Bab 22

5.7K 222 4
                                    

Boss menunjuk padaku sepasang suami istri yang sudah sedikit tua tetapi tampak sehat itu dari kejauhan.

"Itu orang tua ku. Ayok."

Aku mengikuti Boss yang berlari kecil menyambut mereka. Boss memeluk dan mencium kedua pipi ibunya, kemudian ayahnya menepuk punggung Boss seolah-olah mengatakan dia bangga punya anak seperti dia.

"Mana adik mu?" Tanya ibu Boss sambil mencari-cari.

"Dia sedang sibuk katanya." Pinta Boss.
Sebenarnya aku sedikit penasaran dengan adik perempuan Boss. Ibu Boss ternyata sangat cantik walaupun sudah tertutupi sedikit keriput. Apakah adik perempuan Boss juga cantik seperti ibunya dan tinggi seperti ayahnya?

"Ini siapa?" Tanya ibu Boss sambil melihatku setelah beberapa menit reuni dengan anaknya.

"Ini, Qwen." Boss memperkenalkan aku pada orang tuanya. Aku menyalami mereka berdua sambil menyebut nama lengkapku. Ibu Boss menarik sedikit tanganku saat berjabat tangannya dan tersenyum ramah padaku. Aku berjalan di sebelah Ibu Boss yang masih memegang tanganku, seperti sudah mengenalku bertahun-tahun. Aku sedikit kaku, karena ibuku jarang menggandeng tanganku saat berjalan setelah aku beranjak dewasa.

***

"Apakah besok kamu juga ikut ke pesta selamatan Selina?" Tanya ibu Boss padaku saat di mobil. Aku duduk dengan ibu Boss sedangkan ayahnya duduk di samping Boss yang mengemudi. Baru kali ini aku tahu kalau adik Boss bernama Selina.

"Entahlah. Boss tidak mengatakannya." Jawabku

"Tentu saja kamu ikut, sebagai pendampingku" kata Boss tiba-tiba menyela percakapan kami.
Aku kaget mendengarnya. Pendamping?

"Boss?" Tanya ayah Boss tiba-tiba.

"Aku sekretaris Boss." Kataku cepat.

"Benarkah itu, Pete?" Tanya ibunya tidak percaya.

"Iya. Tapi dia spesial." Kata Boss.

Wajahku mendadak pucat mendengar pengakuan Boss di depan orang tuanya. Mereka pasti salah paham dan menganggap aku pacarnya. Aku bukan pacar Boss. Bagaimana aku menjelaskannya?

"Aku hanya sekretaris biasa. Boss hanya kebetulan memintaku menemaninya hari ini." Jelas ku.

"Oh. Aku kira kamu pacarnya Peter. Karena dulu Peter jarang dekat dengan wanita. Begitu melihat kamu, aku jadi salah sangka." Ibunya tertawa sungkan. Aku membalas dengan senyum sopan.

"Dia satu-satunya gadis yang ingin ku dekati, Bu." Pengakuan Boss lagi-lagi membuatku pucat dan menjadi sedikit salah tingkah.

"Jadi kamu mendekati sekretaris mu?" Tanya ayah nya dengan suara berat dan sedikit mengancam. Jantungku berdebar kencang, kali ini ayahnya pasti murka.

"Tidak apa-apa, Qwen." Kata ibunya tiba-tiba sambil menepuk punggung tanganku. "Dulu aku juga karyawati yang bekerja sebagai resepsionis di perusahaan ayah Peter."

Aku tidak peduli dengan masa lalu mereka. Yang jelas aku tidak ada hubungan asmara dengan Boss ku ini. Dan Boss, please jangan mengatakan hal-hal seperti itu lagi. Aku hanya sekretaris mu.

"Maaf, Bu. Tapi ak.." Aku hendak menjelaskan kemudian di sela.

"Jadi, tidak usah khawatir akan hubungan kalian. Bukankah lebih asyik bekerja bersama dengan orang yang kita cintai. Aku dukung kalian."

"Makasih, Bu." Kata Boss tiba-tiba.

"Jadi, kalian serius mau mengulang kejadian kami muda dulu?" Tanya ayah Boss "Sudah berapa banyak orang di kantor yang mengetahui hubungan kalian."

Pilihan kuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang