Bab 4 Teman Masa Kecil

8.6K 377 0
                                    

Minggu yang mengejutkan, baru semalam paman mengatakan akan ada teman lama ku datang untuk meminta tolong memasukkan dia ke Brilliant, perusahaan tekstil tempatku bekerja. Belum juga terpikirkan siapa teman lama itu ternyata menjelang sore sudah muncul gadis mungil di depan rumah ku. Tanpa menekan bel atau mengetuk pintu, seolah-olah tahu pada saat itu aku akan membukakan pintu untuknya. Qwen, gadis kecil bertubuh mungil yang dulu adalah tetangga ku sekaligus saksi hidup dari kehidupan tragis ku dulu. Ku sebut itu aib. Aib yang telah kukubur ke perut bumi sekarang sepertinya akan terkuak lagi. Dia tidak berubah, masih manis dan mungil seperti buah cherry. Dulu melihatnya pasti tidak akan tahan tidak memeluknya. Sekarang, melihat dia mengingatkan ku pada sakit di tangan, punggung dan perut sehabis di pukul mendiang orang tua ku. Aib yang tidak ingin kuingat lagi sekarang muncul satu persatu di otakku. Berputar-putar menimpa jadwal-jadwal rapat dan nama klien yang akan kujumpai besok. Demi ketenangan hidupku, terpaksa ku tawari kerja sebagai sekretaris boss ku, Peter yang sebenarnya adalah teman kuliah ku. Dia meneruskan usaha ayahnya yang kini sedang menikmati pensiun di Canada. Peter merekrut ku sehari setelah dia menjabat sebagai Presdir. Aku harus berterima kasih padanya karena tanpa harus berusaha dari pegawai kecil, aku langsung menjabat sebagai GM. Peter punya selera yang aneh pada sekretarisnya. Sudah 26 sekretaris yang berhasil di usirnya. Rekor paling lama sekretarisnya adalah 2 hari. Qwen adalah korban selanjutnya, dengan begitu dia akan pulang dengan suka rela. Memang sedikit kejam, tetapi melihatnya sungguh tidak bisa untuk tidak teringat aib itu. Lagi pula, menjaga gadis kecil di rumah sungguh menjadi sebuah tanggung jawab dan beban. Bahkan tidak bisa bebas membawa wanita klub ke rumah atau sekedar nonton bola bersama teman pria. Aku memutuskan untuk mengatakan terlebih dahulu pada Peter agar besok ada persiapan. Aku meraih Iphone ku dan menuliskan text ke alamat nomor Peter. : Pete, aku membawakan gadis kecil untuk mengisi meja sekretaris mu. Kamu masih ingat gadis cherry yang pernah kuceritakan dulu? Besok kamu akan menjumpai nya. Tolong bersikap lebih kejam padanya.

Tak sampai satu menit aku mengirimnya, Peter membalas : Cherry akan layu jika aku lebih kejam lagi. But, why? She's your first love isn't ?

Aku menggerutu dalam hati sambil menekan layar iphone ku : Yeah, dia juga aib ku. Dia harus segera pulang sebelum aku harus buat janji dengan Psikiater. Ku rasa malam ini aku akan mimpi buruk.

Beberapa menit kutunggu, Peter tidak membalas. Tandanya dia sudah mengerti. Jam sebelas malam, sebelum tidur aku menengak obat penenang agar berharap tidak mimpi buruk. Aku sembuh dari ketakutan dan trauma yang menghantui ku berkat Paman yang kaya mengasuhku. Membawaku terapi ke Psikiater dan memberiku kasih sayang yang tidak pernah ku dapatkan dari orang tua kandung ku. Barulah aku bisa beranjak dewasa dengan pikiran normal. Karena anak-anak yang mendapatkan kekerasan biasanya akan melakukan kekerasan juga. Sungguh beruntung aku sembuh sebelum menjadi monster brutal. Tapi kehadiran Qwen sanggup mengingatkan ku kembali dengan kejadian tak enak itu. Dia tidak seharusnya ada di sini.

Pilihan kuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang