Biar bagaimana aku mengajak Ted, dia tetap tidak mau ikut ke peternakan. Sungguh aneh rasanya menginap diluar hanya berdua bersama Boss. Tapi sebagai sekretarisnya, sudah seharusnya aku menemaninya tinjau lapangan. Akhirnya dengan sedikit enggan, kami berangkat juga pada hari Sabtu pagi-pagi sekali. Selama perjalanan, Kami bercerita ringan tentang macam-macam hal. Tentang film, wisata, dan keluarga. Dari ceritanya barulah aku tahu kalau Boss mempunyai seorang adik perempuan yang masih kuliah dan akan diwisuda akhir bulan depan. Boss berjanji akan membawaku serta ke acara wisuda adiknya.
Tiga jam perjalanan, saat ini mobil sedang menanjak ke pegunungan, sudah terlihat banyak pohon murbei dikiri kanan jalan setapak.
"Dari sini sudah merupakan tanah peternakan ulat sutra milik keluarga kami, sebentar lagi kita akan sampai di tempat pengolahan." Jelasnya.
"Semuanya pohon murbei ya? Ulat sutra dibiakkan di pohon murbei?" Tanyaku memastikan.
"Iya, daun murbei adalah makanan favoritnya ulat sutra." Jelas Boss singkat.
Sekitar tiga puluh menit, sudah nampak bangunan besar yang merupakan pabrik kain sutra. Boss memarkir mobilnya di samping pabrik. Saat turun dari mobil, kami di sambut oleh beberapa karyawan yang merupakan pengawas dan kepala pabrik. Boss memperkenalkan aku sebagai sekretarisnya, mereka menyambut ku dengan sopan dan ramah. Dari perjalanan mengawasi pekerjaan di pabrik barulah aku tahu proses dari pemelihara ulat sutra menjadi kain haruslah dikerjakan dengan teliti. Ulat sutra harus di beri makan sampai kenyang sebelum melakukan metamorfosis. Selama tiga hari ulat sutra akan membalut diri menjadi kepompong dan akan dipanen setelah menjadi kokan. Kemudian lanjut ke proses perebusan untuk mematikan larva yang ada di dalam kokan. Setelah itu serat-serat benang akan di dulung dimensi menjadi benang-benang yang kuat kemudian akhirnya di tenun menjadi kain sutra yang indah, lembut dan tampak bercahaya. Setelah Boss selesai melakukan tinjau untuk memastikan tidak ada masalah di dalam pabrik, kami berangkat meninggalkan peternakan setelah makan siang.
"Bagaimana, asyik?"tanya Boss di tengah perjalanan.
"Iya, aku mendapat banyak pengetahuan. Rasanya tidak akan bosan walaupun seharian disana, dari memberi makan ulat, panen, sampai ke mesin tenun. Sibuk sekali, tapi asyik." Kataku panjang lebar.
"Bagaimana kalau kamu dimutasikan aja kesana?" Tanya Boss, membuatku tercengang. Apakah ini sanksi ku? Tidak becus jadi sekretaris sampai harus dimutasikan ke peternakan. Inikah maksudnya boss membawaku ke sini?
Beberapa detik aku tercengang, boss tertawa.
"Aku hanya bercanda. Kamu langsung pucat." Akunya sambil tertawa.
"Jadi, bagaimana dengan sanksi ku?" Tanyaku sedikit was-was
"Menemaniku ke peternakan adalah sanksi mu." Jawabnya
"Apa?" Tanyaku tercengang.
"Kenapa? Tidak puas dengan sanksi mu? Mau di tambah?" Ejek nya.
"TI.. Tidak." Jawabku terbata. Aku mengurungkan niat untuk bertanya lebih lanjut. Biar bagaimanapun aku telah berhasil mempertahankan pekerjaan ku, itulah yang terpenting.
"Kita akan nginap di Villa milikku." Kata Boss tiba-tiba setelah hening beberapa saat. Sesaat jantungku berdebar, perutku mual, tanda aku mulai gugup.
"Kita tidak nginap di hotel?" Tanyaku menyembunyikan kegugupan ku.
"Setiap datang kesini aku selalu nginap di Villa." Kata Boss santai seperti tidak mengerti kekhawatiran ku.
Bagaimana ini terjadi, aku menginap berdua bersama Boss di Villa miliknya. Jika Boss adalah Ted mungkin aku akan senang, tapi ia adalah Boss. Rasanya sungkan sekali, berduaan dengan Boss di Villa. Aku bertekad untuk lebih banyak mengurung diri di kamar nantinya.
Selagi aku melamun, mobil berhenti di samping sebuah Villa berbahan kayu. Tidak ada bangunan lain di sekitarnya, di depan Villa terdapat barbeque set dengan kursi dan meja dari kayu. Sekeliling hanya ada pepohonan dan sungai yang berada agak jauh dari Villa. Sungguh sejuk udara disini, terasa nyaman dan tenang. Aku berjalan-jalan menuju ke sungai. Sungguh takjub airnya bening, tampak ikan-ikan kecil sedang berenang di sela-sela bebatuan. Sungguh rasanya ingin duduk di tepi sungai dan melamun seharian. Rasanya pasti akan sangat damai dan lupakan sejenak pekerjaan dan hiruk pikuk di kota.
"Indah kan disini. Sungguh beruntung, cuaca hari ini cerah sekali. Kita bisa panggang-panggang untuk makan malam nanti." Kata Boss tiba-tiba memecah lamunan ku.
"Panggang-panggang? Tapi kita gak beli bahannya." Tanyaku.
"Kita punya segalanya di Villa. Beberapa hari yang lalu aku sudah meminta penjaga untuk menyiapkan bahan-bahan makanan di kulkas." Terangnya bangga.
Aku menanggapinya dengan senyuman.
"Kamu masih ingin disini? Aku akan membawa bawaan kita masuk kedalam." Tanyanya.
"Oh iya, aku ikut." Kataku sambil berlari kecil mengikutinya.
Bangunan didalam beratap rendah, semuanya berbahan kayu sampai perabot di dalam juga di buat senada dengan bangunannya. Seperti masuk ke dunia lain di dalam hutan. Boss menunjukkan kamar ku tepat berada si samping kamarnya. Aku membawa tas berisi baju dan perlengkapan lainya masuk ke kamar. Tempat tidur antik berbahan kayu, senada dengan meja rias, kursi dan lemari. Di samping tempat tidur terdapat jendela yang berhadapan langsung dengan sungai. Aku sedikit jatuh cinta dengan tempat ini.
"Qwen, masuk ke dapur jika kamu sudah selesai berbenah." Teriak boss dari luar.
"Baik, sebentar lagi selesai." Jawabku dari dalam. Cepat-cepat aku memasukkan tas ku ke dalam lemari dan langsung berhamburan keluar.
Tidak susah mencari letak dapur karena memang Villa ini tidak terlalu besar. Di samping dapur, terdapat tangga untuk menuju lantai dua. Aku akan cari kesempatan untuk melihat-lihat ke atas nantinya.
Boss sedang membongkar-bongkar isi di dalam kulkas. Ia sudah berganti pakaian, kemeja dan celana jeans. Pertama kalinya aku melihat Boss berpakaian santai, kharisma sebagai bossnya langsung hilang, Dia tampak seperti anak muda biasa.
"Ada yang bisa kubantu?"tanyaku di balik punggungnya. Boss berbalik melihatku.
"Loh? Kamu masih memakai blazer? Tidak adakah baju yang lebih leluasa? Kita mau panggang-panggang sebentar lagi." Katanya agak ketus.
"Ada, segera aku ganti." Kataku sambil berlari kecil menuju kamarku. Aku membongkar tas dan mencari baju yang kira-kira cocok untuk kategori "leluasa". Aku hanya membawa kemeja, celana klep per dan piyama. Tidak ada kaos atau jeans. Gak kepikiran kalau akan ada kesempatan pakai pakaian santai. Sungguh bodohnya diriku, seharusnya tetap harus dibawa. Tidak ada pilihan lain, aku mengenakan celana piyama dan kemeja berlengan pendek. Sungguh aneh, tapi ini cukup untuk kategori "leluasa". Setelah selesai berganti pakaian, cepat-cepat aku kembali ke dapur. Segala bahan makan sudah berada di atas meja. Boss melototiku dari bawah ke atas lalu tertawa terbahak-bahak.
"Gaya fashion mu sungguh unik." Katanya lagi sambil tertawa.
"Aku tidak bawa kaos ataupun jeans. Kukira kita akan makan malam di restoran atau cafe, jadi yg kubawa hanya kemeja."Jelasku malu.
Akhirnya aku membantu menyiapkan bahan-bahan makanan untuk panggang. Ikan, ayam beserta bumbu-bumbunya. Menjelang sore, persiapan sudah selesai. Boss sedang mengipas-ngipas arang yang sedang di bakar. Setelah api memarak, segera kami mulai memanggang. Boss mengambil alih tugas memanggang sedang aku kembali ke dapur membuat minuman sirup. Rasa canggung ku pelan-pelan menghilang, rasanya seperti sedang piknik bersama keluarga atau teman.
Next, Peter kehilangan kendali..
Terima kasih untuk yang sudah membaca sampai Bab 13 dan untuk yang sudah Vote juga thanks berat.
Untuk ending nya, sebenarnya aku masih ragu akan memasangkan Qwen dengan Peter atau Teddy. Bagi pembaca yang ada saran, bole di sampaikan di comment yah.. Thankyou lagi yang kesekian kalinya..

KAMU SEDANG MEMBACA
Pilihan ku
RomanceMasa kecil yang bahagia karena ada dia yang selalu melindungi ku, berbagi cerita di balik selimut hangat, dan dia berjanji akan menikahi ku jika sudah dewasa nanti. Setelah bertahun-tahun aku merindukannya, akhirnya aku ada kesempatan untuk pergi me...