapa potong buah segar sebagai kudapan. Tak lupa secangkir kopi hangat sebagai pelengkap.

 Tak lupa secangkir kopi hangat sebagai pelengkap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Adult | Hueningkai ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang