" Waf... Wafa... " Fifah memanggil-manggil nama Wafa, namun hanya pantulan suara dirinya saja lah yang mengikuti keheningan malam
Fifah terus mencari-cari Wafa, tapi hanya keheningan yang dia dapati. Kemana Wafa pergi? Aneh!.
" Hik...hik...hik.. "
Dari sunyi nya malam, gemerlap nya hari, remang nya lampu-lampu penginapan itu, suara gaduh, tangis isak terdengar sekali di telinga. " Kayak ada yang nangis? " langkah Fifah terus melaju, mencari sumber suara.
Langkahnya terhenti, ketika Fifah melihat sebuah pintu kamar terbuka sedikit, kamar itu bisa dibilang, kamar terakhir dari lorong pertama. Kamar penghujung antara koridor pertama dengan kedua, yah letaknya sangat dinamis. Kamar pojok, mungkin itu sebutan yang pas buat kamar nomor 23 itu? Angka ganjil lagi?
CREEKK
Pintu kamar terbuka lebar, situasi didalam amat gelap, hanya sorot cahaya bulan saja yang bisa menerangi area kamar. Seram!
Tangan Fifah berkelana di sekitar dinding, mencari saklar lampu, agar kamar bisa terang benderang. TREK.
Lampu terang. Cahaya kembali tiba. Mata Fifah tertuju pada sudut ruangan, dibalik ranjang kasur yang sudah tua, besi-besinya sudah mulai karatan. " Amis banget disini " Fifah tak mampu menahan aroma bau amis, seperti bau amis darah. Sumpek!? Pengap!? Fifah menghampiri sosok yang ia lihat tadi. Perempuan?
" Mba? " sapa Fifah dengan expresi takut dan suara berat tertahan hawa takut
Perempuan itu hanya diam, tertunduk dalam tangis. Posisi duduk. Siapa dia?
Fifah melangkah perlahan. Melihat seonggok kapak di sisi perempuan itu. Dengan ujung kapak berceceran darah. Ngeri!!
GLEK. Fifah menelan air liur. Karena rasa takut yang tengah memburunya, mengalahkan iman nya. " Mba? Mba siapa? " akhirnya Fifah memberanikan dirinya untuk terus bertanya pada perempuan yang ia sapa " Mba "
Perlahan, perempuan itu bangkit, dengan penuh rasa lelah, sempoyongan. Tak lupa kapak disisinya ia genggam. AAKKHH
BUGG
Kapak hampir mengenai tubuh Fifah. Perempuan itu tiba-tiba histeris, mengamuk, menggila. Siapa sebenarnya perempuan itu?
AAKKHHH
" Aakhhh, tollongg... Rayan, Frans, Lita, Alin... Aakhhh, toloong, Ibnu, Raihan, Megaa, toloong "
Fifah bergegas keluar dari kamar itu, menjauh, berlari sekuat tenaga yang tersisa.
" Frans... Bangun Frans? " Mega terbangun karena mendengar suara orang minta tolong, Frans pun terbangun
" Ada apa Meg? "
" Diluar kayak ada suara orang minta tolong " jelas Mega
Mata Mega membulat. Ketika melihat Fifah tak ada di tempat nya " Loh, Fifah sama Wafa kemana? Atau jangan-jangan "
Dilain sisi, Fifah masih terus diburu oleh rasa takut dari kejaran perempuan gila itu. Hingga ia tiba di hadapan pintu kamar yang ia tempati bersama teman-temannya. Kamar nomor 13. Ganjil lagi?
Ketika Fifah hendak meraih dan membuka pintu nya, ternyata dari dalam kamar seseorang telah membukanya juga. Mega, Frans. Leganya hati Fifah, tenang nya hati Fifah. Akhirnya nyawa Fifah tertolong dari keganasan perempuan sadis nan gila. " Loe kenapa Fah? Ada apa yang terjadi? " Fifah masih tak menghiraukan ucapan dan pertanyaan Mega, rasa takut belum sepenuhnya hilang dari dirinya. " Meg, jangan dulu diserang sama pertanyaan dong, kasian dia, baru sampe sini, Fah, duduk dulu " Fifah pun menuruti usul Frans
KAMU SEDANG MEMBACA
MITOS [ Misteri Tewasnya 3 Srikandi ] ( TAMAT )
HorrorMitos atau Takhayul sering kita dengar di berbagai daerah, sudah tidak asing lagi dengan kata itu. Sebagian orang mempercayai hal-hal yang mungkin terjadi diluar nalar manusia, seperti hal mistis atau yang barbau gaib. Mitos sendiri sering atau sang...