[19] If

187 15 1
                                    


.

Hal pertama yang Jimin lihat saat matanya terbuka adalah dinding putih bersih.
Lalu wajah Moonbyul yang tengah tertidur  dengan tangan yang menopang dagu. Namja itu meringis membayangkan itu adalah posisi yang berakhir dengan pegal-pegal.

Seperti luka Jimin tidak terlalu parah. Hanya kepalanya yang di perban serta tangan kanannya yang di gips. Rasa-rasanya pinggangnya masih terasa ngilu digerakkan. Selebihnya Jimin baik. Jangan hitung beberapa memar kecil di wajahnya sekarang ini. Jimin yakin jika wajahnya masih tampan walau tidak setampan Seokjin.
Aisssh mengingatnya membuat namja itu berdecak sebal.

Beraninya yeoja didepannya ini melihat namja lain selain dirinya. Aigoo~

Kasihan juga melihat posisi tidur Moonbyul yang tidak nyaman begini. Jimin berinisiatif membangukan. Tangannya kini menyentuh pipi Moonbyul, menekan jari telunjuknya di pipi yeoja itu.

"Ireonaseo, chagi-ya~"

Ia melakukan itu berulang-ulang sampai mendapat respon positif dari Putri tidur disampingnya.

"Good morning, my sweet heart.  bermimpi indah?" Sapa Jimin dengan penuh senyuman. Meski memar itu membuat senyumnya sedikit sakit, namun demi Yeoja yang menjaganya semalaman ini senyum itu tidaklah cukup sebenarnya.

Jimin kira ia akan mendapatkan respon baik, namun sepertinya lebih dari kata baik. Moonbyul memeluknya.

Ulangi

Moonbyul memeluknya.

Memeluk Jimin.

Astaga pagi yang cukup mendebarkan.

"Ya Tuhan syukurlah"

Usapan Moonbyul di punggung Jimin menimbulkan sensasi hangat. Rasanya ini sangat nyaman. Jimin membalas pelukan itu. Menghirup banyak-banyak aroma Moonbyul.

"Merindukanku eoh? Sepertinya takdir pun enggan memisahkan kita" ungkap Jimin tanpa berniat melepaskan pelukannya.

Sebentar.

Ia sedang merekam moment ini untuk dimasukkan kedalam kotak kenangan indah. Merekam setiap sensasi yang mengalir bagai darah yang di pompa jantung berdesir. Merekam bagaimana usapan Moonbyul menimbulkan geli yang ia sukai. Jimin tidak tahan geli. Ia membenci setiap member yang mengelitikinya.

"Lepaskan, Jim"

Jimin tidak mau.

Sebentar lagi. Kumohon

"Aaaawwwh sakit. Byul. Ini benar-benar menyakitkan"

Moonbyul mencubit pinggang Jimin. Astaga kemana Moonbyul yang manis tadi?

"Kau mau berbuat mesum?"

"Kau yang memelukku duluan, kuingatkan jika kau lupa"

Melihat wajah Moonbyul yang kaku dan mengalihkan perhatian seperti itu membuat Jimin tertawa kecil. Kebahagiaan nyatanya sesederhana ini. Haruskah ia masukkan kedalam list kebahagiaan Park Jimin?

Kalau iya ini akan ia masukan kedalam urutan pertama.

"Bagaimana perasaanmu?" Tanya Moonbyul setelah ia bisa menetralkan wajahnya.

"Sangat baik. Kau tau karena apa?"

"Apa?"

"Kau"

"Jadi tetaplah disini. Aku tidak suka perpisahan"
.

Jimin dibuat pusing menghadapi kelakuan dua orang di hadapannya. Mereka bersilat lidah hanya karena berebut untuk menyuapi.

WHAT ARE WE? [JIMIN STORY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang