8: Berjuang

6.7K 288 0
                                    

Kini sesuai apa yang sudah kiyai Nur katakan.  Pertemuan kedua keluarga terjadi membahas tentang perjodohan antara Fauzan dan juga ustazah Anisa. Raut wajah ustazah Anisa terlihat bahagia saat tahu siapa yang kini akan menjadi calon suaminya  nanti calon imam impian setiap wanita.

"Jadi bagaimana jika sebaiknya pernikahan, Fauzan dan juga Anisah segera dilangsungkan. Agar mereka terhindar dari fitnah," ujar kiyai Nur.

"Saya setuju saja, apa lagi baik Anisa maupun ustadz Fauzan sudah saling setuju dengan perjodohan ini," balas Pak Ibrahim tidak lain adalah orangtua ustazah Anisa.

Kini setelah kemarin Tiara sempat jatuh sakit, hari ini kondisi Tiara semakin membaik. Terlebih kedua teman barunya di pesantren juga ikut merawatnya selama Tiara sakit.

Tiara mulai merapihkan hijab yang ia pakai, setelah dirasa sudah rapi Tiara terus menatap dirinya dicermin.

"Kelihatan aneh nggak sih? Ra, Ra dulu kamu nggak pernah pakai gamis dan juga hijab, tapi lihat sekarang penampilan kamu begitu tertutup," Tiara menatap aneh penampilannya bahkan sesekali Tiara berputar didepan cermin.

"Tapi gakpapa, kamu masih kelihatan cantik kok."

Syafa datang melihat keadaan Tiara yang mulai membaik. "Assalamulaikum Tiara kamu udah sehat?"tanya Syafa.

"Alhamdulillah gue, eh aku udah sehat kok," balas Tiara tersenyum ramah pada Syafa.

Kini Tiara dan juga Syafa berjalan melewati lorong pesantren yang mengarah ke kelas mereka, terlihat Tiara mulai terabiasa pada keadaan di pesantren meskipun Tiara harus terus menyesuaikan diri dengan suasana baru ini.

Tatapan santriwati yang Tiara lewati membuat Tiara terus bertanya-tanya, apa ada yang salah dengan penampilannya saat ini? Atau pun sebaliknya. Apa pun itu Tiara sama sekali tidak perduli dengan semua pandangan mereka saat ini.

Kali ini saatnya jam mengajar ustadz Zaki, sebantar lagi akan dimulai. Tiara sempat berfikir pelajaran di pesantren dengan di sekolah umum akan berbeda, tapi ternya sama saja hanya beberapa yang berbeda.

"Fa, kamu mau nggak ajarin aku? Ya nggak maksa sih. Tapi kalau bisa sih kamu mau ajarin aku," ucap Tiara sedikit berbisik pada Syafa.

Syafa menghebuskan nafasnya. "Itu sih sama aja Ra, kamu maksa tapi yowes aku bakalan ajarin kamu," putus Syafa.

Kini setelah dua jam belajar tiba saatnya istirahat, jam yang memang ditunggu-tunggu oleh Tiara.

"Baik kita akhiri pelajaran kali ini dengan mengucap, hamdalah," ujar ustadz Zaki.

"Alhandulillah," semua santri mengucapkan dengan kompak.

"Assalamualaikum," ujar ustadz Zaki sebelum benar-benar pergi.

"Waalaikumsalam."

Bel istirahat kali ini tidak Tiara lewatkan begitu saja, dengan cepat Tiara langsung menarik Syafa untuk ikut dengannya pergi kekantin yang ada dipesantren. Tiara terus berusaha membujuk Syafa agar mau ikut dengannya sampai akhirnya Syafa menyerah dengan bujukan Tiara.

"Tapi aku nggak mau ke kantin, perut aku belum laper Tiara."

"Tapi perut aku udah laper, oh atau kamu mau aku pingsan lagi karena kelaperan?"ujar Tiara yang terus menarik tangan Syafa.

"Nggak gitu juga tapi kan–" Syafa menghentikan kalimatnya bahkan langkah Tiara juga berhenti  membuat Syafa bingung.

"Kamu kenapa berhenti Ra? Kita nggak jadi ke kantin iya udah kalau gitu aku balik ke kelas," baru saja Syafa berbalik badan dengan cepat Tiara langsung menghentikan niat Syafa.

"Kita jadi pergi kekantin, tapi setelah ini.  Fa coba kamu lihat siapa yang ada didepan kita sekarang," ucap Tiara memberitahu Syafa.

Syafa melihat kemana arah tangan Tiara menunjuk. Ternyata dua laki-laki berwajah teduh yang tidak lain adalah ustadz Zaki dan juga ustadz Fauzan yang mengarah kearah dimana saat ini Tiara dan Syafa berhenti.

"Tiara, Syafa kenapa kalian ada disini?" tanya ustadz Zaki.

"Kita mau ke kantin ustadz tadi Tia–"

"Kita mau kekantin, jadi Syafa sama Tiara itu udah laper."

Sontak ucapan Tiara langsung membuat Syafa melihat kearah Tiara, tatapan penuh tanya yang kini diperlihahat kan Syafa.

"Emm... ustadz mau kemana?"tanya Syafa.

"Kita juga mau ketempat yang sama dengan kalian, ustadz Fauzan memaksa," balas ustadz Zaki.

"Ustadz gimana kalau kita pergi bareng ke kantin," ujar Tiara sambil tatapannya mengara ustadz  Fauzan.

"Tidak Syafa terimakasih," balas ustadz Fauzan.

Mulut Tiara sedikit terbuka setelah mendengar balasan ustadz Fauzan yang justru malah menyebut nama Syafa.

"Kok Syafa sih ustadz kan Tiara yang barusan ngomong," protes Tiara.

Lagi-lagi sikap Fauzan terlihat dingin dengan Tiara tidak seperti ustadz Zaki yang tersenyum setelah melihat Tiara sedikit kesal.

"Sama saja lagian kamu juga temannya Syafa," ujar Fauzan lagi-lagi membuat Tiara syok.

"Iya in, orang gateng mah bebas," gumam Tiara terlihat jengkel.

Kali ini justru sebaliknya malah Syafa yang menarik Tiara, padahal Tiara sama sekali belum mau melangkahkan kakinya untuk pergi dari tempat itu.

"Iya sudah ustadz Fauzan, ustadz Zaki. Syafa sama Tiara duluan asslamaualaikum," ujar Syafa menarik Tiara untuk segera pergi.

"Ih Syafa tapi kan–"

"Ayo Tiara, aku udah laper nih."

Sampai dikantin sudah dapat di tebak Tiara masih terlihat kesal dengan Syafa, bahkan Tiara terlihat cemberut pada Syafa. Beruntung Aisyah juga ada ditempat yang sama setidaknya Aisyah bisa menjadi penengah diantara mereka.

"Assalamualaikum, kalian disini aku cariin eh malah disini." Aisyah melihat ada sesuatu antara Syafa dan juga Tiara, mencoba mencari tahu yang sebenarnya.

"Kalian kenapa sih?"tanya Aisyah tidak tahu apa-apa.

Tiara tidak menjawab pertanyaan Aisyah, hanya memberi isyarat pada Aisyah untuk bertanya saja pada Syafa.

"Ada apa sih, aku makin bingung?"tanya Aisyah sekali lagi.

Syafa menjelaskan yang sebenarnya bahkan secera mendetail, Aisyah yang mendengar pun hanya bisa geleng kepala.

"Ya Allah, Tiara aku kira kenapa taunya cuma masalah ini," ujar Aisyah.

"Apa! Kamu bilang 'cuma' kamu sama Syafa tuh sama aja, nggak bisa lihat temannya senang."

"Iya udah aku minta maaf ya Tiara, lagian emangnya diantara dua ustadz itu siapa yang jadi alasan kamu betah ada disini?"tanya Syafa menggoda Tiara.

Tiara kembali tersenyum setelah mendengar pertanyaan Syafa. "Kamu mau tahu siapa?"tanya Tiara di ikuti anggukan kedua temannya.

"Iya ustadz Fauzan lah," jawab Tiara tanpa ragu.

"Hah ustadz Fauzan!" kompak Syafa dan juga Aisyah.

Sontak suara mereka berdua berhasil memancing santri lain untuk melihat kearah mereka.

"Ish nggak usah syok juga keles, apa lagi kamu Ai paling terlihat syok. Eh, tapi kamu bakalan dukung aku 'kan? Kamu kasih izin aku buat deket sama ustadz Fauzan. Iya kan Ai," ujar Tiara menatap Aisyah penuh harap.

Aisyah bingung harus menjawab apa saat ini, karena disatu sisi antara ustadz Fauzan dan juga ustazah Anisah, yang akan segera menikah disisi lain ada temannya yang ternyata juga menyukai ustadz Fauzan.

"Emm... aku dukung kamu kok Ra, tapi yang berhak menentukan cuma Allah subhannahuwataala," balas Aisyah sambil tersenyum.

__________

Jangan lupa Vote dan Komen nya dari kalian semua.

Cinta Dalam Doa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang