48: Putus Asa

4.3K 236 8
                                    

Tiara benar-benar merasa bingung, dengan apa yang terjadi saat ini rasanya sangat tidak percaya ustadz Fauzan melakukan hal itu, tapi semua yang Tiara lihat membuktikan segala keraguannya.

Tiara menatap ustadz Fauzan dalam bahkan terlihat jelas kekecewaan dalam mata Tiara.

"Apa ini ustadz?! Semua itu benar, apa semua itu benar ustadz jawab Tiara," ucap Tiara bahkan suara Tiara saat ini sedikit meninggi.

"Saya bisa jelaskan semua ini, ini bohong dia mencoba memfitnah saya," ustadz Fauzan berusaha mencoba menjelaskan kejadian yang sebenarnya saat ini.

Tiara mencoba menahan air matanya, sesekali senyuman rasa kecewa Tiara terlihat diwajahnya. "Bohong, terus yang Tiara lihat yang Aisyah lihat sekarang hanya kebohongan, berarti Maira hanya merekayasa  kejadian ini, seolah dia menjadi korban, gitu ustadz!"

"Ya itu memang benar Tiara," ucap ustadz Fauzan berusaha membuat Tiara percaya dengannya.

Tiara kembali memaksakan senyumannya, senyuman yang mewakilkan rasa kekecewaannya.

"Tiara nggak percaya ustadz, gini ya ustadz logikanya Maira itu teman Tiara dia sahabat Tiara sama seperti Syafa dan juga Aisyah, bahkan Maira tau ustadz itu suami Tiara mana ada sahabat yang nikung sahabatnya sendiri dari belakang," ungkap Tiara terdengar emosi.

Bahkan sesekali Tiara mencoba melepaskan tangannya dari genggaman ustadz Fauzan.

"Apa yang saya katakan itu kebenarannya Tiara, lihat saya Tiara demi Allah saya mengatakan hal sebanarnya justru Maira yang berbohong," tegas ustadz Fauzan.

"Jangan pernah membawa nama tuhan, demi menutupi kebohongan ustadz!"

Melihat pertengkaran antara Tiara dan juga ustadz Fauzan tentu saja membuat Maira merasa kegirangan dalam hatinya. Semua rencananya saat ini berjalan sesuai yang diharapkan.

"Mai kamu ikut aku kerumah umi ya," ucap Aisyah membawa Maira ke rumah pak kiyai untuk mendapatkan keadilan disana.

Maira ditemani Aisyah pergi kerumah pak kiyai, entah apa yang akan terjadi disana setelah keluarga tahu kejadian ini.

"Tiara butuh waktu sendiri, tanpa ustadz," ucap Tiara penuh penekanan didua kalimat akhir.

Tiara memilih untuk langsung pergi dari hadapan ustadz Fauzan, mengurung diri dalam kamar sementara ustadz Fauzan mencoba untuk mencari cara mendapatkan bukti kejahatan Maira.

"Ya Allah, hambah berserah kepada mu, hanya kepada engkau hamba memohon dan berserah diri, sesungguhnya engkau maha tahu segala kejadian dilangit mau pun dibumi," ucap ustadz Fauzan sambil mengusap wajah gusarnya.

Tiara masuk kedalam kamarnya mengunci pintu dari dalam, semua kejadian ini rasanya sangat sulit untuk diterimanya, apa lagi seorang ustadz Fauzan berani melakukan hal hina seperti itu.

Tiara langsung menjatuhkan tubuhnya dilantai kamar, dengan isi kepala yang penuh dengan berbagai pertanyaan. Tangisannya sudah tidak bisa ditahan lagi bahkan kini Tiara menunpahkan semua air matanya Tiara menangis sejadi jadinya saat ini.

"Astagfirullahaladzim...
astagfirullahaladzim," Tiara memejamkan matanya, sambil terus mengucap kaliamat Allah.

Ingatan Tiara berputar pada kejadian beberapa bulan lalu, saat dimana Tiara merasa menjadi wanita paling bahagia.

Cinta Dalam Doa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang