4. kalau tidak memiliki kekasih sepertinya.

2.1K 304 28
                                    

Hal yang paling disukai?

"Ketika Langit mengacak-acak rambutku. Karena setelahnya ia akan tersenyum tipis."


"Memikirkan Saluna."

- L A N G I T B I R U -

Aku dan Langit sama sama sedang di kantin fakultasku untuk makan siang. Walaupun Langit sedang sibuk-sibuknya mengurus beberapa hal tapi ia selalu menyempatkan diri untuk bertemu denganku di setiap harinya.

Langit adalah tipikal pria yang tidak begitu menyukai keramaian. Itu sebabnya kami berada di sini, meja nomor 29 yang terletak di bagian paling ujung kantin.

"Saya suka ini." Langit tiba-tiba mengeluarkan suaranya saat ia baru saja memasukkan sesuap nasi ke dalam mulutnya.

"Nasi dengan rendang? Ya tentu saja kamu suka. Kata ibumu itu adalah makanan kesukaanmu."

Ia menggeleng, "bukan tentang itu."

"Lalu kamu menyukai apa?"
"Kita, kamu, hubungan kita." Ia berhenti berucap untuk sejenak. "Memiliki seseorang yang menerima saya apa adanya, memiliki seseorang yang mencintai saya sebagaimana saya mencintainya adalah anugrah untuk saya."

Di balik senyum tipisku, diam-diam aku menangis dalam hati. Jika kalimatnya saja sehalus itu, bagaimana dengan hatinya?

Langit...
Jika kamu mendengar apa yang diucapkan oleh hatiku aku hanya ingin kamu tau sesuatu. Bahwa aku mencintaimu lebih tulus dari kalimatmu. Maaf untuk saat ini aku menjadi pecundang yang tidak tau bagaimana caranya mengungkapkan rasa. Tapi aku yakin, suatu hari nanti aku pasti berani mengungkapkan apa yang menjadi isi hatiku ketika kamu bersamaku.

"Saluna, dari awal kita saling kenal saya sadar kalau saya tidak hanya suka sama kamu. Saya mencintai kamu dengan hati saya yang paling dalam."

"L-langit..."
"Saya merasa beruntung karena saya tidak pernah merasa punya beban dalam hidup ketika saya kenal kamu. Saya benar-benar berterimakasih dengan ibumu karena telah melahirkan gadis seperti kamu."

Aku diam, masih mengontrol detak jantungku yang sebenarnya sudah tidak karuan. Tiba-tiba Langit menggeser piring di hadapannya. "Saluna, saya tidak memaksa kamu untuk terus mencintai saya. Tapi tolong... tetap di sini, di samping saya."

"Aku..."
"Jangan berjanji, Saluna."
"Siapa yang mau bilang kalau aku janji tidak akan meninggalkan kamu?"

Ia mengangkat kedua bahunya, lalu menarik piringnya kembali. "Siapa tau saja."

"Percaya diri sekali." Aku tertawa lepas.

Kami sama-sama salimg terdiam, menghabiskan makanan yang berada di piring. Sesekali aku memperhatikan pria di hadapanku sambil membayangkan sesuatu yang akan terjadi apabila aku benar-benar menjadi gadis yang dipercaya oleh tuhan untuk menjaga Langit di setiap harinya.

Bangun tidur mungkin ia akan siap lebih dulu ketimbang aku, atau bahkan Langit pula yang akan menyiapkan sarapan untuk kami berdua. Sampai di sana aku sadar diri, kalau sepertinya tuhan tidak mempercayaiku untuk menemani Langit di setiap harinya.

"Luna."
"Iya?"

Dia mengambil beberapa tisu lalu mengelap bibirnya sampai bersih dan membuang tisu itu ke keranjang besi yang berada di bawah kaki meja. "Kalau tidak memiliki kekasih seperti saya kamu akan memiliki kekasih seperti siapa?"

Langit Biru, KDY.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang