29. Standby husband

1.7K 191 16
                                    

"Cho! Jangan berlari!"

"Tidak boleh! Biar aku saja!"

"Sini biar aku yang kerjakan!"

"Sudah aku bilang 'kan? Jangan melakukan pekerjaan rumah dulu, sayang!"

"Aku tidak mau kamu kelelahan!"

Choco sampai bosan mendengar kata-kata itu. Setelah mengetahui bahwa Choco hamil kemarin, Hueningkai jadi super cerewet dan protektif. Ini tidak boleh, itu tidak boleh. Selalu melarangnya melakukan berbagai pekerjaan rumah.

Choco jadi kesal sendiri. Ia sudah sangat terbiasa melakukan pekerjaan rumah sendiri, seperti menyapu, memasak, mengepel, menyiram tanaman, mencuci, dan sebagainya. Namun hari ini dia hanya bersandar di headbed, menyemil sambil menonton TV seharian. Ah, ini terasa aneh baginya. Badannya justru terasa lemas.

Berdiri meregangkan otot-ototnya yang kurang gerak hari ini. Sedikit menguap, ya ia mengantuk. Ia pun menutup beberapa toples camilan yang tadi ia makan. Meletakkannya di meja dekat TV depan ranjang berukuran king size itu lalu kembali untuk melipat selimut. Namun saat wanita itu hendak merapikan sprei kasur yang beringsut-

"Ya! Biar aku saja yang rapikan, duduklah sayang.."

-Hueningkai datang dan mendudukkannya di tepi ranjang. Merapikan kasur ber‐sprei merah itu. Hening. Mereka berdua hanya diam tanpa kata.

Hueningkai lantas keluar dari kamar meninggalkan sang istri sebentar lalu kembali membawa sebuah nampan berisi dua mangkuk sup ayam. Mengambil salah satunya lalu menyendoknya, menyuapkannya pada sang istri yang kini beralih duduk di sofa kamar. "Aaaaa-"

Choco membuka mulutnya, mengunyah setiap sendok potongan sayur beserta daging ayam yang masuk ke dalam rongga mulutnya. Rasanya enak. Pas, tidak terlalu asin maupun hambar. Ditambah sensasi hangat rempah dari sup yang suaminya masak.

"Aku memberi sedikit ginseng ke supnya, maaf ya kalau rasanya tidak enak. Hehehe.."

Senyuman itu, benar-benar membuat Choco luluh. Tangannya yang terampil menyuapkan sendok demi sendok hidangan berkuah itu, Choco sangat menyukainya.

"Ini enak kok, sungguh."

Pria bule itu kemudian menatap istrinya yang kini merebut mangkuk dari tangannya dan memakan sup sendiri. "Thank you, Kamal, tapi aku rasa ini sedikit berlebihan."

Manik hazelnya lantas menatap wanitanya, "Aku baru hamil satu bulan dan aku masih bisa melakukan pekerjaan rumah sendiri."

"So?"

"Aku tidak enak saat kamu memperlakukanku seperti ini. Apalagi 'kan aku juga sudah terbiasa bergerak..."

Choco terharu, ah suaminya benar-benar suami siaga!Jari-jari lentik sang istri tergerak, menyentuh rambut kecoklatan suaminya lembut dan tersenyum. "Ah okay, i'm sorry, honey..." Lelaki bermarga Huening itu tersenyum balik ke arah Choco lalu menggenggam tangannya erat, "Tapi janji ya bulan depan kamu tidak akan menolak asisten rumah tangga yang akan kupekerjakan untukmu."

"Iya-iya Kamal, bawel sekali!" Choco terkekeh kemudian. Hueningkai menggembungkan pipinya kesal. "Sudah berani mengataiku bawel hmm?"

Ekspresi pria bule itu mendadak berubah, dari yang tadinya menggembungkan pipi imut kini menyeringai menatap Choco. Tampak menggoda, membuka satu kancing atas piyamanya sembari memasang tampang mesummya. Choco refleks menjauh.

"Wanna be punished, huh?"

"T-tidak! Kamal! Aku sedang hamil anakmu!"

"Loh kemarin dokter bilang boleh, bukankah begitu?"

Adult | Hueningkai ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang