The End

222 31 1
                                    

Lepas sudah. Rasa lelah, capek, suntuk, berhasil dikalahkan dengan rasa tenang karena sudah tak ada lagi teror yang akan menghantui. Kini remaja Jakarta itu, memutuskan untuk kembali ketempat asal mereka, di Jakarta. Dan menjalani aktivitas mereka sebagai Mahasiswa/siswi Jakarta.

" Saya ucapkan banyak terima kasih pada Bapak Ustadz, karena berkat bantuan Bapak, temen-temen saya berhasil ditemukan dalam keadaan selamat " ucap syukur terima kasih Frans pada Pak Ustadz Endun

" Jangan berterima kasih pada saya. Berterima kasih lah pada Allah SWT. karena tanpa bantuannya, saya tak akan bisa membantu kalian semua " ucap Ustadz Endun

" Aku juga mau ngucapin terima kasih sama Kakak-kakak.. Karena udah menyelamatkan Kakak aku, aku takut banget kehilangan Kak Diah, karena aku cuma punya Kakak ku seorang " Caca menimpali, mendengar ucapan Sang Adik, Diah hanya mengacak-acak rambut Caca, tanda sayang.

" Betul sekali. Saya ucapkan sekali lagi terima kasih karena bantuan kalian, saya bisa bersama Adik saya ini " timpal Diah

" Sama-sama Kak, sesama Manusia kita harus saling tolong menolong " jawab Fifah ayu

Lita mendekati Caca. " Kak Lita minta maaf sama kamu, karena udah tuduh Kakak kamu yang gak-gak " ucap Lita meminta maaf sembari memegang kedua lengan Caca

" Kak, aku gak anggap Kakak punya salah sama aku. Malah aku paham, kalo waktu itu situasi kalian semua sedang rumit, malah aku yang harusnya minta maaf ke kalian, karena aku udah terlalu banyak merepotkan kalian " Caca merendah

Semua saling tatap. Senyum gembira terpancar dari wajah mereka. Menandakan ini adalah hari bahagia plus kesedihan, karena harus berpisah dengan kampung yang penuh dengan petualangan mereka, dan khusus anak Jakarta itu, mereka juga sedih harus berpisah dengan Caca. Yang sudah mereka anggap seperti Adik kandung sendiri.

" Kalo gitu, kita pamit yah, pasti orang tua kita sudah cemas " celetuk Fifah

Wafa, Mega terlihat lemas dan letih, karena tenaga mereka terkuras habis. Rayan masih belum sepenuhnya sadar, karena dia baru saja sadar dari pingsannya, bersama Caca. Ibnu, Risky, dan Alin masih harus menarik napas lega. Karena mereka merasa bersyukur masih diberikan kesempatan untuk bernapas.

" Assalamu'alaikum " pamit semuanya

" Wa'alaikum salam " jawab ketiganya

Remaja Jakarta itu pamit pulang kembali ke kotanya. Jakarta. Setelah selesai pemakaman Bu Iyem, Pak Tio, serta dua anak buah Pak Tio. Diah dan Caca pun ikut pamit untuk pulang. Kebetulan Diah dan Caca asli orang Tangerang. " Pak, kami juga mau pamit, makasih atas semuanya " ucap Diah pada Ustadz Endun

" Sama-sama, hati-hati dijalan Neng " Diah dan Caca pun pergi, karena mobil supir jemputan dari rumah mereka sudah tiba

Akhirnya. Mereka berhasil melewati lika-liku kehidupan di kota penghujan itu. Teror meneror arwah digedung tua itu berhasil mereka jalani dan tumpaskan. Mengungkap kematian 3 Srikandi kampung juga berhasil mereka kuak. Hingga teror mistis dari dosen mereka berhasil mereka bongkar dan akhirnya Pak Tio, dosen mereka dikampus Universitas Negeri Jakarta itu mendapatkan balsannya atas perbuatannya.

Akhir kata saya selaku pengarang dan penulis cerita mengucapkan banyak terima kasih sudah setia membaca.

Salam

Ryansyah Neko Istuning

( @ryannekoistg )

🎉 Kamu telah selesai membaca MITOS [ Misteri Tewasnya 3 Srikandi ] ( TAMAT ) 🎉
MITOS [ Misteri Tewasnya 3 Srikandi ] ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang