39: Sipemilik Senyum

4.6K 258 2
                                    

"Semangat," ucap ustadz Fauzan yang mengedipkan satu matanya didepan Tiara.

Untungnya tempat ini sepi, tidak ada santri yang melihatnya. Ustadz Fauzan langsung berlalu pergi.

"Mereka ada hubungan apa, kenapa mereka begitu dekat?" Tanya seseorang yang melihat  kedekatan mereka berdua.

Kini giliran nama Tiara dipanggil, bertanding melawan santri lain. Bahkan ustadz Fauzan yang juga menjadi juri pertandingan ikut merasa khawatir dengan Tiara.

Tidak hanya ustadz Fauzan yang terkejut atas keikut sertaan Tiara dalam pertandingan itu, tapi Umi serta pak kiyai juga terkejut melihat itu.

"Mantu Abi mi," ucap pak Kiyai.

"Mantu umi juga abi," kata umi Halimah.

Suara gong dibunyikan pertanda pertandingan dimulai, teriakan demi teriakan terdengar jelas mendukung dua orang yang tengah bertanding.

"Ayo Ra pukul Ra, ayo Ra semangat kamu bisa," heboh Syafa.

"Ayo Tiara semangat, kamu pasti menang," teriak Aisyah.

Pertandingan semakin terasa sengit, poin demi poin Tiara kumpulkan.

"Ayo Ra, kamu menang, tendang Ra tendang," ucap Syafa geregetan.

Suara teriakan terdengar setelah melihat kemenangan Tiara. Sementara lawan Tiara terlihat sedih atas kekalahannya, apa lagi teman satu kelasnya pun ikut menyalahkannya.

Tiara menarik nafas dalam saat ini, kemudian dihembuskan begitu saja.

"DIAM!"

Suasana langsung hening saat suara Tiara  menggelegar dari aula saat ini, semua menatap bingung kearah Tiara termasuk para dewan juri dan juga keluarga pak kiyai.

"Ada apa ini?"

"Saya tidak tahu, insyaAllah bukan hal buruk," ucap ustadz Fauzan.

Tiara berjalan mendekat kearah santri yang menjadi lawannya saat ini, bahkan saat ini santri itu terlihat kesakitan setelah pertandingan selesai. Tiara mengulurkan tangannya sambil tersenyum kearahnya.

Santri itu mengambil uluran tangan Tiara.

"Kalian lihat dia? Lihat dia baik-baik, dia yang sudah berusaha berjuang untuk kemenangan kelasnya, tapi justru harus mendapatkan cacian dari teman kelasnya sendiri."

"Maaf, kalau saya menggangu acara ini, tanpa mengurangi rasa hormat saya pada semua ustadz dan ustazah disini, saya hanya tidak ingin ketidak adilan terjadi."

"Saya tahu, sebenarnya dia tidak ingin berada dalam pertandingan ini, tapi semua temannya memaksanya untuk ikut mewakili kelasnya, padahal dia sendiri tidak mau, dan sekarang saat dia kalah justru semua menyalahkan dia," Tiara melihat kearah santri itu.

"Dan kalian, yang saat ini menertawakannya, belum tentu bisa seberani dia," kata Tiara dengan suara tegasnya.

Tiara menatap kearah ustadz Fauzan, kontras saat itu juga ustadz Fauzan tersenyum bangga dengan Tiara.

"SubhanAllah, mantu kita bi," ucap umi Halimah.

"Kamu hebat," ucapTiara pada santri itu.

"Terimakasih."

***
Tiara datang ke ndalem niatnya hanya ingin menemui ustadz Fauzan untuk sebentar saja, tapi sampai di ndalem Tiara tidak menemui orang yang dicari.

Cinta Dalam Doa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang