Bab 31 Ending

12.7K 314 44
                                    

Aku terbangun di ruangan yang cukup gelap. Aku menggerakkan bola mataku mengelilingi ruangan yang tidak asing ini. Mataku tertuju pada jendela kaca di beranda, tampak seseorang sedang duduk merokok sambil menelepon. Entah sudah pukul berapa sekarang, tapi langit masih tampak gelap. Kepala ku sedikit pusing saat aku berusaha bangun dari pembaringan. Sesaat aku hampir menangis saat mendapati tubuhku polos tak berbalut pakaian. Tapi ini bukan saat yang tepat meratap nasib, yang paling penting adalah pergi dari sini secepat nya. Aku bangkit dan mencari bajuku. Tubuhku merinding karena kedinginan dan jantungku berdebar kencang. Aku bersyukur menemukan pakaian dan tas ku yang hanya terletak di lantai samping tempat tidur, lantas aku berpakaian dengan cepat tanpa memperdulikan kerapian nya. Jantungku berdebar semakin kencang seolah-olah memaksa keluar dari kulitku dan dengan gemetar, tanganku meraba-raba isi di dalam tas mengambil note tanpa menimbulkan sedikit suara pun. Sekilas aku melirik ke arah beranda untuk memastikan dia belum beranjak dari kursi. Untuk kesekian kalinya aku bersyukur baterai di note ku masih ada walaupun hampir habis.

Dua puluh dua panggilan tak terjawab dari Peter dan sembilan pesan teks. Aku membuka pesan teks tanpa sempat membaca. Aku mengetik pesan teks dengan tangan gemetar dan kegugupan yang luar biasa.

"SOS. Ted's House."

Aku tidak mau menghabiskan waktu untuk mengetik kalimat panjang, lagi pula sedikit sulit mengetik dengan tangan gemetar. Peter pasti mengerti arti isi pesan teks ku. Dengan hati-hati aku merayap keluar dari kamar sambil menahan nafas. Aku baru bisa bernafas lega saat menuruni tangga. Semoga saja Ted belum menyadari aku sudah lenyap dari kamar. Menit demi menit berlalu seperti sudah berjam-jam lamanya aku menunggu di ruang tamu yang gelap.

Nafas ku mendadak berhenti saat terdengar suara langkah kaki menghampiriku. Ruang tamu menjadi terang benderang, kakiku lemas tak bertenaga karena takut dan panik.

"Mau pulang? Biar kuantar." Kata suara itu dari belakang ku. Dia menarik tanganku yang dingin seperti es mengajakku beranjak, tapi aku menolak dengan menarik tanganku dengan kasar. Dia menatap wajahku yang pucat dengan tatapan bingung. Aku mundur beberapa langkah dan langsung menabrak dinding saat dia mulai bergerak maju.

"Kenapa?" Tanyanya. Dia merapatkan badannya ke tubuh kecilku. Aku mulai terisak, suaraku tercekat, tenggorokanku terasa kering.

"Ted, jangan begitu." Aku mengucapkan dengan susah payah di balik tangisku.

"Bukankah dulu kamu suka bermanja dengan ku? Ada apa dengan kamu sekarang?" Dia mengusap air mataku.

"Kamu sudah berubah. Aku takut padamu." Kata-kata ku membuatnya tertawa getir.

"Sebenarnya kamu yang berubah, Qwen." Suaranya terdengar begitu dingin dan sedikit pilu. "Dari awal kamu adalah milikku. Saat aku sedang melawan trauma ku, kamu malah berselingkuh dengan sahabatku."

"Aku tidak ingin kamu menderita karena aku." Hatiku sakit saat dia mengatakan aku selingkuh. "Jika meninggalkan mu bisa membuatmu lebih baik, aku memilih untuk menghilang dari hadapanmu."

"Buktinya aku semakin menderita. Aku tidak bisa tanpa mu. Walaupun harus berperang dengan masa lalu ku, aku tetap tidak mau kehilangan mu." Ted memelukku dengan sangat erat.

Apakah aku salah? Dari sisi Ted, aku tampak berselingkuh dengan Peter. Tapi sebenarnya aku tidak punya maksud seperti itu, aku hanya tidak ingin Ted menderita lagi jika aku terus memaksa dia untuk bersamaku. Sedangkan Peter juga mencintaiku dan bermaksud melindungiku, aku terharu dengan sikapnya padaku dan sudah mulai jatuh cinta padanya.

Terdengar suara deru mesin mobil yang berhenti di pekarangan. Perasaan takut menghantam ku berkali-kali lipat. Peter mengedor pintu dengan kuat sambil menyerukan namaku.

Pilihan kuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang