Bab 25 Rencana Selina

5.3K 206 1
                                    

Bryan protes karena aku tidak jadi melaksanakan rencanaku. Dia ingin meminta bayaran atas janji ku, apalagi dia juga sudah janji kepada teman-teman yang dimintanya untuk membantu. Di sisi lain, ada perasaan tidak tenang juga. Walaupun kakak dan Qwen katanya sudah bersama, tetapi lebih amannya jika rencana ku tetap di laksanakan.

Acara sudah selesai satu jam yang lalu, kakak pasti sudah pulang saat ini. Walau begitu, aku akan menelepon kakak untuk memastikannya

"Hallo, kakak dimana?" Tanya ku sesaat setelah kakak mengangkat telepon

"Aku masih di apartemen Qwen. Ada apa? Acara sudah selesai bukan?" Katanya.

Aku bersyukur kakak masih bersama Qwen.

"Kak, bolehkah Qwen nginap di tempatku malam ini? Aku ingin mengobrol dengannya." Pinta ku

"Lina, ini sudah malam. Bukan waktunya lagi untuk mengobrol. Qwen juga butuh istirahat." Tolak nya

"Please, tanyakan pada Qwen apakah dia mau nginap di rumahku malam ini ?" Kakak tidak menjawab nya, samar-samar terdengar suaranya sedang bertanya pada Qwen.

"Qwen mau." Kata kakak. Aku terpekik kegirangan.

"Kalau begitu kakak antar Qwen kemari yah."

Setelah memutuskan sambungan, aku mengirim pesan text pada Bryan untuk menunggu di dekat rumahku sambil menunggu isyarat ku. Sekitar setengah jam, terdengar bunyi deru mesin mobil yang berhenti di depan rumah, dengan cepat aku membuka pintu menyambut mereka. Aku memaksa kakakku untuk ikut masuk walau awalnya dia menolak.

"Kak, masuk saja dulu. Kakak sudah lama tidak pernah datang ke rumahku."

"Iya, sudah lama sekali." Akhirnya kakakku masuk kedalam bergabung dengan Qwen yang sedang duduk di sofa.

Di dapur, aku menyiapkan tiga minuman. Dua di antaranya sudah kuberikan pil yang diberikan Bryan padaku tadi. Katanya efek yang timbul akan membuat orang yang mengkonsumsinya tidak sadarkan diri selama beberapa menit kemudian setelah sadar akan menbuatnya tidak bisa menahan hasrat untuk bercinta. Aku berdoa, semoga rencanaku berhasil walaupun kini jantung ku berdebar kencang.

Aku meletakkan minuman ke hadapan mereka. Kakak langsung meminumnya dengan alasan akan langsung pulang setelah ini. Aku mengangkat minumanku dan mengajak Qwen untuk Toss. Sesuai harapan ku, Qwen langsung meminumnya hingga habis.

Beberapa menit kemudian aku mengamati mereka yang mulai mengantuk akibat efek dari pil yang baru mereka minum. Dan keduanya tertidur pulas di sofa. Aku menelepon Bryan untuk kemari sembari menunggu kedatangannya di depan pintu.

Bryan dan teman2nya mengangkat kakak dan Qwen ke kamar tamu dan meletakkan mereka di tempat tidur. Aku memberikan sejumlah uang yang ku janjikan dan menyuruh mereka pergi. Dengan cepat dan sedikit gugup aku melucuti pakaian mereka dan menutupnya dengan selimut. Malu juga melihat mereka tanpa busana. Apalagi itu kakakku sendiri. Walaupun bukan berarti ini pertama kalinya aku melihat tubuh lelaki.

Tinggal menunggu mereka sadar dan menikmati satu sama lain. Semoga dengan begitu, Qwen akan terus bersama kakakku dan tidak mengganggu hubungan aku dengan Teddy.

Ternyata sesuai dengan yang di katakan Bryan. Aku mendengar suara desahan dari balik pintu. Tidak usah mengintip pun aku tahu apa yang sedang mereka lakukan. Tinggal berpikir alasan apa yang akan kukatakan pada mereka besok. Atau aku kabur saja sebelum mereka bangun?

Pilihan kuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang