Korban Berjatuhan

174 22 0
                                    

Pintu kembali tertutup rapat. Namun Ibnu hilang dari pasukan. " Ibnuu " Lita histeris

Kembali jatuhnya korban keganasan Diah, Kakak kandung Caca. Ibnu menjadi salah satu korban keganasan Diah, setelah Risky dan Wafa.

" Puas Loe, hampir semua temen-temen gue ilang jadi korban kegilaan Kakak loe, puas loe puas " Lita histeris, mendorong-dorong tubuh Caca yang berdiri lemas, untung Fifah berdiri di belakangnya

" Lita udah Lit, gak usah nangis, kita harus sabar dan mencari jalan keluar agar kita pergi dari tempat ini dan menemukan kembali temen-temen kita " Mega berusaha menenangkan

" Tapi Meg, satu persatu dari kita hilang, lalu Risky dan Wafa, hari ini Ibnu, besok pasti loe Meg, atau Fifah, Rayan semuanya, ini semua semenjak kita kenal dan deket ama tuh bocah " Lita menangis dipelukan Mega

" Sstt, Lita gak boleh ngomong sembarangan Lit, omongan tuh doa " Rayan menengahi

" Rayan, udahlah, Lita lagi sedih mungkin, biarlah " cetus Mega

Rayan kemudian terdiam. Lita masih histeris dan tenggelam dalam dekapan Mega.

Malam kembali sepi. Larut dalam keheningan.

Pagi hari, tak seperti pagi biasanya.

Apa karena memang suasana nya berbeda dari perkotaan? Karena memang sekarang mereka sedang singgah di perkampungan.

Hari itu, Dewi dan Devia hendak pergi ke pasar, untuk membeli persediaan makanan " Kalian yakin gak mau kami ikut? " tanya Rayan

" Yakin kok, cuma sebentar kok, habis itu langsung pulang " jawab Dewi tak lupa tersenyum

" Yaudah, kita pamit ke pasar dulu yah " ucap Devia, kemudian keduanya pun hilang dari pandangan mata

Rayan langkah nya terhenti masuk kedalam rumah, ketika yang lainnya sudah berada di dalam rumah. Tatapannya terfokus pada benda yang berada di bawah pohon besar, SESAJEN?

Pikiran Rayan kacau, kenapa bisa ada Sesajen di sekitar halaman rumah ini?

Rayan masih bingung, dan penasaran, siapa yang sudah naruh sesajen itu, apa memang sesajen itu sudah ada sejak dia dan yang lainnya tiba dirumah Dewi dan Devia, atau baru saja ditaruh. Entahlah.

Rayan mulai menghilangkan rasa penasaran itu, dan mencoba berpikir positif, mungkin orang iseng pikirnya.

Beberapa warga melintas dan terlihat seperti tengah ngegosip. Itu membuat Rayan menghentikan langkahnya untuk masuk ke teras rumah. " Pagi, Pak, Bu... " sapa Rayan dengan sopan

Warga itu hanya saling tatap. Seperti orang heran. " Ada apa Pak? Bu? " tanya Rayan penasaran

" Mm.. Gak Mas, sebelumnya kenalkan, saya Subroto dan ini Tukiyem, panggil aja Iyem... Kita cuma mau tanya, apa Mas tinggal dirumah ini? " jawab seorang warga bernama Pak Subroto, Bapak-bapak, perkiraan usianya 40 tahunan

" Iyah, saya Rayan. Dan emang saya tinggal disini, untuk sementara, sama teman-teman saya " sambung Rayan

" Oh.. Mas sodaranya Nak Dewi dan Devia? " tanya Pak Subroto

" Oh bukan, kita cuma numpang nginap aja " jawab Rayan

" Numpang nginap? Loh memangnya kalian gak takut apa tinggal dirumah ini? " cetus Bu Iyem, Ibu-ibu usianya perkiraan 35 tahunan

" Takut? Loh takut apa? Lagian kan, pemilik rumahnya juga sudah mengizinkan, dan apa yang perlu ditakuti? " timpal Rayan

" Pemilik rumah? Maksudnya Mas, Nak Dewi dan Nak Devia? " tanya Bu Iyem

" Iyah, emang nya siapa lagi Bu " canda Rayan

Pak Subroto dan Bu Iyem saling tatap kembali. Menggelengkan kepalanya " Begini Mas, jadi sebenernya itu... " mereka seakan tak sanggup meneruskan ucapannya

" Sebenernya apa? " Rayan penasaran

" Sebenernya, Nak Dewi dan Nak Devia itu sudah lama meninggal " sambung Bu Iyem

" Meninggal? Gak mungkin lah Bu, orang kemarin saya ketemu sama Mbak Dewi dan Mbak Devia.. Bahkan mereka langsung yang ajak saya dan temen-temen saya untuk nginap disini " Rayan mengelak

" Boyadalah, Mase kalo dibilangin kok ngeyel, hey Mas, kita itu udah lama bertetanggaan sama sing siapa? Dewi dan Devia, mereka itukan temannya Nirmala, gadis yang meninggal nyeremin gitu " Bu Iyem berusaha meyakinkan

Rayan hanya diam mematung. Apa bener Mbak Dewi dan Mbak Devia itu udah meninggal? Batin Rayan

" Yowes, kalo Mase ndak percoyo, sok diliat, itu dibawah pohon ada sajen, itu untuk menenangkan arwah mereka toh " sambung Bu Iyem dengan logat jawa nya

Rayan kembali menatap sesajen dibawah pohon besar yang tertanam di halaman rumah Dewi dan Devia.

MITOS [ Misteri Tewasnya 3 Srikandi ] ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang