9: Rindu

6.3K 282 1
                                    

Kini terhitung satu minggu sudah Tiara berada di pesantren, artinya satu minggu juga Tiara berpisah dengan teman-temannya. Terpisah jarak rasa ridu pada teman-temannya tapi untuk saat ini Tiara tidak bisa melakukan apapun, melainkan menunggu Papa nya kembali menjemputnya untuk pulang.

Tiara terus berjalan menyusuri pesantren sampai akhirnya Tiara menemukan satu tempat di pesantren.

"Di pesantren ini ada danau nya? Iya udah lah ya bodoamat," ucap Tiara langsung berjalan menuju tepi danau.

Tiara mencari sesuatu yang bisa mengusir rasa kesedigannya, diambinya batu krikir oleh Tiara setelah itu seperti biasa Tiara kembali melempar satu persatu kerikil itu ke danau bahkan lemparan Tiara juga terlihat jauh.

"Kerikil pertama untuk rasa kangen Tiara sama teman-teman Tiara."

"Kerikil ke dua untuk Dion yang jahat selingkuhi Tiara," ujar Tiara geram.

Fauzan yang juga sedang melintas tidak sengaja melihat Tiara yang sedang melempar-lempar kerikil ke air danau.

"Dan ini yang terakhir untuk rasa kecewa Tiara karena papa kirim Tiara kepesantren ini. Tiara nggak suka ada disini," ujar Tiara.

Sebelum Tiara menyadari keberadaannya Fauzan langsung pergi meninggalkan Tiara sendiri, lagian di tempat itu hanya ada mereka berdua takutnya malah menjadi fitnah saat ada orang lain yang melihatnya.

Tiara berbalik badan, kali ini Tiara berniat untuk menelpon orangtuanya berharap mereka mengerti kalau Tiara tidak ingin terlalu lama berada dipesantren ini.

***

"Assalamualaikum, ustadz," ucap Tiara.

"Waalaikumsalam, ada apa kamu datang kesini?"tanya Salah seorang ustadz pada Tiara.

Sampai akhirnya Tiara memberanikan diri untuk menelpon orangtuanya. "Maaf ustadz saya datang kesini karena saya ingin menelpo orangtua saya," ujar Tiara tanpa ragu.

Setelah mendapat izin kini Tiara mulai menekan angka-angka telpon rumahnya berharap ada yang mengangkat telpon darinya.

"Halo dengan siapa?" tanya seseorang dari sebrang sana.

"Assalamualaikum, halo Ma ini Tiara syukur mama angkat telpon Tiara. Tiara menelpon mama dari telpon yang ada dipesantren," ucap Tiara.

"Tiara  kamu apa kabar sayang? Dan bagaimana kamu betah kan disana?"

"Kabar Tiara baik, Ma. Tapi Tiara nggak suka ada disini semua selalu dalam aturan, mah tolong bujuk papa supaya papa mau cabut hukumannya. Tiara mau pulang aja Mah Tiara nggak suka ada disini," ujar Tiara penuh  harap.

"Maafin mama sayang, mama nggak bisa kamu harus yakin apa yang dilalukan oleh papa kamu itu yang terbaik untuk kamu. Mama juga nggak mau jauh dari kamu Tiara."

"Iya udah kalau gitu mama bilang sama papa, untuk supaya jemput Tiara dari pesantren ini, Tiara nggak suka Ma ada disini Tiara mohon," pinta Tiara.

Detik berikutnya tidak ada balasan, sampai akhirnya suara kembali terdengar dari sambungan telpon. Tapi kali ini bukan suara perempuan melainkan laki-laki yang tidak asing bagi Tiara, tidak lain itu suara papa nya sendiri.

"Tiara ingat kata papa, papa tidak akan menjemput kamu sebelun kamu benar-benar berubah disana. Selama itu juga tidak akan ada yang menelpon kamu karena papa ingin kamu fokus disana. Ini demi kebaikan kamu," ujar Herman.

"Baik kalau itu mau papa. Tiara nggak akan telpon kalian lagi bahkan Tiara nggak akan lagi kasih kabar Tiara disini baik mau pun buruknya, ini bukan untuk kebaikan Tiara Pa. Tapi hukuman bagi Tiara," ucap Tiara penuh rasa kecewa.

Tiara menutup sambungan telponnya, kini matanya serasa memanas bahkan air matanya ingin sekali meluncur bebas dari matanya. Tiara berusaha untuk terlihat baik-baik saja didepan banyak orang.

"Ustadz, saya sudah selesai menelpon nya, saya permisi. Assalamualaikum," ucap Tiara kemudian pergi meninggalkan tempat itu.

Tiara melangkah cepat bahkan Tiara juga tidak memperhatikan jalannya sendiri sampai-sampai Tiara harus menabrak seseorang didepannya.

Ya orang yang Tiara tabrak tidak lain adalah Fauzan, sudah bisa ditebak bagaimana ekspresi Fauzan saat berpapasan langsung dengan Tiara, tapi kali ini justru berbeda.

"Maaf saya nggak lihat tadi," ucap Tiara.

"Saya maaf kan," balas Fauzan. Fauzan melihat ekpresi sedih dalam diri Tiara terlihat jelas mata Tiara yang memerah karena menahan agar tidak mengeluarkan airmata.

"Ada apa?"tanya Fauzan singkat.

Tiara menghembuskan nafas beratnya. "Apa perduli nya ustadz? Saya bukan siapa-siapa ustadz jadi, untuk apa saya memberitahu ustadz."

"Lagi pula seberapa pun saya berusaha, agar bisa dekat dengan ustadz saat itu juga ustadz berusaha menjauhkan diri ustadz dari saya," tambah Tiara.

Tiara memilih untuk melanjutkan tujuannya, tapi saat itu juga Fauzan menghentikan langkah Tiara membuat Tiara langsung terhenti.

Fauzan memberikan sebuah buku Novel yang menceritakan tentang sejarah islami, yang menceritakan kisah Fatimah azahra.

"Untuk kamu, saya harap kamu membaca buku ini," ucap Fauzan.

Tiara mengangkat sebelah alisnya menatap ustadz Fauzan tidak percaya. "Maaf ustadz, ustadz kasih Tiara buku ini? Buku pelajaran aja nggak pernah Tiara baca apa lagi ini ustadz, ustadz aneh."

"Saya tidak perduli hal itu, suka tidak suka kamu harus bisa merubah sikap kamu. Kamu baca buku ini saya permisi Assalamualaikum," ujar Fauzan kemudian pergi meninggalkan Tiara.

Tiara hanya merasa aneh dengan sikap ustdaz Fauzan yang mendadak berubah, bahkan kini ustadz itu sudah mau berbicara panjang lebar dengannya. Tapi apapun itu Tiara tidak memperdulikannya bahkan Tiara menganggap semua ini sebagai hadia perkenalan mereka.

***
"Assalamualaikum ustadz Fauzan," ucap Anisah.

"Waalaikumsalam ada apa ustazah?"tanya Fauzan.

Anisah justru terdiam beberapa saat sampai akhirnya Anisah kembali sadar kalau ustadz Fauzan bertanya padanya.

"Ustadz kemarin saya sempat pulang, ada salam dari abi untuk ustadz Fauzan. Saya hanya ingin menyampaikan itu saja," balas ustazah Anisah dengan senyuman mengembang.

"Waalaikumsalam, bagaimana keadaan pak Ibrahim disana?"tanya Fauzan.

"Alhamdulillah abi baik-baik saja."

Sampai saat ini Anisah masih tidak percaya kalau dirinya benar-benar akan dijodohkan oleh ustadz Fauzan, bahkan tanggal penting dan juga hari yang paling ditunggu Anisah sebentar lagi akan terlaksana.

"Aku jadi bingung kalau dilihat-lihat Aa, sama ustazah bahagia banget menjelang hari bahagia mereka. Tapi disisi lain aku mengetahui suatu kebenaran dimana Tiara juga suka sama Aa,"

"Ya Allah, apapun yang terjadi nanti semoga itu yang terbaik untuk kebahagiaan mereka," ucap Aisyah yang juga berada ditempat yang sama dengan ustadz Fauzan dan juga ustazah Anisah.

_______

Happy reading semua.

Jangan lupa VOTE dan KOMENNYA.

Cinta Dalam Doa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang