27. Indomie soto di bawah hujan.

1.1K 184 41
                                    

chapter 27:
Semesta itu kadang memang terasa tidak adil. Tapi tenang, Semesta akan selalu mengabuli permintaan kamu .... caranya aja yang berbeda.









Kamis sore, pukul empat lebih sedikit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kamis sore, pukul empat lebih sedikit. Beberapa anak musik pasti berbondong membawa alat-alat musik yang dikuasainya untuk bernyanyi di depan aula. Aku yang mulanya tidak pernah tertarik, langsung begitu saja mengiyakan ajakan Kak Samudera saat tau kalau Aksara yang akan tampil dengan gitar kesayangan yang seantero kampuspun tau kalau namanya Bora.

"Mau nyanyi lagu apa, Sa?" Salah satu siswi membuat Aksara terkekeh kecil sambil mengotak-atik gitarnya.

"Cinta luar biasa punya Andmesh dong, Sa." sahut yang lain.

Aksara itu mahasiswa semester tiga yang akhir-akhir ini namanya sering diperbincangkan sebab ia berhasil mendapat satu juta penonton di channel YouTube-nya. Tidah terlalu heran, sih, Aksara memiliki suara yang menjadi ciri khasnya. Lembut dan terlalu sopan masuk ke dalam telinga siapapun yang mendengarnya. Suara Aksara itu mampu menyihir sebagian orang. Aku tahu, karena beberapa kali mendengarnya bernyanyi di radio sekolah.

Ada tiga anak musik lain selain Aksara di belakang sana, masing-masing sedang menyiapkan alatnya. Tapi sepertinya, lagu pertama akan dimainkan oleh Aksara sendiri.

"Kamu dan Kenangan punya Maudy Ayunda, gimana, Sa?" Usul salah satu mahasiswi berkemeja putih di paling ujung.

"Suasana cerah begini, lagunya malah mendung." Celetuk Kak Samudera yang membuatku menengadahkan kepala, menatapnya dari bawah-- karena tinggiku hanya sebatas pundaknya.

"Ya biarin dong, Kak. Siapa tau suasana hatinya nggak secerah hari ini."

Dia langsung terkekeh, tangannya terangkat mengusap rambutku lembut. Sesuatu yang aku rindukan akhir-akhir ini, namun bukan dari Kak Samudera. Ah, soal Langit .... aku tidak tau lagi. Setelah satu minggu mengembalikan tape recorder beserta surat yang pernah ia berikan, aku tidak pernah lagi melihat batang hidungnya.

"Oke, kamu dan kenangan, ya?" Aksara membenarkan letak micnya. Lalu menatap penonton yang hari ini lumayan berdesakkan. "Ini gue tahu, kalau rame begini pasti mau lihat guest star kali ini, kan?"

"IYA!!!" Sorak beberapa orang membuat telingaku hampir saja tuli kalau tidak buru-buru ditutup oleh kedua tangan besar milik Kak Samudera.

Tunggu, bintang tamu, katanya? Aku baru tau kalau acara anak musik ini seperti acara talk show yang sering ditonton oleh Ibu ba'da isya-- ada bintang tamunya. Atau bahkan seperti radio kampus yang setiap dua minggu sekali turut mengundang orang-orang yang berhasil menjadi titik utama warga kampus.

Langit Biru, KDY.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang