Aku mengerdip-ngerdipkan mataku memaksanya terbuka. Samar-samar aku melihat langit-langit yang tidak sama dengan kamar di apartemen ku. Aku bingung di mana aku berada saat ini. Kugerakkan badanku yang masih di bawah selimut, yang kurasakan sakit di daerah punggung, pinggang dan paha. Aku meringis sambil bangkit. Detik berikutnya aku sadar bahwa tidak ada satu pakaian pun yang melekat di tubuhku. Seketika aku pucat. Otakku otomatis mereplay kegiatan ku saat bercinta dengan Peter. Kami bercinta seperti orang yang kehausan dan tidak ada capek nya. Pantas saja sekarang aku merasakan nyeri di bagian kewanitaan ku dan paha ku seperti tidak bisa di gerakkan.
Aku memutar kepalaku melihat ke samping, Peter tampak menggerak-gerakkan badannya, tanda dia juga akan segera bangun. Beberapa detik kemudian dia membuka mata dan kami saling menatap. Reaksinya sama seperti aku. Langsung bangkit karena terkejut. Dia tampak berpikir sejenak kemudian memelukku.
"Kamu ingat bagaimana ini bisa terjadi?" Suaraku serak dan bergetar. Peter melepaskan pelukannya dan kembali ke ekspresi berpikir.
"Entahlah." Katanya bingung "aku hanya ingat wajahmu yang menggoda dan gerakan mu yang liar."
Wajahku seperti terbakar, adegan tadi malam kembali mampir ke dalam otakku. Aku tahu ada yang tidak beres. Aku tidak mungkin bisa berkelakuan seperti itu. Bahkan saat bercinta dengan orang yang ku cintai juga aku tidak sampai seperti ini.
"Aku ingin pulang." Kataku tiba-tiba.
Aku bangkit dengan susah payah mengambil pakaian ku yang berserakan di mana-mana.Selesai berpakaian, kami keluar dari kamar dan tidak tampak Selina di mana-mana. Peter memutuskan untuk meneleponnya. Sepertinya dia juga curiga kejadian tadi malam ada hubungannya dengan Selina.
Aku memilih duduk di sofa saja menunggu Peter yang sedang menelepon Selina. Dari percakapan mereka sepertinya ada sedikit konflik. Dan yah, sudah kuduga ini ulah Selina. Dia sudah mengakuinya pada Peter.
Setelah memutuskan sambungan, Peter melihat ke arahku dengan tatapan menyesal. Sedang aku menatapnya kesal. Kesal akan kelakuan adiknya yang keterlaluan.
"Maaf. Ini perbuatan Selina. Dia memasukkan semacam pil ke dalam minuman kita yang bisa membuat kita kehilangan kontrol."
Aku tidak menjawabnya. Aku menyembunyikan wajahku di kedua telapak tanganku. Mengapa Selina mesti melakukan hal ini ? Apakah Selina ikut melihat adegan percintaan kami tadi malam? Aku semakin malu memikirkannya. Malu sekaligus kesal.
Peter duduk di sampingku kemudian merangkul bahuku.
"Lina melakukan ini karena takut kamu mungkin akan bisa mengganggu hubungannya dengan Teddy." Jelasnya singkat. "Maaf, sekali lagi maaf."
Tidak butuh kepintaran khusus untuk mengetahui maksud Selina. Dia semata-mata ingin aku terikat dengan kakaknya dan menutup jalan ku untuk kembali pada Ted. Seorang Selina yang cantik, anggun dan punya segalanya itu mengapa harus begitu tidak percaya diri karena kemunculan ku sampai harus berbuat sejauh ini ? Sudah kah dia memikirkan perasaan orang sebelum bertindak? Aku semakin kesal, kesal, kesal.
"Qwen, aku mencintaimu" kata Peter. "Aku akan bertanggung jawab atas kejadian tadi malam."
"Tanggung jawab? Bagaimana cara mu bertanggung jawab?" Tanya ku sedikit emosi.
"Aku akan menikahimu. Tanpa ada kejadian ini juga aku bersedia menikahi mu." Suara Peter tetap tenang.
"Hal ini seharusnya tidak terjadi. Bukankah adikmu tahu kalau kita sudah bersama ? Dan aku juga mengatakan padanya kalau aku bukanlah apa-apa jika Ted memilihnya." Aku meluapkan emosi ku sambil bangkit dari sofa. Air mataku mengalir. Perasaanku kacau balau antara sakit, malu, kesel, kecewa, emosi.
"Bagaimana jika kukatakan aku akan memperjuangkan Ted kembali. Apakah Selina akan membunuhku?" Ancam ku
"Kau tahu, itu hanya akan semakin menyakiti mu." Peter menenangkan ku. Aku bersandar di pelukannya sambil meninju dadanya beberapa kali.
"Aku kesal." Raungku.
***
Plaak.
Selina menerima tamparan keras dari Ibunya di hadapan Ayahnya, Peter dan Aku. Ada rasa sedikit puas melihatnya, tapi kasihan juga dia harus di Tampar di hadapan kami semua.
"Aku malu melihat sikapmu. Apa kamu sudah memikirkan perasaan Qwen saat melakukan hal memalukan itu? Aku dan ayahmu tidak pernah mengajari mu hal seperti ini, bukan? Mengapa kamu bisa menjadi begitu tercela?"
"Aku hanya tidak ingin ada pihak ke tiga yang muncul antara aku dan Teddy." Pinta Selina, dia mulai menangis.
"Bukankah Qwen dengan Peter baik-baik saja? Kenapa pula harus merebut Teddy dari kamu?" Suara ibunya semakin melengking.
"Batalkan saja perjodohan mereka." Kata ayahnya dengan suara berat. Dari wajahnya terpancar kemarahan yang tertahan.
Mata kami semua kontan memandang ke arah lelaki setengah baya yang masih tersisa wibawanya."Jangan ayah. Aku mohon jangan." Teriak Selina histeris sambil memohon ampun. Tidak ada yang merespon permohonan Ampunnya. Ibunya hanya menghela napas panjang dan terduduk di samping suaminya yang sedang merengut melihat putrinya sedang berlutut.
Selina lari ke arahku. Wajahnya tampak berantakan, tidak ada lagi tampak seperti gadis manja yang anggun.
"Qwen. Maafkan aku. Aku sungguh menyesal. Tolong beritahu ayah jangan batalkan perjodohanku dengan Teddy. Aku mohon." Selina menggenggam erat tanganku dengan kedua tangannya. Aku melihat ke arah Peter dan memberikan isyarat mata akan apa yang harus kulakukan. Peter menjawab dengan mengangkat kedua bahunya.
"Aku memaafkan mu." Kataku walaupun sedikit tidak rela.
"Benarkah? Terima kasih, Qwen." Selina tertawa lega sambil memelukku.
"Ayah, Qwen sudah memaafkan ku. Tolong jangan batal kan perjodohan. Aku mohon."
"Sudah ku katakan tadi. Tidak ada perjodohan." Kata ayahnya lantang sambil bangkit dari kursinya. Tiba-tiba beliau mengangkat tangannya menunjuk ke arah ku dan Peter. "Kalian juga segera siapkan pernikahan. Aku tidak mau ada aib karena hamil di luar nikah."
"Akan kita bicarakan nanti." Kata ibunya sambil melihat ke arahku lalu pergi mengikuti suaminya ke loteng.
Benarkah Peter dan Qwen akan menikah? Tunggu di bab berikut yah..
Thankyou Voment nya yah.. Love u all.. Berkat kalian aku jadi semangat untuk menulis.. *Big hug*
![](https://img.wattpad.com/cover/24919546-288-k17469.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilihan ku
RomanceMasa kecil yang bahagia karena ada dia yang selalu melindungi ku, berbagi cerita di balik selimut hangat, dan dia berjanji akan menikahi ku jika sudah dewasa nanti. Setelah bertahun-tahun aku merindukannya, akhirnya aku ada kesempatan untuk pergi me...