7. rindu yang tidak baik

1.3K 257 26
                                    

Tentang perjuangan.

"Bagiku kalau mencintai itu yang berjuang bukan aku sendiri atau dia sendiri. Tapi,semuanya yang terlibat dalam rasa cinta itu."

"Tentang perjuangan menurut saya, untuk membuat hati Saluna menetap pada saya kadang saya harus rela patah berkali-kali."

- L A N G I T B I R U -

Sudah dua minggu aku tidak pernah diberi kesempatan oleh semesta untuk berbicara pada Langit. Jangankan diberi kesempatan untuk berbicara, bertemu saja tidak. Sibuk katanya. Dua minggu itu pula kami hanya saling bertukar kabar seadanya lewat aplikasi chatting.

Benar kata kebanyakan orang kalau gengsi adalah hal yang paling menyakitkan. Aku rindu, tapi tidak mampu untuk mengatakan-nya. Mungkin bukan karena gengsi, tapi karena aku sebenarnya tidak bisa mengungkapkan apa yang aku rasa dengan mudah.

"Astaga aku lupa." Mataku terus membaca pesan dari Mas Bulan secara berulang-ulang. Hari ini Ibu ulang tahun dan kami sudah merencanakan semuanya dari satu minggu yang lalu.

Tidak mau berlama-lama merutuki kebodohan, aku segera menekan tombol call pada nomor Mas Bulan.

"Halo, Mas?" aku meneguk minuman sodaku, karena rasanya beberapa kentang goreng ada yang menyangkut di dalam tenggorokan. "Mas udah siapin semuanya?"

"Halo, Lun. Mas udah beli Kue untuk Ibu kok. Sama hadiahnya, kira-kira ibu lebih suka warna cokelat atau putih?"

"Mas mau beli apa untuk Ibu? Luna belum memersiapkan apapun, lupa." kataku jujur.

"Mas lagi di toko tas ini. Kamu udah selesai kelas kan? Langsung beli kado aja kalau mau, setelah itu kita baru pulang bersama-sama."

"Oh Mas jadinya beli tas untuk Ibu? Kayaknya putih bagus deh mas. Tapi seperti putih tulang gitu. Oh iya Mas, Ayah gimana? Ada kabar?"

Aku dapat mendengar helaan napas lelah Mas Bulan dari sini. "Mas sudah hubungi Ayah dari semalam, tapi tidak juga ada kabar. Mungkin Ayah punya kejutan sendiri untuk Ibu."

Aku jadi senyum-senyum sendiri mendengarnya. Ayahku adalah lelaki pertama yang paling manis di dunia. Tidak main-main, tapi Ayah memang memiliki cara sendiri untuk membuat orang tersayangnya bahagia. Aku jadi penasaran apa yang akan Ayah berikan pada Ibu.

"Yaudah Mas. Luna mau cari kado dulu untuk Ibu. Mas ada saran gak?"

"Um... Make up?"

"Mas, ibu bukan remaja lagi. Bahkan Make-up nya lebih banyak dari milik-ku."

"Ah, iya juga. Bagaimana kalau kalung?"

"Boleh juga. Tapi..."

"Tapi apa?"

Aku terkekeh, "tambahin ya? Uang tabungan Luna tidak cukup."

"Halah kamu ini bagaimana sih, Lun? Kalau Mas tambahin sama saja hadiahnya dari kita berdua."

"Habis Luna bingung, Mas!"

"Yasudah, kamu cari-cari saja dulu sendiri. Mas mau ambil pesanan dulu. Nanti kalau sudah selesai cari kado langsung kabari, biar dijemput."

Langit Biru, KDY.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang