"Sebenarnya aku ini apa bagimu?"
"Apa aku hanya mainan bagimu?"
Hueningkai menatap Choco. Mengusap pipinya lembut. Menenangkan gadisnya yang terluka akibat ulahnya tadi.
"More than someone who i love, you're my everything.. my only one."
Kembali mendekapnya hangat. Sambil berkali-kali meminta maaf pada gadis itu. Hueningkai bahkan tak peduli dirinya yang masih shirtless dan kancing baju Choco yang terbuka. Yang ia pikirkan hanyalah bagaimana cara menenangkan gadis yang ia cintai.
"I'm sorry, i'm sorry.."
Choco masih bungkam, tak memberontak sama sekali kala pria itu menyandarkan dagunya ke bahunya yang terbuka itu. Kemejanya sudah berantakan. Hueningkai kini mengelus kepalanya lembut, masih dengan ucapan maaf bertubi-tubi yang terlontar dari mulutnya.
Dapat Choco rasakan bahunya yang basah saat itu. Ya, Hueningkai yang menenggelamkan wajahnya ke bahunya kini ikut menangis. Choco ikut mengelus kepala sang pria bule, membuatnya menarik wajahnya dari bahu gadis itu, melepas pelukannya. Keduanya sama-sama mengusap air mata.
"Bodoh! Kenapa kamu juga ikut menangis?"
Choco sebenarnya ingin tertawa saat itu juga, ternyata ada satu sifat pemuda itu yang tidak berubah dari dulu. Cengeng.
"Siapa yang menangis? Mataku kelilipan kok!"
Bahkan dalam situasi seperti ini masih sempat-sempatnya seorang Tuan Huening melucu. Choco tertawa kecil, matanya masih sembab. Begitupun juga Hueningkai. Keduanya tersenyum satu sama lain.
Choco segera mengancingkan kemejanya kembali. Hueningkai juga memakai kemejanya kembali.
"Kau belum menjawab pertanyaanku secara tuntas, Tuan Huening!"
Tandasnya kembali mendekati pria yang kini sudah lengkap dengan kemejanya itu. Alisnya bertaut menatap sang gadis.
"Kamu lebih dari orang yang aku cintai, kamu adalah segalanya, satu-satunya untukku, kak."
"Lalu siapa yang bersamamu tadi siang?"
Pria itu tertegun, berpikir sejenak. Ia baru ingat kalau Choco sudah berjanji untuk mengantarkan bekal makan siang untuknya. Jadi gadis itu melihatnya bersama wanita anak pengusaha tadi? Pantas saja Choco terlihat muram.
Oh astaga, bagaimana bisa dia lupa kalau ada janji dengan Choco siang tadi?
"Kakak melihat kami? Dia adalah anak pengusaha yang minta bertemu denganku."
"Ini semua gara-gara Kak Vernon, sekretarisku. Dia yang memberi informasi tentangku pada wanita itu tanpa sepengetahuanku."
Memberi penjelasan sejujur mungkin yang ia bisa. Sementara Choco hanya menatapnya dengan mata sembabnya.
"Yang jelas kamu sudah membuatku kecewa, Kamal."
"Dan perlakuanmu malam ini membuatku tambah kecewa."
Choco sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak melakukan seks sebelum menikah. Hanya suaminya kelak yang bakal mendapatkan pelayanannya. Sementara Hueningkai tidak suka terikat suatu hubungan sebenenarnya. Ia langsung to the point saja. Ia terbakar gairah tadi. Sungguh, ia tidak ingin menyakiti gadis itu.
"Kalau begitu ayo kita menikah kak!"
"Kamu pikir menikah hanya lelucon? Menikah itu janji suci yang mengikat seumur hidup, mal!"
Lelaki berdarah Jerman itu turun, bertekuk lutut pada Choco dan meraih tangannya.
"Will you marry me?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Adult | Hueningkai ✔
Fanfiction[BOOK#2] Kelanjutan kisah Hueningkai mengejar cinta pujaan hatinya, Kak Choco, sekembalinya dari Jerman. [Sequel of Bule Ganteng | Hueningkai] [Bahasa Baku] [DIMOHON KEBIJAKANNYA DALAM MEMBACA!] Highest Rank: #1 -kaitxt #1 -beomgyu #7 -hueningka...