Tiara mengerjapkan matanya beberapa kali, menatap langit-langit kamar yang tidak asing menurut Tiara.
Bulan sabit terukir indah saat ini, melihat bayangan seseorang didepan Tiara. Tiara fikir saat ini ia sedang bermimpi dan tidak ingin bangun dari mimpinya saat ini.
Tiara menghembuskan nafas kasarnya. "Bahkan dimimpi pun, Tiara masih bisa melihat ustadz," gumam Tiara.
Tiara tersenyum. "Tiara nggak akan bangun dari mimpi ini, Tiara rindu sama ustadz," ucap Tiara terdengar lirih.
"Buka mulut kamu," bahkan kini seseorang yang begitu Tiara rindukan nampak terlihat nyata didihadapannya.
Tiara masih terdiam melihat perlakuan lembut ustadz Fauzan, bahkan mata Tiara tidak henti-hentinya menatap seseorang dihadapannya.
Ustadz Fauzan tersenyum, tangannya mengelus lembut pipi Tiara.
"Kenapa?" Tanya ustadz Fauzan.
"Jangan membuat saya khawatir, dengan sikap kamu seperti ini," ucap ustadz Fauzan.
Tiara memegang tangan ustadz Fauzan, dan baru sadar kalau yang Tiara lihat bukanlah mimpi, melainkan nyata ustadz Fauzan ada dihadapannya saat ini.
"Tiara nggak mimpi? Ustadz benaran disini," ucap Tiara wajahnya bahkan terlihat senang.
"Lain kali, jangan membuat saya khawatir ya, bidadari kecil," ucap ustadz Fauzan yang langsung dibalas pelukan oleh Tiara.
Untung saja saat ini hanya ada mereka berdua, jadi tidak ada lagi jarak yang menghalangi mereka.
"Jadi, ceritanya ada yang rindu dengan saya,hemm?" Goda ustadz Fauzan membuat pipi Tiara memerah seketika tentu saja Tiara langsung membalas kejahilan ustadz Fauzan.
Ustadz Fauzan langsung kembali mengambil mangkuk, yang berisi bubur untuk Tiara. Umi yang membuatkannya.
"Ayo makan setelah ini minum obat," ucap ustadz Fauzan menyuapi Tiara.
Tiara menggeleng cepat. "Enggak Tiara nggak mau, Tiara masih enek ustadz."
"Sedikit saja, setelah itu baru minum obat," paksa ustadz Fauzan.
Tiara menurut maskipun Tiara merasa tidak enak, saat makanan itu masuk kedalam perutnya.
"Ustadz siapa yang bawa Tiara kesini?" Tanya Tiara penasaran.
"Tentu saya," balas ustadz Fauzan.
Tiara kaget mendengar balasan ustadz Fauzan, sekaligus senang tapi yang membuat Tiara kaget dan menjadi masalah bagi Tiara. Bagaimana pendapat santri lainnya nanti melihat ustadz Fauzan yang menggendongnya sampai ke ndalem.
"Kenapa ustadz harus yang gendong Tiara? Pasti sekarang semua santri lain, ngira kalau Tiara itu perempuan tidak baik," keluh Tiara.
"Biarkan, saya suami kamu kan? Dan hanya saya yang berhak atas kamu, bahkan saya sangat merasa bersalah saat saya justru tidak ada disana," jelas ustadz Fauzan.
"Uhhh, suami siapa sih, sini peluk dulu."
***
Dan kini setelah kejadian Tiara pingsan tadi, ustadz Fauzan tidak mengizinkan Tiara untuk kembali keasrama.Bahkan kini Tiara hanya menunggu dikamar sendirian, sedangkan si empunya kamar tidak kunjung datang. Tiara memilih keluar sebentar mencari keberadaan ustadz Fauzan.
"Tidak apa-apa mi, ini hanya luka kecil besok juga akan sembuh,"
"Kenapa kamu bisa seperti ini, nak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dalam Doa
Teen FictionMengisahkan perjalanan cinta antara seorang anak kiyai pemilik pesantren bernama Muhamad Fauzan alkafi, dengan seorang perempuan badgril bernama Tiara nadya putri tapi perjalanan cinta mereka memiliki banyak rintangan #3-Hijra (30-03-22) #10-anak m...