Tiara berjalan cepat kearah Ndalem. Aisyah bilang ustadz Fauzan memanggilnya untuk datang ke Ndalem, entah apa alasannya yang jelas Tiara ingin cepat sampai dan tahu alasannya.
"Assalamualaikum," ucap Tiara.
"Waalaikumsalam," balas ustadz Fauzan yang sudah menunggu kedatangan Tiara.
Tiara mendekat untuk menemui ustadz Fauzan, bahkan Tiara juga mencium tangan ustadz Fauzan yang kini bukan hanya sebagai gurunya dipesantren. Tapi, juga sebagai suaminya.
"Duduk," ustad Fauzan meminta Tiara untuk duduk disampingnya. Jujur itu membuat Tiara sedikit canggung.
Lagi-lagi suasana mendadak canggung terlebih ustadz Fauzan, yang sedari tadi terus memperhatikan Tiara.
"Ustadz, kenapa sih ada yang aneh sama Tiara?" Tanya Tiara dengan ragu.
Bukannya menjawab, ustadz Fauzan justru bangkit dari duduknya. Pergi mengambil sesuatu diatas laci.
Tidak lama ustadz Fauzan kembali membawa Al-qur'an dalam dekapannya.
"Lho, ini untuk apa ustadz?" Tanya Tiara heran.
Ustadz Fauzan mengelus lembut kepala Tiara, membuat Tiara kaget dengan perlakuan ustadz Fauzan. Untuk pertama kalinya Tiara benar-benar diperlakukan dengan lembut oleh seorang laki-laki.
"Saya dengar ada yang sedang menghafal Al-Qur'an. Jadi, saya ingin mendengarkannya," ucap ustadz Fauzan.
Tiara masih terdiam mencerna ucapan ustadz Fauzan barusan.
Ustadz Fauzan mencubit gemas pipi Tiara. "Kenapa diam?"
"Ustadz ampun jangan cubit pipi Tiara," protes Tiara sambil mengusap-ngusap pipinya yang kini terlihat memerah.
Kini Tiara mulai membacakan hafalannya yang sudah ia hafalkan sejak kemarin, meski ragu kalau Tiara mengingat semua hafalannya.
Berkali-kali Tiara mengulang hafalannya itu, kata ustadz Fauzan bacaan Tiara masih harus diperbaiki lagi. Berkali-kali Tiara mencoba dan berkali-kali juga ustdaz Fauzan membenarkan bacaan Tiara.
"ShodakaAllahulajim,"
Tiara menghembuskan nafas kasarnya, merebahkan punggungnya dikepala kursi.
"Kalau bisa milih lebih baik buat seratus strategi, untuk ngelawan musuh deh," grutu Tiara.
Tanpa Tiara sadari ustadz Fauzan mendengar apa yang Tiara katakan tadi.
"Kamu bilang apa tadi?"
Tiara langsung membuka matanya, yang tadi sempat terpejam. "Hah, emang tadi Tiara ngomong apa?" Tiara mengeluarkan jurus jitunya untuk mengalihkan pembicaraan.
"Membuat strategi untuk melawan musuh, kamu punya musuh Tiara?" Diluar dugaan ustadz Fauzan justru mengulang apa yang barusan Tiara katakan.
Tiara menganguk dengar ragu, apa mungkin ini yang terbaik untuk Tiara jujur tentang siapa Tiara yang sebenarnya sebelum menjadi Tiara yang sekarang.
"Ah itu ustadz salah dengar," elak Tiara.
Ustadz Fauzan menatap Tiara, mencari kebohongan yang Tiara sembunyikan, lewat tatapan mata Tiara.
Ah sialnya, Tiara merasa canggung saat itu juga tidak berani menatap balik ustadz Fauzan.
"Tiara kamu masih tidak ingin jujur dengan saya? Hemm," tanya ustadz Fauzan seakan bisa membaca pikiran Tiara.
Tidak, untuk saat ini Tiara tidak ingin menceritakan tentang masalalunya. Entah kenapa ada rasa takut dalam diri Tiara untuk menceritakannya pada ustdaz Fauzan.
Fauzan menghembuskan nafasnya. " baik kalau kamu tidak ingin menceritakannya, saya tidak akan memaksa," ujar ustadz Fauzan.
Tiara tersenyum lega mendengar itu. "Makasih ustadz," ucap Tiara.
***
Hening dan canggung, hanya itu yang kini terasa didalam ruangan saat keluarga Fauzan dan juga keluarga Anisa saling kembali bertemu.Membicarakan masalah yang sudah terjadi, terlebih tentang perasaan ustazah Anisa yang harus merelakan. Pernikahannya gagal dengan ustadz Fauzan.
"Pak Ibrahim, ustazah Anissa. Saya mohon maaf atas apa yang sudah terjadi, karena semua ini diluar kendali saya—"
"Cukup! Setelah apa yang ustadz lakukan, terhadap anak saya dengan mudahnya ustadz Fauzan meminta maaf?!"
"Pak ilIbrahim, semua ini diluar kendali kami. Kami juga tidak ingin kejadian ini terjadi, tapi semua ini sudah takdir Allah," Kiyai Nur ikut membuka suara.
"Tapi pak kyai_"
"Abi sudah, lebih baik kita pergi dari sini," ucap ustazah Anisa yang sejak tadi terdiam.
"Tapi Anisa_"
"Abi Anisa mohon," ucap Anisa.
Ustazah Anisah memilih pergi dari rumah kiyai Nur, dengan perasaan marah. Kecewa yang menjadi satu dalam hatinya.
***
Kini jam belajar sudah selesai Tiara membereskan buku-bukunya, niatnya ingin langsung kembali keasrama."Ra, aku duluan ya nanti kamu nyusul," ucap Syafa.
"Oke," balas Tiara.
Baru saja Tiara ingin keluar dari kelasnya Ustazah Anisa datang secara tiba-tiba menemui Tiara.
"Tiara bisa kita bicara sebentar."
"Iya ustazah ada apa?" Tanya Tiara.
Plak!!
Satu tamparan Tiara dapatkan dipipi kanannya.
"Ustazah kenapa ustazah tampar Tiara?" Tanya Tiara tidak terima.
Plakk!!
Satu lagi tamparan yang Tiara dapatkan di pipi kirinya.
"Ini untuk hukuman untuk kamu, yang sudah merusak semua impian saya Tiara!"
"Perempuan tidak tahu malu, yang merebut laki-laki yang hampir menjadi suami saya. Dan karena kamu, semua hancur Tiara!"
"Ustazah, Tiara benar-benar gak faham maksud ustazah, saya tidak merebut apa pum dari ustazah," ucap Tiara sebisa mungkin tidak menangis mendapati perlakuan dari ustazah Anisa.
"Oh begitu, apa kamu tahu siapa laki-laki yang telah kamu nikahi, hah?!" Ucapan ustazah Anisa membuat Tiara terkejut dari mana ustazah Anisa tahu?
"Dia adalah calon suami saya, dia orang yang sudah dijodohkan oleh saya. Bahkan hampir satu langkah lagi kami menjadi pasangan yang halal, tapi kehadiran kamu merusak semuanya," ustazah Anisa terlihat emosi dengan Tiara bahkan amarahnya meluap saat mengatakan hal itu.
"Kenapa harus ustadz Fauzan Tiara?! Kenapa bukan laki-laki lain, sikap kamu yang seperti ini menunjukan kalau kamu tidak lebih, seperti seorang pengoda!" Ustazah Anissa langsung pergi setelah mengatakan hal itu pada Tiara.
Deg!
Tiara merasa seperti dihantam benda tumpul di dadanya saat ini, sesak itu yang Tiara rasakan.
Dan kini air mata Tiara terjun dengan bebasnya bahkan tanpa henti keluar dari mata Tiara. Kata-kata itu terus muncul dalam pikiran Tiara bahkan seakan membenarkan apa yang dikatakan oleh ustazah Anisa tadi.
"Enggak, Tiara bukan perempuan seperti itu. Semua itu gak benar," ucap Tiara sambil menangis.
______________
Happy reading semua jangan lupa Vote, Komen dan ajak juga teman kalian untuk baca cerita ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dalam Doa
JugendliteraturMengisahkan perjalanan cinta antara seorang anak kiyai pemilik pesantren bernama Muhamad Fauzan alkafi, dengan seorang perempuan badgril bernama Tiara nadya putri tapi perjalanan cinta mereka memiliki banyak rintangan #3-Hijra (30-03-22) #10-anak m...