Berkali-kali Tiara dicecar pertanyaan yang sama sekali pun tidak pernah Tiara lakukan. Jangan kan melakukannya, membayangkannya saja Tiara tidak mau. Tiara memang terkenal nakal dulu tapi bukan berarti Tiara sampai hati melakukan hal memalukan ini.
Sialnya bagi Tiara harus mendapatkan hukuman atas kesalahan yang tidak pernah dilakukannya. Tiara dibawa kelapangan pesantren berdiri ditengah lapangan, dengan leher yang dikalungkan oleh papan yang terbuat dari kardus bertuliskan 'Saya telah mencuri'
"Allah cobaan apa lagi yang engkau berikan," batin Tiara.
Semua santri yang melintas didekat Tiara menatap Tiara dengan tatapan yang sangat sulit Tiara artikan.
"Sekali lagi saya bertanya dengan kamu. Tiara, apa kamu benar mencuri? Jawab dengan jujur," ucap salah satu keamanan pesantren.
"La, demi tuhan saya tidak mencuri, bukan saya pencurinya," ucap Tiara berusaha meyakinkan semua orang.
CETARR!!
Satu sabetan rotan mengenai tangan Tiara. Sakit, sudah pasti Tiara rasakan sebisa mungkin Tiara menahan rasa itu, bahkan saat ini tidak ada satupun orang yang dapat menolongnya.
"Ya Allah, bukan Tiara pencurinya. Tolong berikan hamba kesabaran dalam menghadapi cobaan ini," batin Tiara.
"Tiara Nadya putri, sekali lagi saya bertanya apa kesalahan kamu?! Dan kenapa kamu melakukan itu," lagi-lagi pertanya itu yang Tiara dengar.
"Apa benar kamu mencuri uang santri lain?!"
Tiara yang semula tertunduk kini kembali menegakkan kepalanya. Bahkan dengan suara lantang Tiara tetap mengatakan kalau ia bukan pencurinya.
"Tidak! Saya bukan pencurinya, saya tidak mencuri!"
CETARR!!
Lagi-lagi tangan Tiara mengenai sabetan dari rotan. Tiara menatap kesekelilingnya hanya tatapan sinis yang Tiara dapatkan dari santri lain. Sampai akhirnya Tiara melihat ustadz Fauzan yang berdiri dibelakan salah satu santri.
Fauzan memalingkan wajahnya setelah melihat Tiara menatap kearahnya. Ya, Tiara menyadarinya, bahwa laki-laki yang kini ditatapnya justru memalingkan wajah bahkan air mata yang sejak tadi berusaha Tiara tahan agar tidak keluar dari matanya. Justru kini melubcur bebas dan membasahi pipi Tiara.
***
Berkali-kali Tiara berusaha untuk tidak menangis tapi nyatanya, air matanya semakin deras keluar dari mata Tiara. Hal paling menyakitkan bagi Tiara adalah harus mendapatkan hukuman dari kejahatannya yang sama sekali tidak pernah ia lalukan.
Tiara melihat telapak tangannya yang kini terlihat lecet, bahkan berdarah. Tiara terus mengibas-ngibaskan tangannya, berharap rasa sakitnya akan hilang.
"Ah! Kenapa masih sakit sih."
Tiara merasa kesal dengan dirinya sendiri merasa kalau ia manusia paling bodoh saat ini.
"Bego lo Ra, lo yang dulu selalu ngehukum orang. Sekarang malah lo yang dihukum sama orang lain," Tiara merutuki dirinya sendiri.
Tiara meniup-niupi telapak tangannya sendiri, mungkin hal ini akan berhasil membuat rasa perih dan juga sakit pada tangan Tiara hilang.
Sambil membawa kotak P3k ustadz Zaki berjalan melewati lorong setiap asrama. Sampai saatnya langkah ustadz Zaki terhenti saat melihat Tiara yang berada dipendopo asrama putri.
"Assalamualaikum ustadz," ucap Syafa menyapa ustadz Zaki.
"Waalaikumsalam," balas Ustadz Zaki.
Belum jauh Syafa melangkah Ustadz Zaki sudah kembali memanggilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dalam Doa
Teen FictionMengisahkan perjalanan cinta antara seorang anak kiyai pemilik pesantren bernama Muhamad Fauzan alkafi, dengan seorang perempuan badgril bernama Tiara nadya putri tapi perjalanan cinta mereka memiliki banyak rintangan #3-Hijra (30-03-22) #10-anak m...