Bab 12

7.3K 282 1
                                    

Aku seperti orang goblok yang tidak tahu malu, menginap di rumah Boss. Sungguh aku malu pada diri ku sendiri. Menangis seperti anak kecil di hadapan Boss sampai dia menemaniku tidur terduduk sampai pagi. Tetapi masih terngiang-ngiang kata Boss semalam, "lupakan dia."

Melupakan Ted? Apakah bisa aku lupakan seseorang yang kurindukan setiap hari selama bertahun-tahun ini?

Selesai berbenah diri, aku turun ke bawah. Boss sudah menungguku di ruang tamu. Dia bangkit dari sofanya setelah melihat ku datang menghampirinya.

"Maaf, aku sudah merepotkan Anda. Kejadian tadi malam tidak akan terulang lagi." Kataku sopan. Boss tersenyum mendengar permintaan maafku.

"Tidak sama sekali. Aku senang sudah membantu." Boss yang baik sekali.

Apakah dia baik terhadap semua orang? Sungguh beruntungnya diriku.

Pagi itu Boss mengajakku sarapan di Cafe langganannya.

"Coba bacakan agenda hari ini." Kata boss tiba-tiba setelah menyuruput cappucino nya.

Aku segera mengambil note dari tasku dan membuka agenda.

"Pukul sepuluh rapat bersama dewan direksi, pukul tiga janji temu dengan Designer Fredrick Wong." Baca ku. Hari ini lumayan santai, hanya dua kegiatan.

"Berarti hari ini kegiatan di kantor saja." Katanya memastikan.

"Iya, benar." Jawabku

Selesai sarapan kami langsung menuju ke kantor. Aku di bantu Sharon untuk menyiapkan bahan untuk rapat bersama dewan direksi. Sharon mengatakan kalau rapat dengan dewan direksi adalah Presdir harus melaporkan perkembangan perusahaan dan mempertanggungjawabkan naik atau turunnya saham perusahaan. Yang jelasnya adalah rapat penting yang tidak boleh ada kesalahan apapun. Untuk kali ini, Sharon akan ikut bersama Boss dan aku ke ruang rapat untuk membantu sekalian mengajari ku. Rapat berlangsung dengan suasana tegang dan kritis. Para direksi melontarkan tuntutan-tuntutan yang menantang. Tapi Boss menanggapi dengan serius dan tenang. Bahkan muncul ide-ide baru yang akan diterapkan. Dan setelah proposal selesai dikerjakan, para direksi akan di undang untuk rapat kembali. Selanjutnya akan diadakan rapat intern tentang pembagian tugas dalam mengumpulkan data untuk membuat proposal ini. Minggu yang repot pastinya.

***

Aku pulang ke rumah dengan badan lelah, rasanya tidak sanggup lagi bangkit dari perbaringan. Ternyata beginilah kerja di perusahaan besar, tidak seenak yang ditayangkan di drama. Aku menertawakan diriku sendiri. Aku bangkit dari sofa dan beranjak ke kamar untuk membersihkan diri. Pukul enam, saat Smartphone ku berdering. Muncul nama Ted di layar, secepat kilat aku meraih dan menjawab.

"Halo." Jawabku

"Aku masih lembur, ada sedikit masalah yang harus diselesaikan. Kunci pagar dan pintu, tidak usah menungguku pulang." Katanya cepat.

"Iya, baiklah. Jangan terlalu capek." Kataku.

Dari seberang telepon terdengar seseorang sedang memanggil dia. Panggilan terputus seketika. Direksi benar-benar memberikan tantangan yang besar, seisi kantor sibuk karenanya. Aku mengusir suntuk dengan menonton televisi sampai jam berdentang sembilan kali, mataku rasanya berat sekali dan tidak sanggup lagi menyelesaikan salah satu film terkenal dari Box Office. Aku mematikan televisi dan melangkah gontai masuk ke kamar. Ted masih belum pulang juga. Aku meraih note dan mengecek agenda besok tapi, oh tidak ada tiga panggilan tak terjawab. Sudah pasti ini dari Boss. Betapa bodohnya aku, seharusnya aku membawa serta note ini dimana pun aku berada. Secepatnya aku menelepon balik, belum sampai nada tunggu yang kedua, boss menjawabnya.

Pilihan kuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang