Bab 23 Selina

5.7K 204 0
                                    

Pagi yang cerah, aku mendial nomor telepon seluler kakakku.

"Halo, kak. Aku tak bisa ikut menjemput ayah dan ibu. Siang ini aku akan mengambil kebaya ku di butik. Sampaikan salam manis ku ke mereka yah."

Kakak ku satu-satunya itu mengiyakan dan memutuskan panggilan. Hubungan ku dengan Kakak lumayan baik. Tapi, walaupun begitu aku tidak suka tinggal bersamanya. Peraturannya terlalu banyak dan tukang atur. Teman-teman ku banyak yang naksir kakakku yang tergolong tampan itu. Tapi, sepertinya kakakku tidak suka dengan wanita. Semua teman ku yang pernah mencoba mendekatinya pada akhirnya menjauh sendiri. Alasan mereka semua sama, kakakku aneh dan mengerikan.

Contohnya terjadi pada teman akrabku yang sexy dan cantik, Claudia. Dengan percaya dirinya Claudia melepas kemeja yang dia kenakan dan menunjukkan dirinya yang pakai bikini di depan kakakku yang sedang menonton televisi. Saat itu aku mengintip kejadian itu dari pintu dapur. Aku penasaran akan reaksi kakakku.
Claudia meraih tangan kakakku dan meletakkan di payudaranya. Kemudian dengan beraninya duduk mengangkang di paha kakakku. Aku menahan tawaku pada kenekatan Claudia. Dari kejauhan aku mendengar kakakku membuka suara.

"Kamu sexy sekali." Katanya. Claudia tersenyum kemenangan. "Tapi lebih sexy lagi jika sedikit basah."
Setelah mengucapkan kata-kata itu, kakakku meraih vas bunga kecil yang terletak di meja samping sofa kemudian tanpa basi-basi menyiramnya ke dada Claudia yang kontan menjerit-jerit. Setelah Claudia meloncat dari pangkuannya, kakakku dengan santainya lanjut menonton televisi sambil menikmati kopi seperti tidak terjadi apa-apa tanpa menghiraukan Claudia yang menjerit sambil memaki-maki.

Ketika kakakku masih kuliah, dia punya seorang teman akrab bernama Teddy. Ku kira dia sama Seperti kakakku yang tidak suka wanita. Mereka selalu pergi bersama dan ku curigai mereka adalah pasangan homo. Sampai suatu hari, aku kedapatan Teddy sedang berciuman dengan seorang wanita di bar, barulah aku tahu Teddy normal seperti lelaki lainnya. Sejak saat itu, aku mulai menyukai Teddy. Tapi ayah dan ibu melarangku pacaran dan menyuruhku serius belajar sampai aku menyelesaikan studi setidaknya sampai wisuda nanti.
Sesuai dengan janji ibu, aku akan di jodoh kan dengan Teddy setelah wisuda besok.

Aku kembali mendial sebuah nomor di iphone ku.
"Halo." Sebuah suara berat seperti baru bangun tidur menjawab.

"Ted, ini aku. Lina." Kataku

"Ada apa pagi-pagi telepon." Katanya

"Besok kamu jadi pendamping ku yah di acara selamatan wisuda ku."

"Aku sedang di luar kota, Lina. Belum pasti kapan balik."

"Begitu yah. Sebenarnya, ayah dan ibu akan membicarakan tentang perjodohan kita. Mereka ingin mendengar pendapat mu."

"Perjodohan?"

"Iya. Kamu dan aku." Ted terdiam sebentar

"Aku tidak keberatan." Katanya kemudian setelah beberapa detik.

"Benarkah? Kamu setuju perjodohan kita? Yang artinya kita akan menikah?"

"Iya. Tapi aku butuh sedikit waktu untuk pulang."

"Tidak apa-apa. Selesaikan pekerjaanmu dan aku akan menunggu mu pulang dan membicarakan hal ini pada orang tua ku dan pamanmu."

***

Acara wisuda yang berjalan dengan lancar. Aku lulus dengan predikat memuaskan, cukup untuk membuat bangga Ayah dan Ibu. Ayah dan Ibu memeluk dan mencium ku memberiku selamat saat acara wisuda telah selesai.

"Mana kakak?" Tanyaku. Ingin rasanya memamerkan kebahagiaan ku sekarang padanya.

"Dia sedang tunggu di mobil. Kamu tahu, dia tidak suka keramaian." Kata ibu.

Pilihan kuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang