.
.
.
."batu, gunting kertas...."
Semua tampak heboh karena berhasil keluar dari hukuman, sementara Jimin mengepalkan tangannya frustasi. Kenapa ia selalu menjadi member yang kalah dalam permainan?
Ayolah ini hanya suit, tapi Jimin selalu kalah. Dengan frustasi ia mulai membereskan kekacauan dorm mereka.
Bungkus makanan.
Botol minuman.
Kaleng.
Bahkan cup bekas mereka makan masih ada. Jimin kesal dengan teman-temannya karena membiarkan sampah berserakan seperti ini. Pertama ia akan memungut semua sampah ini dan setelahnya baru bisa membersihkan lantai.
"Yak hyung"
Maknae itu masih saja memakan Snack. Jungkook benar-benar menyukai makanan.
"Mwo?", Respon Jimin malas.
"Mau pergi jalan-jalan?", Entah itu tawaran atau ajakan yang jelas Jimin akan menolaknya. Ia harus berlatih dan bertemu lagi dengan Moonbyul. Yeoja itu ternyata asik untuk dijadikan teman mengobrol.
"Ayolah, temani aku membeli baju bersama Taehyung Hyung"
"Kenapa tidak pergi berdua?"
"Hanya tidak ingin. Ayolah kita pergi bersama. Namjoon Hyung pergi bersama manager, Suga Hyung sibuk di studio musiknya, Jhope menemani Suga dan Seokjin Hyung pergi menemui pacarnya. Kau mau sendirian disini? Tidak takut kalau-"
"Yak yak yak. Arraseo. Aku ikut"
Jungkook tersenyum jahil. Jimin memang sepenakut itu. Mungkin cara menakuti seperti itu sangat ampuh untuk Jimin. Sudah berumur masih saja penakut.
"Selamat bersih-bersih."
"Maknae sialan", belum saja ia melancarkan niatnya untuk menendang kepala Jungkook.
Jimin menatap Taehyun jengah. Bagaimana tidak, Taehyung dengan tampang tak berdosa berbaring di sofa seperti penguasa.
"Yak kembali ke kamarmu jika ingin tidur"
"Aku ingin melihat mu bersih-bersih."
"Sialan kau"
"Taehyung-ah, tidak ingin membantu?", Tanya Jimin dengan wajah memelas
" Andwae shireo"
Penolakan tegas itu mampu membuat Jimin memaksakan senyumnya. Benar kata pepatah jika teman datang jika ada maunya.
"Nde kamsahamnida.", Wajahnya kini ia buat seperti pelayanan kepada majikan lalu setelahnya Jimin tanpa ampun menendang kaki Taehyung.
"Pergi ke kamarmu jika tidak mau membantu. Kka"
Taehyung yang kesakitan langsung bangkit dan lompat dari sofa lalu masuk ke kamarnya dengan kecepatan kilat. Jimin bisa menjadi ahjumma kalo sudah marah-marah begitu.
Jimin mulai menjelajahi napasnya frustasi dan melanjutkan kegiatan bersih-bersih. Ia bisa membayangkan bagaimana Moonbyul membersihkan semua ruangan disana.
Moonbyul?
Bagaimana mungkin ia memikirkan yeoja itu...
---
Jimin membenarkan posisi topinya sebelum memasuki store. Jungkook dan Taehyung yang sedang memilih beberapa potong pakaian sedikit meminta saran satu sama lain."Hyung, apa jaket ini cocok untukku?",
"Taehyung punya, pinjam saja miliknya" jawab Jimin. Ia pernah melihatnya di lemari Taehyung dan menurutnya terlalu boros memiliki banyak barang, namun karena profesi nya sekarang menuntut itu membuat Jimin sedikit pusing menata barang-barang miliknya.
"Jinjja, Hyung?", Kini maknae menanyakan kebenarannya pada Taehyung.
"Aku membelinya tahun lalu. Wae?" Tanya Taehyung sambil menilik satu-satu pakaian yang digantung.
"Kalau aku membeli yang sama seperti Hyung bagaimana?"
"Yak~ Jangan boros. Pinjam jika ingin memakainya atau beli yang berbeda" omelan Jimin sungguh seperti eomma pada anaknya.
"Nde", Jungkook pasrah dan meletakkannya kembali.
"Yak aku ingin membeli minuman dulu. Kalian tunggu sini eoh", Jimin haus dan ia harus mencari sesuatu yang bisa melegakan tenggorokannya.
Jimin mengitari mall sambil melihat-lihat sekitar hingga ada seseorang yang menghampirinya."Annyeong haseyo sunbaenim"
"Eoh?"
"Aku Jieul. Kau masih mengingatku?"
"Nu-nuguseo?"
"Aku trainee di agensimu"
Jimin menggaruk kepalanya canggung. Ia masih tidak mengingat yeoja didepannya ini. Ia memiliki ingatan yang buruk dalam mengingat orang lain.
"Eoh arraseo"
"Sunbae sedang apa?"
"Berkeliling"
Yeoja itu tampak gugup namun terlampau sayang untuk melewati moment ini.
"Eum- mau berkeliling bersama?"
Jimin menimbang penawaran itu. Sebenarnya juga tempat ini sudah menjamin keamanan privasi pengunjung. Banyak idol yang sering kemari dan mungkin ia butuh teman mengobrol mungkin.
"Baiklah"
Mata Jieul berbinar dan ia tidak bisa menahan senyumnya. Benar-benar diluar dugaan Jimin menerima tawarannya.
Mereka berkeliling sambil berbincang. Banyak yang mereka obrolkan. Mulai dari keluh kesah Jieul, pengalaman saat debut Jimin, penderitaan trainee dan juga bagaimana sikap seorang idol.
"Sunbae"
"Ne?"
"Aku payah dalam hal menari. Bukankah itu syarat penting menjadi idol? Kita harus bisa bernyanyi dengan baik, menari dengan baik. Sedangkan aku? Aku ragu bisa seperti itu."
"Kenapa kau berpikir seperti itu?"
"Aku merasa belum bisa menjadi idol karena itu"
"Banyak orang yang terlahir tidak memiliki bakat seperti itu, tapi mereka bisa berusaha dengan niatnya.
Setelah menerima kekuranganmu, kau juga bangkit dan memperbaiki.
Jangan menyerah, Semangat""Nde, Sunbaenim"
Wajah Jieul kembali cerah mendengar penuturan Jimin. Ia rasa Jimin memiliki rasa peduli yang tinggi. Jieul senang karena biasanya banyak orang yang menyalahkannya dan menjatuhkannya. Tapi Jimin tidak seperti itu. Jimin baru saja membuat Yeoja itu kembali jatuh dengan pesonanya.
Jimin selalu bisa diandalkan.
"Mian. Sepertinya kita harus berpisah disini"
"Gwaenchana. Terimakasih atas saran dan masukannya, Sunbaenim"
"Aku duluan"
Jimin setengah berlari. Ia melupakan sesuatu. Masuk ke salah satu store dan melihat teman-temannya menatap Jimin garang.
"Yak apa kau tersesat di sini eoh?",
"Mian mian."
"Kami menunggu sampai bosan, Hyung"
"Ehehe"
---
KAMU SEDANG MEMBACA
WHAT ARE WE? [JIMIN STORY]
Fanfiction[Completed] . ia kuliah di universitas ternama diseoul. harusnya Moonbyul bangga dengan itu, namun ia juga harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhannya. bekerja sebagai office girl di salah satu agensi yang menaungi banyak idol mungkin akan menja...